Rabu, 02 April 2025

GP AMERICA: MARC TERSUNGKUR PECO MUJUR

Balapan sebentar lagi dimulai, yang punya hajat  tiba-tiba berlari untuk mengambil motor cadangan. Tak lama kamera menangkap 4-5 pembalap yang sudah siap tarik gas, balapan urung terjadi, selain terlalu sedikit juga berisiko. Balapan ditunda sampai semua ganti ban. Maklum itu balapan super cepat, dan pembalap harus dilindungi secara penuh keselamatannya.

GP AMERIKA' Kisruh jelang balapan, pontang-panting kayak lomba 17 an panjat pinang. Semuanya cepat-cepat mengkondisikan motornya agar nggak nyungsep di arena balap.

Balapan tahun ini rada ngebosenin, ane berharap pembalap lain bisa ngimbangin kalau bisa saling take over satu sama lain, agar lebih meriah dan kompetitif. Apalagi yang namanya DUCATI sekarang lagi jadi raja balap di lintasan, semua pembalap Ducati sedang dalam puncak balapnya, termasuk yang satelit-satelitnya. Mereka kerap di depan terus kaga ade yang berani nyalip apalagi beradu cepet, ane sih berharap Quartararo bisa tuh mengembalikan suasana balap yang mulai monoton.

Kadang Aye ngrasa lebih seru nonton Moto2, pada garang-garang nggak jaim, saling salib adu skill antara sama lain. Nah, sobat MotoGp pekan ini pembalap merah putih (Indonesia) berhasil masuk 10 besar dan semoga perkembangannya terus membaik dari tahun ke tahun, berikutnya bisa bergabung kelas tertinggi (Motogp).

Balapan pun dimulai. Sontak saja si 93 langsung melesat ngacir kayak roket, sulit banget dikejar, sama di sirkuit pekan lampau (Argentina). Ora bisa nengok-nengok ke belakang, soalnya takut THR nya nggak kebagian. Diambil sama PECO hihihi (bercanda). adik kandungnya sendiri Alex pun kesulitan mengejar abangnya, sementara Peco masih terus mengejar Alex.

Di garis belakang balapan lebih ramai seru saling salip terjadi. Akademi 46 bertengger di posisi 4 dan 5 sampai akhir balapan. Ini cukup menyenangkan, siapa sih yang nggak kenal dunia balap motogp (Vale) 46 lengkap dengan kesaktian di dunia tikungan.

Luca Marini, Johan Zarco, Vinales, Fabio, tak ketinggalan untuk disorot kamera canggih. Karena kamera banyak menyoroti DUCATI saja,tetapi juga ada Aprilia, Honda, Yamaha, dll. Semoga Kawasaki bisa bergabung lagi suatu saat nanti.

Lagi agak bengong pantengin TV, tiba-tiba Marc tersungkur di lap 9, lalu bangun lagi balapan lagi, meski jaketnya berubah kucel bin sobek. Pada lap-lap berikutnya si 93 mutusin untuk balik ke PIT mengingat ia membalap tanpa rem belakang. Widih ngeri ini memang pembalap. Akhirnya Peco bisa menggantikan posisi Marc sampai finis. Rekan setimnya tersungkur ia pun bisa naik panggung, begitulah balapan deritanya tiada yang tahu. Meski ada komentar miring dari rekan seperguruan, katanya, Peco itu kemampuannya biasa saja, kalau nggak ditopang sampai motor DUCATI, tapi sudahlah, Peco menang, itu harus diakui, sebuah fakta yang nggak bisa dibantah.

Senjata Jitu

BABAK 24
Wajahnya tak riang ketika sampai di sekolah, ia hanya duduk di beranda, tak mau masuk ruangan. Tempat yang biasa membuatnya nyaman di pagi, jika datang lebih awal. Ia mungkin akan keriangan yang sempat ia nikmati bersama teman-temannya.

Sampai jurnal selesai, anak-anak lain sudah sibuk untuk berpindah ke kegiatan yang lain. Ia tetap saja mematung, mengurung diri dalam diam, serta mengosongkan sejenak pikirannya.

Bahkan sampai kepada kegiatan kudapan pagi ia terus saja membisu. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh anak sekecil itu.

Meragukan apa menu sarapan, rasanya juga tidak.

Rumahnya juga kebanjiran, rasanya juga tidak. Tak ada informasi banjir dekat-dekat sini.

Pelan-pelan ia beringsut dari tempat duduknya. Menggeser pelan-pelan tubuhnya ke arah kami. Tempat circle time, dimana kudapan pagi sedang kami nikamati bersama.

Ia duduk di samping sang guru. Menempelkan sejenak tubuhnya. Memberi kode agar ia diperhatikan.

"Ini bagianmu nak, kau mau," ucap sang guru.

Ia mengangguk disertai senyuman. Senyum yang sekilas seperti senyuman kelicikan. Sekecil itu, dari mana ia belajar tentang senyuman yang menipu. Membuat kamuflase.

Rupanya hanya sejenak ia tampak manis. Pada jam berikutnya sikapnya kembali lagi. Mematung dan membisu. Bahkan ia kembali lagi dari kelas Matematika dengan wajah pundung berlipat-lipat. Ia mungkin meragukan kemampuannya sendiri tentang ilmu hitung. Atau ada hal lain?

Jadwal matematikan telah membuatnya tertekan sejak dari rumah. Ini hanya asumsi semata. Bisa jadi ada suasana yang membuatanya menjadi sangat moody. Ataukah ini senjata jitu yang sedang diperlihatkan kepada gurunya. Ini tampak rumit sekali.

Mari kita coba dan coba. Semoga selalu ada perubahan.

