Selasa, 20 Mei 2025

Bagaimana Seorang Guru Mengabdi

BABAK 53
Seorang guru datang pagi-pagi untuk memastikan keadaan kelas sesuai yang telah direncanakan bukan grabag-grubub, kayak orang dikejar anjing liar dari balik bukit. Setelah sebelumnya ia memastikan kertas jurnal sudah terpotong rapi untuk kegiatan jurnak esok pagi dan siang, berapa lama kertas untuk bertahan dari gempuran tangan-tangan mungil untuk sekadar mencorat-coret isi HVS dengan gambar-gambar lucu dan imajinatif, atau sudah menuangkan gagasan pagi berupa ungkapan mendasar tentang suasana hatinya. Mungkin akan bertahan sampai satu pekan, itu bagus pikirnya setidaknya bisa mendampingi anak dari mulai kedatangan sampai ia pulang, tanpa perlu izin pada mereka untuk mengambil kertas HVS dan mengguntingnya di depan mereka. Itu menandakan belum terkoordinasi persiapan untuk esok hari. Minimal menyiapkan lima belas menit sebelum kedatangan, hingga kata LANCAR tidak hanya pada urutan kata saja, tetapi sudah pada aplikasi, jatuh bangun itu biasa, karena semuanya membutuhkan proses ketika menjalankan kata LANCAR sebagai bagian dari komitman.

Datang di kelas, sekadar menyapu ringan, membereskan map, menyiapkan kegiatan pembelajaran berikutnya, lalu menyambut siswa-siswa dan menyelami setiap wajahnya, siapa tahu ada anak yang berangkat dengan masalah rumah yang belum terseleseaikan. Jika ada si guru akan mencatat di buku catatan khusus tentang perkembangan anak. Tanpa pernah berniat meningalkan mereka di kelas ketika pendampingan betul-betul diperlukan saat transisi dari rumah ke sekolah seringkali mengalami suasana berbeda. Ia maksudkan kegiatan dirinya yang tak pernah lepas dari pandangan semua siswanya sebagai wujud memupuk kekayaan peradaban. Mereka yang masih terlihat lucu dan menggemaskan suatu saat akan menjadi dewasa dengan sejuta 'beban' yang mungkin tak mudah untuk mereka taklukan.

Guru tersebut yang mencicil dirinya dengan kesetiaan menemani anak-anak pada tiap waktunya, dan tak pernah berpikir untuk mangkir dari jam kerja dengan sekadar ke kantor, mengambil perlengkapan, dan sejuta tetek bengek yang dimaksukan untuk mengurangi pendampingan, atau untuk mengurangi jam mengajarnya sama saja sedang mengajarkan kepada para muridnya untuk hipokrit dan berlagak sok apalah. Ini pola prilaku umum yang dihasilkan oleh kebiasaan bukan habit yang baik tetapi pada kemudahan pencapaian dengan prosedur orang dalam.

Seorang guru yang melatih dirinya agar mendekati prilaku-prilaku kenabiaan dan berusaha keras untuk mengamalkan dengan kekuatan yang ada, meski sering jatuh bangun, sejatinya si guru itu sedang melatih paradigma umum yang dimiliki oleh pada sahabat. Mereka bintang dan guru-guru para pemetik bintang, meski jauh, tetapi keindahannya bisa di rasakan. Guru mengabdikan semua elemen bukan untuk dirinya tetapi untuk sebuah peradaban besar nanti. Saya pikir begitulah, bagaimana seorang guru mengabadi. Cekap semanten.

0 Comments:

Posting Komentar