Suara Burung Hantu di dekat rumah Ibu Kinarsih terasa lebih menakutkan dari biasanya. Sepertinya burung Hantu tengah kehilangan pasangan hidupnya untuk selama-lamanya. Para pemburu telah membuat Burung itu menjadi Janda sendirian dengan dua orang anak yang masih kecil-kecil. Entah alasan apa yang membuat para pemburu itu tega menghabisi salah satu burung terunik di dunia, kabarnya untuk obat pereda sakit kepala. Salah satu alasan yang begitu klise dan terkesan di buat-buat.
Induk betina Burung Hantu itu terus menerus mengeluarkan suara. Terdengar suara makin memelas dan menahan kesedihan yang mendalam. Kesedihan itu juga melanda Hati Ibu Baroroh, betapa tidak anak gadis bungsunya tengah berada di balik tahanan yang dingin mencekam sendirian tanpa seorang teman. Ibu mana yang tidak merasakan kesedihan dan ketakutan bila mendapati anak gadis ternyata sedang mendekam di bawah tatapan mata polisi yang bringas.
Ibu Baroroh makin cemas dan takut bila sesuatu yang buruk akan menimpa Nara, putri bungsunya. Firasat seorang Ibu kepada anaknya biasnya tepat dan jujur. Kedua kelopak matanya sudah mulai bengkak akibat tangisan dari hati yang menyayat. Ibu Baroroh mengetahui kabar putrinya yang sedang mendekam di penjara dari seorang polisi baik hati bernama Saryo yang datang setelah Mahgrib dengan salah seorang temannya. Polisi Saryo dengan jelas menceritakan awal penangkapannya itu kepada Ibu Baroroh dengan pembawaan seorang polisi pada umumnya.
Ibu Baroroh sama sekali tak percaya kalau putrinya telah menjadi pengedar uang palsu. “Selama ini Nara hanya memegang uang pecahan lima ratusan dan ribuan, aku tak menjumpai satu lembar uang lembar dua apalagi lima puluh ribu. Apakah dia menyembunyikannya dariku.” Ibu Baroroh berucapa dalam hati.