BAB dua puluh
Sudah satu tahun Nara di penjara, kalender mencatat kalau sekarang sudah memasuki akhir bulan Maret 1973. Kegelisahan melanda hati Nara yang akan akan merayakan pesta pernikahan dengan Marko, kini tertunda sampai satu tahun. Melihat betapa masalah yang di hadapi Nara sekarang, membuat Nara merasa seperti dalam bayang-bayang akan jatuh kedalam jurang yang dalam. Dan di sana ada buaya-buaya yang mencabik-cabik tubuhnya. Seringkali matahari tak di lihatnya bila sedang di intograsi di ruangan yang gelap.
Nara di masukan kedalam ruangan yang pengap di tambah ventilasi yang buruk. Sudah ribuan jam Ia duduk sendiri di temani dengan cahaya lampu tepat di atas kepalanya. Rinjingnya Ia taruh di pojok ruangan, tanpa sisa. Tiba-tiba ia mendapatkan firasat buruk yang akan menimpa dirinya.
Pagi yang pengap. Di luar ruangan ia obrolan-obrolan kecil diantara sesama polisi. Nara mendengar obrolan para polisi itu akan melakukan penyeledikan tentang pengedaran Uang di Pasar Purbalingga yang tiba-tiba beredar begitu cepat dalam rentang waktu satu tahun ini. Ini sejarah yang mengerikan. Berbagai peristiwa tak manusiawi sering tertoreh dalam lembar sejarah kota kecil Purbalingga. Dalam obrolan itu, Nara mendengar pembicaraan yang langsung membuat lututnya gemeter dan jantungnya berdegup kencang. Dan bayang-bayang pernikahan yang indah seakan hilang begitu saja. Ketika kedua telinganya menangkap dengan jelas dua kubu polisi yang akan mengintograsi dirinya.
“ Mau di apakan tahanan itu kawan, kelihatan dia masih muda dan segar. Sudah satu tahun kok masih di anggurin saja.” Seorang Polisi bernama Marno bertanya dengan nada mengejek.”
Sudah satu tahun Nara di penjara, kalender mencatat kalau sekarang sudah memasuki akhir bulan Maret 1973. Kegelisahan melanda hati Nara yang akan akan merayakan pesta pernikahan dengan Marko, kini tertunda sampai satu tahun. Melihat betapa masalah yang di hadapi Nara sekarang, membuat Nara merasa seperti dalam bayang-bayang akan jatuh kedalam jurang yang dalam. Dan di sana ada buaya-buaya yang mencabik-cabik tubuhnya. Seringkali matahari tak di lihatnya bila sedang di intograsi di ruangan yang gelap.
Nara di masukan kedalam ruangan yang pengap di tambah ventilasi yang buruk. Sudah ribuan jam Ia duduk sendiri di temani dengan cahaya lampu tepat di atas kepalanya. Rinjingnya Ia taruh di pojok ruangan, tanpa sisa. Tiba-tiba ia mendapatkan firasat buruk yang akan menimpa dirinya.
Pagi yang pengap. Di luar ruangan ia obrolan-obrolan kecil diantara sesama polisi. Nara mendengar obrolan para polisi itu akan melakukan penyeledikan tentang pengedaran Uang di Pasar Purbalingga yang tiba-tiba beredar begitu cepat dalam rentang waktu satu tahun ini. Ini sejarah yang mengerikan. Berbagai peristiwa tak manusiawi sering tertoreh dalam lembar sejarah kota kecil Purbalingga. Dalam obrolan itu, Nara mendengar pembicaraan yang langsung membuat lututnya gemeter dan jantungnya berdegup kencang. Dan bayang-bayang pernikahan yang indah seakan hilang begitu saja. Ketika kedua telinganya menangkap dengan jelas dua kubu polisi yang akan mengintograsi dirinya.
“ Mau di apakan tahanan itu kawan, kelihatan dia masih muda dan segar. Sudah satu tahun kok masih di anggurin saja.” Seorang Polisi bernama Marno bertanya dengan nada mengejek.”