Kamis, 15 Mei 2025

OBAT RETAK

Menjadi pengobat retak suatu hubungan di masa persimpangan.Entah sebagai persoalan atau perjuangan. Ia diantara titik penjadwalan dinamika. Ia sendiri yang mesti mengoreksi persoalan menjalar diantara bukit pertanyaan.

Seorang filsuf berambut gondrong, sedikit medok, menjadi soko guru di kemudian hari, tanpa pernah mengeluh untuk mendengar. Ujaran sekalgus petatah petitih penjernih akal. Supaya nanti berolah sumber, mesti pula di saring berapa kali.

Lewat jam istirahat, headset menempel kuat, diskusi telah menyedot waktu menjadi lebih tertib. Bukan menggulir layar dari atas ke bawah, lalu menghembuskan nafas penyesalan tak berguna.

Beroleh kedok wajah baru. Kadang untuk menemukan kedok, hepeng melayang, terasa mahal, tapi sepadan. Orang filsuf sering mewanti-wanti bahwa watak seseorang bisa terlihat perawakan tubuhnya. Bahkan bau tubuhnya. Bau dalam artian tidak ditutupi oleh hembusan minyak wangi bertubi-tubi.

Sampai saat ini jumlah obat terus dicetak, sementara manusia terus lahir. Sepadankah? mungkin bukan obat luar yang bisa menyembuhkan, tetapi obat dalam mesti dikuatkan. Seperti filsuf katakan. Ia bernama Suginta.

0 Comments:

Posting Komentar