Selasa, 01 April 2025

Jejak-Jejak Api Pada Seorang Murid

BABAK 23
Ada banyak api yang menempel pada sanubari murid, dengan kualitas terukur atau malu terpendam. Di bawah ini mari sejenak renungkan dalam-dalam. Tentang mimpi mereka dan harapannya. Mereka menuliskan di atas kertas (A4 dibagi empat). Menyelesaikannya dalam tiga puluh menit, kira-kira. Dari mereka ada banyak hal yang memberi inspirasi kepada semua elemen, termasuk gurunya sendiri. Mari simak satu persatu ujaran mereka. Ada yang singkat, langsung pada intinya, ada juga yang bertutur panjang, calon host ternama.

Suatu saat saya akan memilih bidang desain di ekonomi kreatif karena saya lebih tertarik desain interior rumah. Saya sering memainkan game desain rumah. Saya tertarik karena paling suka menata furnitur rumah, sampai di rumah saya yang mendesain furniturnya. Alhamdulillah orang tua sangat setuju dengan furnitur yang saya desain. Awalnya saya suka desain rumah karena game the SIMS. Sangat seru, mulai dari meletakkan furnitur yang cocok tempatnya. Lalu saya pindah ke game desain room. Game The SIMS menurutnya bukan permainan yang menuju ke desain rumah, tetapi game room desain sangat membantu mendesain rumah. (Mimpi Pranaja Rafif Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024)

Bidang yang saya minati: Kesehatan (Dokter Bedah). Menurutnya, suka pada materi yang berhubungan dengan sains, biologi, kimia, dan kesehatan. Maka dari itu saya ingin menjadi dokter bedah. Saya ingin mengembangkan diri dengan cara merubah kata suka menjadi bisa, dan sangat suka pada bidang kedokteran. Saya suka rumah sakit, maka dari itu saya ingin menghabiskan waktu di rumah sakit dengan cara menjadi dokter. Materi kedokteran menurut saya ajaib, dengan kuasa Allah SWT kita bisa hidup dengan perasaan. Organ yang bermacam-macam namun saling berkoordinasi satu sama lain. Materi kedokteran juga menunjukkan keaslian al Quran, bagaimana manusia tercipta, darah mengalir, dan lain sebagainya terbukti dengan jelas. Ya Allah mudah-mudahan aku bisa menjadi dokter bedah. Amiiiin. Ya Allah mudah-mudahan bisa sekolah di FK UGM. Amiiiin. (Mimpi Nazmi Izzati Hanisah Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024)


Ingin menjadi Arsitektur, karena saya suka menghitung dan ingin mendesain rumah sesuai imajinasi saya dan klien. (Mimpi Davi Ferdiansyah Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024)


Saya suka musik karena saya minat main Gitar dan suka ngulik. Jadi ya...saya suka musik juga karena Ibu/ayah saya. Saya sudah 'istilahnya' dicekoki musik dari kecil. Saya suka musik seperti Rock, Metal, terutama "Indie" Kalau metal yang umum Metallica. 

Dan Rock pasti Beatles, karena alunan musik Rock N Roll yang sangar meski Chord nya gampang, dan yang paling suka dari INDIE adalah The Adoldlosatlle. Era semua banda INDIE yang saya sebutkan adalah band yang berhasil memanggil saya dan juga membuat saya mencoba mendengarkan music mainstream. Mimpi Alif Fadilah Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024

Bidang yang aku sukai

* Bidang Seni Rupa. Alasannya yaitu aku sangat suka melukis, menggambar juga. Melukis bikin aku tenang kalau lagi marah aku lukis. Senang lukis :) everything about melukis aku suka. 
* Bidang Arsitektur dan Design. Alasannya aku ingin mendesain atau membuat sesuatu dari ide aku sendiri, biar jatuhnya sharing ide gitu :) (Aku juga suka Matematika sedikit). Mimpi Bilqis Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024.


Bidang yang diminati: Medis dan Kedokteran 
Alasan: saya sangat tertarik pada biologi, terutama materi anatomi tubuh. Karena bagi saya anggota tubuh manusia sangat 'ajaib' selain itu, saya juga suka aroma rumah sakit dan saya ingin menghabiskan waktu disana untuk menyelamatkan banyak nyawa orang. Saya ingin menjadi dokter spesialis bedah Toraks dan Kardiouskular (cardiologi) yang bersekolah atau lulus dari universitas Airlangga dan Harvard University. Amiin. Mimpi Shaquilla Manika Mahya Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024 


Yanda, saya ingin menjadi Arsitek, karena saya ingin membuat rumah sesuai keinginan saya dan klien, dan juga gaji Arsitek sangat besar. Mimpi Vito Akbar Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024


Menjadi Atlet, karena menjadi atlet gaji besar dan sehat. Mimpi M. Khairan Yafist Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024


Bidang yang saya minati yaitu pengusaha, saya berminat pada bidang tersebut karena orang tua saya yang menjadi pengusaha dengan kerja kerasnya dan membuat saya tertarik dengan hal tersebut. Karena mungkin dengan tersebut saya bisa mencoba sesuatu hal baru yang mungkin saya belum bisa, dan dengan pekerjaan mereka yang sekarang memberikan motivasi dan pembelajaran tentang bagaimana enak/tidaknya bidang tersebut. Mimpi Jilwah Kelas IX, SMPIT PM 16 Januari 2024


Penerbitan
: Alasannya karena dunia percetakan suatu karya sangat menarik. Mencoba hal baru yang menantang sangatlah menyenangkan. Membuat karya yang akan selalu diingat, semakin berkembangnya waktu dan bermanfaat bagi seluruh pembaca. Mimpi Ghisa Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024


KULINER.
Karena saya suka kulineran. Mimpi Alie, Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024 

FOTOGRAPHER/OLAHRAGA
Kalo Fotografer karna saya suka pemandangan. Pemandangan yang paling suka di SWISS bagian pegunungan. Olahraga, karena saya suka beladiri tinju/Taekwondo. Mimpi Andriansyah Kelas IX, SMPIT PM, 16 Januari 2024


PENERBITAN:
Alasan: Membuat karya tulis pada bidang literasi dan sastra. Menceritakan bagian pengalaman dan kehidupan, dan meliput informasi yang sesuai fakta. Mimpi Angga Eka Syahputra, Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024

