Selasa, 06 Mei 2025

Sebelum Matahari Terbit

SATU
Sebagai pembukaan, marilah sejenak untuk melapangkan dada masing-masing, dan minumlah barang seteguk dua teguk madu, jika tak ada air putih juga tak apa. Simak dengan lega, singkirkan kedengkian agar kalimat-kalimat menjadi lebih bermanfaat, jika tak ada isinya, sementara abaikan dan kembalilah esok hari, dengan kesiapan prima. 

Seperti itulah yang sepatutnya  dilakukan oleh semua mahluk di bumi yang sama-sama memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri satu sama lain. Jika satu malam, satu dari kita terlanjur untuk bertengkar, setelah argumen tak cukup untuk meredam situasi. Adu emosi saling menyalahkan biasanya menjadi salah dua cara untuk membreakdownkan masalah rumit menjadi lebih komplek.

Pasangan misalnya, adalah dua orang dengan alas berbeda, berangkat dari sudut pandang yang berlainan, lalu dikumpulkan dalam rumah yang intensitas pertemuan tiap detik. 'Berantem', lalu berangkat ke tempat tidur masing menyimpan kekecewaan mendalam atas sikap satu sama lain. 

Lalu ketika bangun sebelum terbit cobalah sekuat tenaga untuk melunturkan semua ego atas nama pribadi. Dalam pelukan maaf berlimpah. Hingga nantinya satu sama lain menelan nasi uduk seperti menikmati tonseng nikmat berlimpah sate. Tak ada manusia yang dilahirkan memiliki perkakas sempurna mengatasi semua masalah. Justru manusia dipasangkan, agar perkakas itu bisa lengkapi satu sama tanpa pernah merasa lebih satu sama lain. Semuanya bisa jadi punya alas sama, peran yang sama, dengan kategori tanggung jawab yang terlihat berbeda tetapi dengan inti yang sama.

Suami atau istri belum memberanikan diri menyelesaikan masalah satu lain, lalu berangkat kerja dengan perasaan marah, dan isi kepalanya dipenuhi oleh syak wasangka, lalu takdir tuhan memberikan musibah, dan belum sempat akur. Oh Alangkah naifnya, sebelum terlambat, satu sama lain perlu untuk membenahi. Tak ada kata untuk terlambat, sebelum Allah menjemput.

0 Comments:

Posting Komentar