Bahasa tubuh ketika mengajar merupakan salah dua kunci untuk mendapatkan ikatan dengan para siswa. Setiap siswa dapat melihat dengan jelas bahasa tubuh guru sedang memperlihatkan apa. Apakah guru sedang memiliki masalah di luar kelas ( keuangan, relasi antar teman, keluarga, atau dirinya sendiri). Hal itu dapat dibaca oleh murid-muridnya tanpa perlu pidato berbuih di hadapan murid-muridnya.
Tutur verbal akan terbawa oleh lapisan bahasa tubuh yang menyelimutinya. Tak perlu ditutup-tutupi semua itu bisa dirasakan oleh hati seorang murid. Apakah verbal seorang guru ketika memberikan pengetahuan sebatas pemenuhan kewajibannya sebagai seorang guru, sekadar memenuhi jam mengajar, dan lainnya, maka caranya menyampaikan layaknya penjual menjajakan barang dagangannya, kalau sudah laku ngapain repot-repot menanyakan barangnya awet atau nggak. Lain hal jika seorang guru menyampaikan ilmunya dengan bahasa tubuh ketulusan pengabdian seorang guru, 🔥 api tekadnya dapat terasa hangat sampai menyentuh hati yang paling dalam. Ada perasaan khusus yang sulit terucapkan manakala bahasa tubuhnya ketika mengajar bukan sekadar ceremony saja, tetapi lahir gerak tubuh, olah batin, seorang empu yang menyepuh keris agar ampuh dan tajam.
Gesture ceremony menawarkan kepalsuan yang akan retak sebelum gelas itu diisi air hangat. Bahkan retaknya bisa pecah sekaligus tanpa sentuhan kasar, pada titik berikutnya akan menimbulkan luka batin dan menyembuhkan perlu waktu yang lama. Maka, sekuat mungkin seorang guru meningkatkan kewaspadaan manakala berhadapan dengan murid-muridnya, agar gesture ceremoninya tidak terbaca. Caranya bagaimana, hilang framing pada diri siswa dengan label-lebel tertentu. Lalu bangun ikatan hati yang kuat antara guru dan murid, pada titik selanjutnya bangunan itu menimbulkan kekuatan untuk merubah diri pada diri siswa tanpa perlu lelah untuk terus melakukan pengawasan berlebih.
Setelah itu lahirlah perasaan mudah dikendalikan hasil ikatan hati yang kuat antara murid dan guru pada hal-hal yang berkarakter. Tanggung Jawab, disiplin, pembelajar, taat pada Allah dan Rosulnya, dsn segudang karakter lain yang bisa muncul ketika mengibaskan sedikit demi sedikit gesture ceremony dalam di seorang guru. Jika satu waktu guru terjebak pada gesture ceremony yang sulit terelakkan, maka itu ia anggap sebagai kebutuhan situasional.
0 Comments:
Posting Komentar