Coding/Desain 
Mau mencoba membuat sesuatu menggunakan CTT, JAVA, PYTHON ataupun bahasa coding lain. Ingin belajar cara membuat control dari sebuah game maupun mechaniknya itu sendiri. Ingin belajar bahasa coding 
Desain. Ingin menuangkan dan mengembangkan ide dalam sebuah design. Ingin belajar dan mempraktikkan komposisi dari sebuah design. Mimpi Obama Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024


Bidang yang aku sukai: 
Farmasi: Sebenarnya aku mau jadi perawat tapi aku takut darah, jadi masuk dan milih farmasi aja. Karena itu masih rada bersangkutan gitu, menurut aku sih, asik juga kayaknya ngeracaik-racik obat gitu. Mimpi Nisa, Kelas IX SMPIT PM 2024


Alasan saya memilih bidang coding dan desain karena saya suka membuat bot discord, dengan bahan penampilan python dan JS. Saya ingin seperti ayah saya yang bisa mendesain dan membuat web sendiri. Mimpi Aldrich, kelas IX, SMPIT PM 16 Januari 2024 


Musik. 
 Karena saya tertarik dalam membuat lagu dan juga karena cita-cita saya sebagai komposer musik, saya tertarik dalam mencoba seluruh alat musik. Mimpi Akbar, Kelas IX, SMPIT PM 16 Januri 2024


SENI RUPA
Saya merasa bingung, saya di seni rupa karena dari dulu saya suka menggambar dan mendesain sesuatu. Tapi sebenarnya saya galau apa keahlian saya, tapi dari dulu saya lumayan suka menggambar kadang-kadang, saya biasanya menggambar kalau saya lagi mood dan ada waktu luang. Gambar saya nggak terlalu bagus sih, karena sekarang masih bisanya redraw, tapi saya sudah mulai mencoba hal baru dalam menggambar. Gambar dalah hobi atau hal yang saya lakukan saat gabung atau nggak tau mau ngapain. Mimpi Don, Kelas IX, SMIT PM 16 Agustus 2024












Senin, 31 Maret 2025

KEBANGGAAN SEORANG GURU

BABAK 21
Akan tiba masanya seorang siswa berkembang dengan fitrahnya masing-masing. Pertemuan-pertemuan pertama di hari pertama bersama seorang wali kelas yang berbeda dari sebelumnya. Tentulah membutuhkan proses yang tidak mudah. Tidak hanya penjajakan antara siswa dengan wali kelas barunya, wali kelas juga membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan siswa-siwa yang 'baru'. Pendekatan yang baru, metode pendekatannnya juga berbeda, semua kemampuannya bakal diuji dengan kelas baru dan anak-anak baru.

Bulan-bulan pertama tentu saja menguras energi, waktu, pendekatan, strategi, dan kemampuan analitik dan sintetik. Dari sekian anak yang diampunya ada saja yang membuat guru itu mengeluarkan jurus-jurus yang di simpannya lama. Anak-anak itu menyimpan energi yang lebih dibanding anak-anak lainnya. Dari 8 jam yang mereka lalui, ada jam-jam tertentu yang mereka isi dengan kegiatan di luar jadwal. Salah satu yang mereka geluti adalah saling menjajal kekuatan fisik dan menguji mental. Berantem, saling meledek, kadang memaki dengan selipan nama-nama kebun binatang.

Seperti hari itu ketiga anak terlibat perkelahian di dalam kelas. Di masa-masa transisi pelajaran. Wali kelas yang mendengarnya langsung menuju kelas dan mendisiplinkan mereka bertiga. Mereka mengeluarkan jurus juga setelah sang wali kelas mendisiplinkan mereka dengan cara memberi pijakan kuat akan aturan-aturan kelas. Salah satunya menangis untuk memberi tekanan kepada wali kelas agar tidak memberikan konsekuensi (meski dalam bentuk untuk tidak mengulangi lagi). Bulan-bulan awal wali kelas seringkali memberi pijakan tentang aturan-aturan kelas agar bertanggung jawab terhadap aturan yang telah disepakati.

Koreksi diri dari rupanya tidak langsung berubah bim sala bim. Pada bulan-bulan berikutnya mereka terlibat percekcokan, saling memaki, dan membuat tidak nyaman di kelasnya. Hasilnya mereka mendapat lebih banyak 'diskusi' dengan wali kelas agar lebih tertib dan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukannya.

Butuh waktu lama untuk membuat mereka bisa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu. Hanya melakukan sesuatu yang sederhan saja mereka butuh proses. Bukan tak mau. Belum ada kesadaran yang terbukan secara ihlas. Jadi wali kelas terus saja memberi ketegasan-ketegasan khusus agar mereka terbuka dengan pikiran mereka sendiri. Agar mereka melakukan sesuatu atas dasar kepahaman bukan keterpaksaan. Meski itu tidak mudah, jungkir balik katakanlah seperti itu. Apalagi sang wali kelas menerapkan disiplin yang unik. Tiga orang melakukan hal diluar kegiatan sekolah, yang lain juga kena getahnya, istilahnya begitu. Sejak saat itu komitmen mulai terbangun, meski tertatih. Wali kelas menyimpan energi berlimpah untuk menjadikan mereka menemukan apa arti kepahaman.

Lambat laun setelah komitmen terbangun, ikatan mulai terjalin. Dari fitrah yang hakiki muncullah kebeningan etika. Yang tadinya perlu mengorek-ngorek kesalahan agar bisa memperbaiki pijakan, jadinya memiliki kemampuan untuk mengakui kesalahan. Dari yang miskin untuk memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan, jadi mudah memutuskan sesuatu tanpa kata; TERSERAH. Dari membenci wali kelas karena peraturan yang tak boleh di otak atik menjadi respek pada setiap putasan. Dari yang sulit mengungkapkan sesuatu menjadi berani diskusi lengkap dengan arahan yang gembira dari wali kelas. Ditambah senda gurau yang renyah sesuai situasi dan kondisi.

Pada saat pembagian perkembangan raport, sang wali kelas menceritakan semua itu dengan rasa bangga terlihat dari setiap senyuman yang tersungging dari tiap kalimat. Wali kelas meminta bantuan agar menjaga konsisten itu agar nanti kelak bisa menjadi pegangan yang sejati. Satu lagi, kata wali kelas: Dukung pilihan yang menurutnya terbaik, agar ia bisa menjalankan dengan semangat, Terimakasih.

Cekap semanten.

Minggu, 30 Maret 2025

Biasakan Membaca Buku-Buku Tebal

BABAK 20
Penghargaan tertinggi dari sebuah akal adalah merayakannya dengan membaca buku-buku yang jumlah halamannya diatas 500, salah duanya. Dengan terbiasa membaca buku-buku yang tebal, otak akan terus dilatih untuk meruncingkan nalar, menajamkan perenungan, menggali sumur solusi, menjaring sejuta karya (proses kreatif) dalam membagikan pengetahuan, pengalaman, motivasi, dan seterusnya. Dengan membaca buku-buku yang tebal otak akan dipaksa terus untuk konsisten menangkap isi bacaan dari tiap halaman buku.

Membaca buku tebal apapun genrenya adalah tindakan nyata dari pribadi yang menuju kematangan, tidak mentah, tidak gugup dan gagap dalam memandang sesuatu. Jauh dari prasangka kaku terhadap penilaian seseorang-yang terkadang amat menipu. Jauh juga dari kacamata melihat orang dari sampulnya saja. Ia akan terlatih untuk menganggap sesuatu entah itu masalah dalam (azaz praduga tak bersalah). Kerumitan dalam membaca buku tebal membuatnya tak jumud, karena ia telah memposisikan diri sebagai pribadi rendah hati, serta tidak tahu apa-apa. Penilaian kaku seseorang kepada orang lain yang dibuat berdasarkan prasangka sendiri terus dikutukinya agar tak menjadi alat untuk menilai mentah seseorang.

Perayaannya setelah membaca buku-bukutebal akan terulang lagi, lagi, dan lagi pada saat nantinya menjatuhkan pilihannya pada buku yang tebal juga. layaknya kalian main  (wilayah kesenangannya tersalurkan). Sama gembiranya ketika mengunyah buku-buku di bawah 500 halaman dengan cara santai dan tetap mengeruk maksud dari tiap halamannya. Wilayah Dopaminnya terjaga dengan memberikan porsi lebih pada sebuah otak. Semakin tebal semakin nikmat, lebih dan lebih. Kecanduannya adalah menangkap hal-hal yang gelap dari beberapa halaman dan menemukan maksud pengarang. 

Sebagai dampak dari kegembiraan semacam itu, otak akan memelilki kemampuan membentuk diri sendiri. Neuroplasticity semakin jeli menangkap sebuah kecerdasan yang bisa datang dari buku mana saja. Pada saat yang bersamaan dalam perayaan membaca buku-buku maka otak sedang mengulang-mengolah bahan, apa yang kemudian di sebut sebagai A Brief History of Neuroplasticity.

Banyak hal nantinya yang membuat pola pikir mengarahkan pada frase-frase yang tidak mudah untuk dibaca-menurut sebagian orang. Jutaan halaman yang telah dibaca dan telah mengendap dalam jeda tertentu akan memberi panduan pada kalimat-kalimat yang sulit dibaca. Manjadikan paradigma bisa mengakses maksud lain dari pengarang. Kecermatan untuk terus melakukan scanning dan merongsen pada tiap kata yang tertangkap oleh mata.

Pada tahap tertentu kerentanan yang bersifat impulsif bisa dihindari dan menangkapnya sebagai bahan untuk membaca buku-buku lain, tanpa pernah untuk merendahkan maksud pengarang.

Kegandrungan pada bacaan tebal sebagai kultur budaya semacam melakukan selebrasi pada seorang penulis yang mengabdikan dirinya pada kata, kadang membebaskan kata itu, dalam rentang waktu yang melelahkan, mungkin tiga tahun, lima tahun, sepuluh tahun. Pada pembaca rakus buku tebal bisa dikunyah dalam hitungan jam, hari atau bulan. Sebagai guru perayaan semacam ini menjadi visi pribadi dalam hidupnya. Apalagi ia sedang menjaga api tekad murid yang sering jatuh bangun. Agar mereka punya kapak untuk memecah kebekuan yang sering menimbulkan inferiority complex. Cekap semanten.

Sabtu, 29 Maret 2025

SUMUR AJAIB

Episode 2
Orang-orang dewasa sudah mengkilat tubuhnya, seperti digosok minyak setengah liter. Mereka baru selesai nawu (nguras) sumur. Mungkin setahun sekali, nenek baru meminta bantuan orang-orang dewasa untuk turun ke dalam sumur. Entah apa isinya. Mungkin semua benda ada disana. Kecuali nyawa seseorang. Lumpur semakin banyak. Ketika hujan semuanya bisa masuk ke dalam sumur, sekiling sumur belum di pondasi. Hanya pohon teh-tehan, pohon kuburan, yang menjadi bentang terakhir ketika air hujan masuk.

Nenek tersenyum.

Tentu saja kau masih ingat, jika memang isi kepalamu tak pernah digodam oleh hal-hal buruk, seperti ciu atau semacamnya. Atau mabok lem. Maka kau dulu bisa menemukan hal-hal ajaib yang kau bisa lihat setelah mereka sampai di atas. Kau terperanjat juga jijangkrakan, lompat-lompat di udara. Ini semacam kisah pelipur lara, setelah nenek mangkat ketika Aliyah kelas satu.

Setelah dua jam menguras isi sumur, keajaiban mulai muncur. Dari balik ember besar yang ditimba melalui tali besar yang dililitkan pada sebatang bambu yang kedua sisinya dikonsep bisa dijadikan putaran bambu itu. Dua ekor lele hitam menggelepar setelah tubuhnya menggelepar diatas tanah. Ini mungkin lele yang paling hitam yang pernah kau lihat. Lalu cucunya meronta-ronta, merajuk agar lele itu dijadikan lauk makan siang. Kau terlihat cerah, manakala lele itu tergeletak tak berdaya dengan bau bumbu yang menggiurkan dan sekepal nasi dingin sisa tadi malam.

Tak hanya itu, dedaunan busuk banyak bertumpuk membuat kami tertipu, Biyung kira mereka adalah ikan-ikan hitam lainnya, yang bisa dijadikan lauk untuk para penimba.

Ada batang-batang pohon yang terpangkas lalu hanyut ke dalam sumur. Yah, kau tahu bibir sumur hanya dipagari pohon dan bilah-bilah bambu yang dianyam.

Kau ingat, waktu itu ular gadung melilih di tali ember sambil menjulurkan lidahnya. Mungkin ia terbebas dari gelapnya sumur. Tanpa ampun, kepalanya digada oleh salah satu penimba yang sigap mengambil bilah bambu yang entah dari mana.

Nenek mau minum,nanti kita teruskan.

(((

Satu hari sumur itu marah dan menghantui mimpi-mimpi neneku sepanjang malam. Ia banyak menghela nafas dan mendehem panjang, dan menggerutukan gigi-giginya berkali-kali.

"Nek!" ia berkali-kali di panggil agar bisa memuka matanya. Cucunya takut ketika melihat bola mata nenek sudah terlampau dalam dan seperti dijahit.

Nenek bangun sejam kemudian dan menatap cucunya yang lelah menungguinya bangun. Ia mengelus rambutnya yang cepat sekali beruban di masa kecilnya.

Ia merenung.

"Kenapa Nek." Tanya cucunya setelah lama merenung.

"Sumur kita dikencingi Ki Dalang, tidak sehari atau dua hari. Tetapi banyak waktu Ki Dalang tetap bandel melakukannya.

"Dari mana nenek tahu."

"Mimpi, sumur itu ajaib bisa bicara."

Jumat, 28 Maret 2025

Apakah Seorang Guru Nggak Boleh Marah?

BABAK 19
Wajah mungilnya meminta perlindungan, belas kasihan, atau sebuah kata yang akan menentramkan kegelisahannya. Ia telah mengalami bully yang ia sendiri tak menyadarinya.

Ayahnya yang baru pulang bekerja tercenung, merenung, dan menasihati dirinya sendiri. Apakah seorang guru nggak boleh marah?

Anak lelakinya yang berusia tujuh tahun itu, telah mengalami situasi yang membuatnya tak nyaman (stress dalam sekala yang tak terbatas). Mungkin.

Ia bercerita sepedanya telah dilempar beberapa meter oleh dua orang dewasa. Satu remaja beranjak dewasa, satu lagi bapak yang bercucu satu.

Ayah anak itu ingin "menegur" bahkan tak sekedar "menegur" bahkan ia ingin menaikan levelnya menjadi dampratan. Ia ingin memuntahkan segala yang berkecamuk di kepala, bahkan sudah mempersiapkan kata-kata buruk yang sudah lama ia kumpulkan.

Setelah sampai di depan rumah salah satu pelakunya, ia terpaku sejenak. Bergelut dengan nuraninya. Kedua anaknya menguntitnya dari belakang. Entah kenapa kedua kakinya balik kanan. Seolah-olah ada yang menggerakan tanpa bisa mengelak. Ada kelegaan di sana, di lubuk hati yang terdalam.

"Kok pulang yah?, nggak jadi ngomelin?" Tanya anak lelakinya. Ia mencoba mengkorfirmasi sesuatu, siapa tahu ayahnya tiba-tiba jadi pikun. Sikap yang mungkin agak ganjil baginya.

"Mungkin kamu harus lebih hati-hati ketika meletakan sepeda, tidak di tengah jalan," jawab sang ayah.

"Temen-temen tuh yah, yang naruhnya sembarangan," sang anak mencoba berpendapat.

Beberpa malam menjelang tidur, sang ayah mencoba mencari letak kebenaran juga kesalahan. Ia bisa saja mendampratnya dengan meluap-luap, lalu apa yang akan dihasilkan. Apakah anaknya akan mendapatkan edukasi dari kejadian ini?

Sebelum terlelap, sang ayah terlihat komat-kamit merapal sesuatu. Lalu sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Suatu sore sang ayah mencoba "mendamprat" salah satu pelaku pelempar sepeda dengan ucapan permisi ketika lewat depan rumahnya. Ia terlihat sedang duduk di serambi rumah. Menikmati kudapan sore. Ada kopi hitam di sana. Sang ayah berharap sikapnya sedikit berubah kepada anaknya. Ia membalas sapaan sang ayah dengan sikap manis gulali.

Kedua pelempar sepeda adalah tetangganya sendiri, ini bukan perkara yang mudah. Apalagi baru kali ini terjadi. Setelah tujuh tahun bertetangga. Mungkin kesalahan ada di anaknya. Atau ada kondisi yang membuat insiden itu terjadi. Apalagi sang ayah hanya mendengar dari si anak.

Anaknya masih kecil, fisiknya masih renta, kecil kemungkinan untuk melawannya, adalah pertimbangan sang ayah untuk melabraknya dengan cara lain. Yang lebih manusiawai. Apalagi salah satu pelakunya mendapat julukan Pak De.

Sang ayah masih bekerja di luar rumah. Keselamatan sang anak yang membuat sikap dan tindak tanduknya harus terukur.

"Ya udah kerjanya di rumah aja?" tegas sang anak. Ia seperti memberi sinyal, bahwa bekerja tidak harus keluar dari rumah. "Nanti ada waktunya," jawab sang ayah.

Kedua anaknya sedang dalam masa pertumbuhan. Ia tak ingin melihat anaknya tumbuh dalam mental yang mlempen. Ia harus terus menjaga dalam penjagaan yang lebih terarah, sesuai perkembangan usianya.

Kamis, 27 Maret 2025

Jangan Keluar Garis Nanti Jelek

BABAK 18
"Heh itu salah?, jangan keluar garis nanti jelek," kata seorang guru ketika mengampu pelajaran seni. Bibirnya mengatup serius ikan hiu yang hendak menyerang. Tangannya mengepal dan kaku.

Murid yang dingatkan itu tampak panik dan langsung mencari penghapus yang tersimpan dalam kotak kecil kesayangannya. Bulir-bulir keringat seketika muncul dari balik hidungnya yang mungil. Sesaat kemudian ia sibuk membetulkan dan mewarnai sepelan siput. Ia mungkin bisa dikalahkan dengan larinya siput, jika ingin diadu.

"Kamu lagi, sudah Bu Guru bilang, jangan keluar garis, cepat hapus?" kata guru itu kembali. Nadanya agak tinggi dibanding sebelumnya. Rahangnya tampak mengeras. Kedua matanya agak menyipit. Ia membunyikan buku-buku jarinya.

Murid yang diingatkan itu tampak meleleh seperti eskrim tersengat setrika. Matanya tersudut seperti pencuri yang terpojok tak menemukan jalan keluar. Tangan kecilnya mulai menggores-goreskan pensil warnanya.

Guru itu mungkin perlu meletakan JUBAH KEBESARANNYA pada hal-hal yang remeh-temeh. Pelajaran SENI yang dianggap menyenangkan oleh anak-anak mungil itu mungkin berubah menjadi monster jahat.

Masalah keluar garis saja menjadi hal penting mengalah kontras atau cara mewarnai. Seni menjadi kaku dan tak toleran.

Ia lupa bahwa Seni menggambar adalah cara menikmati keindahan. Tak perlu benteng-benteng kokoh, seperti keluar garis, gunung harus lancip, matahari harus tersenyum, dan seterunya. Seni adalah keindahan yang dengannya mampu menciptakan daya pikir serta daya kritis dalam menampilkan keindahan itu sendiri.

Jubah kebesaran yang dimiliki oleh guru itu mungkin perlu dilepas sejenak dan digantungkan pada cantolan. Mencoba mengubah tentang pola seni yang dapat dinikmati dengan cara lebih luwes tanpa meninggalkan kepengrajinan itu.

Seni yang seharusnya menjadi jembatan kebebasan untuk mengekspresikan sesuatu pada lembaran kertas misalnya, menjadi pengikis kepercayaan dirinya dalam waktu yang singkat. Si anak mungkin saja tampak biasa-biasa saja, untuk saat ini. Apakah saat dewasa nanti, ia akan baik-baik saja?, tentu saja kita berharap mereka dalam keadaan baik-baik saja.

Sekali lagi bahwa seni adalah cara berpikir, menafsirkan sesuatu, dan menghargai sesuatu. Untuk mengubah orang lain, mungkin kita sendiri yang perlu mengubah pola-pola pikir kita.

Rabu, 26 Maret 2025

Kenapa Guru Di Indonesia Tak di Hormati?

BABAK 17
Ini pertanyaan sulit, yang di dapati sepanjang tulisan ini. Pertanyaan muncul dari seorang tokoh indonesia, yang dirinya telah menempa banyak pendidikan di luar negeri, belajar beragama macam disiplin ilmu. 

Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengecilkan profesinya mereka yang memilih sebagai guru, pendidik, pengajar, pembimbing, fasilitator, dan segala turunannya. Mari sejenak duduk sebentar dalam deraian bertumpuknya informasi pekerjaan mendidik, dan 'segudang' administrasi yang sudah jatuh tempo. Agar nantinya bisa mengambil sedikit keterangan dari penjelasan-penjelasan dengan pendekatan pengabdian seorang guru. 

Karena guru mendapati label dirinya dari siswa yang diajarnya. Tak bisa berkutik jika yang menilai adalah siswa yang diajarnya sehari-hari. Mereka bisa melihat cara guru berkata, bertindak, dan ber yang lainnya. Pada level tertentu murid-murid bisa mengetes kemampuan guru karena tiap hari mereka mendengarkan penjelasannya. Pada saat guru tidak memperbaharui infomasi dan bagaimana mengajar, sang guru akan terjebak pada situasi psikologi yang namanya merasa paling benar. Di titik inilah awal mula penghormatan murid terhadap guru mulai dipertanyakan. Di titik lain, guru merasa apa yang telah dilakukan sudah memenuhi standar pengajar kelas. Ditambah kecenderungan menghindari evaluasi pengajaran melalui diskusi-diskusi sederhana di bawah tatapan seorang pakar kurikulum, setidaknya begitu. 

Datang seorang guru di hadapan kelas, memberikan instruksi; buka halaman sekian, kerjakan. Kerjakan dalam artian menyalin seluruh teks yang ada, persis pada halaman buku yang dimaksud. Memasang wajah Innocent, guru tersebut melipir keluar kelas, tak lama kemudian menyalakan 'asap'  sambil memutari gedung sekolah. Isi kepalanya serasa keluar, dan berada di negeri entah. Murid yang secara sadar melihat situasi tersebut merespon dengan caranya sendiri. "Mungkin sedang ada masalah keluarga, mungkin orang tuanya sedang sakit, mungkin sedang memikirkan bagaimana mencari pendapatan tambahan," dan seterusnya. Patut disadari bahwa isi kepala murid sangat acak sesuai latar belakang pola asuh di rumah. 

Judul di atas terlalu bombastis, sengaja? biar kalian bisa memantik diri untuk selalu mengejar ketertinggalan apapun sebagai guru. Memaksudkan agar nantinya arah stigma tidak melulu pada label seorang guru. Lebih dari mereka memiliki segudang tanggung jawab moral, entah sebagai kepala keluarga, masyarakat, bahkan mungkin warga dunia. Sejauh mana mereka memadang, tergantung pada perangkat yang ada di kepala masing-masing. Cukupkah dengan istilah "katak dalam tempurung" bisa jadi tempurung katak mungkin jauh lebih dari yang disangka. 

Evaluasi diri menjadi penyebab label yang melekat pada seorang guru dapat bergeser sedikit demi sedikit, tanpa perlu mengganti jadi diri menjadi platform yang berbeda. Sang guru tetap memenuhi nutrisi otak dan pikirannya dengan isian spesial layaknya martabak lima telor bebek. Terjaga martabat dan juga dirindukan akan kenikmatan isi pikirannya, bukan yang lain. Soal pakaian, aksesoris, sepatu, ia adalah tambahan lain, bukan satu-satunya penyebab murid tiba-tiba mampu melejitkan potensi diri. Dari refleksi pindak ke aksi, dari refleksi pindah pendampingan, dari refleksi pindah ikatan hati, dari refleksi pindah wilayah pendekatan pribadi dilengkapi ketegasan sikap, dan seterusnya. 

Acuh tak acuk alias abai bin cuek bebek pada kelas yang diampunya. Mendapati dirinya memiliki status tertentu yang menyebabkan dirinya tetap mendapatkan haknya meski ia malas-malas mengajar, dan alakadarnya. Sementara ada guru yang tetap mengajar tanpa memperhatikan apakah berlabel atau tidak, si guru menghormati hak-hak siswa untuk tetap mendapatkan pengajaran yang layak, tanpa perlu repot-repot mendapatkan balasan setimpal. Isi kepalanya memberi bukan diberi, isi kepala menghormati bukan di hormati, dan seterusnya. Suatu hari guru mendapatkan kelayakan jenis tertentu itu efek saja, tanpa perlu membusungkan dada apalagi jumawa. 

Banyak peubah yang bisa disajikan di sini. Kalian bisa berpendapat tentang apa saja. Pikir-pikir rehat dulu, beri jeda, biar rada seger, punya sudut pandang lain yang lebih 'menyudutkan'. 

Sampai di sini dulu ya...jika berkenan silakan tulis dikolom komentar. 



Selasa, 25 Maret 2025

Seorang Guru Yang Mengabaikan Bakatnya

BABAK 16
Pada saat usia tertentu dimana manusia menyadari saat itu semua tinggal menghitung kekecewaan. Lalu lahirlah penyesalan yang selalu datang belakangan, mungkinkah itu bisa diputar? Jawabannya ada pada kesanggupan mengelola kesempatan yang selalu datang bertubi-tubi. Second Chance, begitulah orang 'bijak' berucap. 

Manusia menyadari bakatnya di bidang tertentu, setelah lama sekali menyadari baru melatihnya sedemikian kerasnya. Ini membutuhkan gelombang semangat tinggi dan meninggalkan riak-riak keluh kesah. Semuanya dimaksudkan untuk melunturkan kemalasan yang telah bertumpuk mengarat.

Setelah menemukan dirinya berbakat, meski kesadaran dan penemuan jati dirinya melalui orang lain. Itu tak jadi masalah. Ini bagian dari usaha mencari jalan keluar. Tak juga melunturkan jiddiyah untuk memompa usaha secara istimroriyah  (terus menerus).

Bakat juga memerlukan kerja keras, agar tak hilang di telan kerasnya kemalasan. Berbekal bakat saja, bisa menipumu kapan saja. Merasa bisa sejatinya ilusi semata. Orang pontang-panting mengukur diri sejauh mana dirinya benar-benar berbakat.

Menyerahkan kemampuan pada bakat bawaan, sama saja mematikan api pada kayu bakar. Hadir kemudian orang-orang yang memiliki bakat justru mengabaikan tak pernah meresponnya. Karena merasa bisa. Kebiasaan seperti itu akan merenggut hal terbesar darinya, sama saja bakat itu di take over tanpa pernah bisa untuk melawannya. Di sisi lain ada orang-orang yang mampu menghadirkan satu sikap disiplin ketat dibarengi latihan serius dan diakhiri oleh kerja keras, cerdas, juga ikhlas.

Mendiamkan bakat yang ada atas dasar arus kesadaran, dengan alibi bisa memanggilnya kapan saja, sama membiarkan umpan dimakan oleh ikan buruan dengan melepasnya dengan kailnya.

Jika ada pernyataan, "ngapain tahu bakat, kalau nantinya malah mati-matian berusaha." katanya enteng. Pada saat yang bersamaan, ia kehilangan sesuatu yang berharga, yaitu bakatnya sendiri. Keluar dari lingkaran merasa bisa mengerjakan tanpa perlu latihan agar pada masa tertentu tidak menyesal, menyesal yang tak tergantikan.

Seolah-olah bakat itu bisa dipanggil kapan saja dan diperlakukan semena-mena. Alih-alih ia (bakat) dianggap barang antik yang disimpan di tempat terbaik, tanpa pernah melatihnya, lalu digunakan seenak jidat, rasakan saja nanti akibatnya. Ia bisa menghilang kapan saja, tanpa pernah kalian sadari. Mungkin bakat itu akan jadi milik temanmu sendiri, karena bakat merasa sedih telah di sia-siakan terlalu lama. Hingga ia rapuh dan pergi dalam kehidupannya. Temanmu yang merasa prihatin akan disia-siakan sebuah bakat, kemudian mengambil bakat itu, memelihara-merawat-melatih-sedemikan keras. Berhari-hari, betahun-tahun, hingga bakat itu secara tepat nempel pada dirinya dalam kondisi prima siap untuk digunakan kapanpun dan dimanapun. Bakat yang tadinya tidak ada, menjadi ada. Itu akibat dari perlakuanmu yang tertib untuk mengkondisikan sebuah bakat agar tak sia-sia.

Ini pendapat ketika mendengar seorang guru telah menyia-nyiakan bakatnya, sebab malas berusaha. Secara sadar ia telah mematikan api dalam dirinya. Meruntuhkan tekadnya sebagai seorang guru. Pada saat nantinya ia akan menyadarinya cepat atau lambat.

Sebelum bakat mati menjadi hantu  penyesalan, rengkuhlah ia agar tetap  menjadi api semangat untuk terus melatihnya sampai kematian datang menjelang. Jika tidak segera, maka seorang guru bisa kehilangan bakat sampai tak di sadarinya, karena terlalu abai sekian lama. Cekap semanten

Senin, 24 Maret 2025

Titik Awal

BABAK 15
Gadis kecil itu menangis histeris di pos satpam. Ia tak sengaja ditinggal oleh ayah dan ibunya. Ibunya mempercayakan kepada ayahnya. Begitu juga sebaliknya. Yang terjadi kemudian, sebuah tragedi yang menorehkan luka mendalam pada gadis kecil itu. Sebuah luka yang akan diingatnya kuat-kuat.

Pagi yang ceria. Si ibu yang sedang membuat sarapan pagi dikejutkan oleh dering telpon yang menggelagak. Nadanya menantang kenyamanan pagi hari. Berkali-kali minta konfirmasi. Gadis kecil tengah duduk di kursi, tangannya bertumpu pada meja makan. Kedua matanya yang jernih mengamati gerak-gerik ibunya.

Tangan si Ibu gemetar, hampir saja HP nya terjatuh karena udara di kepalanya menipis. Jantungnya berdenyut lebih cepat dari pagi biasanya. Darahnya mengalir sampai ubun-ubun. Keringat dingin mengalahkan cahaya pagi yang menembus sampai sela-sela dapur. Ia letakkan HP di atas meja. Berjalan menatap kompor yang masih menyala. Lalu tangannya sigap mematikan. Api kemudian padam, tetapi panas hatinya tak cepat-cepat pergi dari rongga pikirannya.

"Parkit?, kita ke rumah sakit," ajak Ibunya.

"Siapa yang sakit Bu?, tanya Gadis kecil. Namanya elok sekali.

"Nenek," jawab ibunya.

Segera sang ibu memberi kabar pada suaminya perihal Ibu kandungnya. Sang suami dari balik HPnya berguman tak jelas. Si ibu tahu persis apa yang sedang digumamkannya.

Keduanya bertemu di rumah sakit. Lalu menjenguk layaknya orang-orang. Nenek tampak lemah terbaring di atas kasur bersprei putih.

Tak lama hajat mereka selesai. Keduanya berpamitan.

Sang nenek menggerakan jemarinya yang letih. Bibirnya tampak ingin tersenyum, tapi hanya air mata yang meleleh di pipinya. Gadis Parkit itu mengelap air mata dengan kacu yang selalu ia bawa. Pemberian sang nenek. Ia pun pamit dan mengejar kedua orang tuanya.

Si Ibu mengiyakan ketika gadis Parkit ingin ikut dengan ayahnya. Sementara ayahnya sedang di Toilet menuntaskan hajatnya yang beberapa menit lalu ditunda atau terpaksa ditahan selama mungkin. Tak mengira putrinya mengekor di belakangnya.

Sang ayah keluar dari Toilet. Gadis Parkit menguntitnya dari belakang. Aneh. Sang ayah menganggap Parkit ingin ikut ibunya. Sementara gadis Parkit amat segan kepada ayahnya. Mereka seperti dibatasi oleh tembok yang kokoh. Komunikasi mereka amat miskin. Meski tergolong purba. Komunikasi adalah pilar utama sebuah hubungan.

Gadis Parkit berdiri kaku manakala sang ayah tak menoleh kebelakang sedikitpun. Masuk mobil dan mulai mengendarai mobilnya keluar dari pelataran Rumah Sakit.

Si Ibu sudah sampai TOL dengan kecepatan maksimal. HPnya memekik keras.

"Parkit ada di situ nggak," tanya sang ayah.

"Lho bukannya sama ayah," jawab sang Ibu.

"Jadi di mana sekarang?"

"Kok malah nanya," jawab sang ayah.

"Berarti di rumah sakit?" tanya sang Ibu.

"Udah tahu nanya!" jawab sang ayah.

Mereka putar balik kembali ke Rumah Sakit. Didapatinya Parkit sedang menangis keras berada di pinggir pos satpam sambil tantrum yang sulit terkendali. Hari itu lukanya makin menganga. Kedua matanya menyimpan kesedihan.

Rengkuhan yang hangat. Pelukan yang mendewasakan, dan bisikan yang menumbuhkan kepercayaan diri yang mungkin mampu mengobati lukanya yang menganga. Sebuah luka yang didapati dari orang terdekat akibat jarak terlampau jauh. Yakni komunikasi dari hati ke hati. Sentuhan dari hati mampu mencairkan sebuah kekakuan yang telah mengeras. 

Titik awal inilah yang memangkas jarak sekaligus memberi jeda pada guru untuk bisa menyelami apa isi kepala anak tersebut. Informasi awal tersebut bukan menjadi beban, malahan menjadi modal awal untuk mencari jenis pendampingan apa yang mendekati tepat. 

Saat itulah guru menjadi ujung tombak untuk tumbuh kembang anak di bawah komunikasi terbuka antara orang tua dan walimurid. 

Menyampaikan informasi di awal adalah pintu untuk membuka tabir komunikasi antara murid dengan gurunya. Sejak saat itulah suluh-suluh kepercayaan anak kepada orang dewasa mulai terbangun. Pada saat nantinya, tinggal memberi kepercayaan diri yang besar kepada si anak, dan anak akan siap untuk menghadapi masalah-masalah di luar kendalinya.  Cekap semanten.

Tulisan ini diproduksi 9 Agustus 2020