Jalan 'samurai' seorang guru semacam perisai bagi siapa yang ingin menjadi pengajar (yang selalu memperbaharui cara mengajarnya), agar selalu menyediakan bergalon-galon air penyemangat seorang prajurit samurai yang melimpah tiada banding.
Semangat Bushido, mestilah menurun pada hidup seorang guru, melengkapi diri dengan seperangkat prinsip etika dan moral yang menjadi alas bagi seorang pendidik (jika sudah lulus menjadi pengajar). Marilah simak satu persatu semangat bushida yang bisa diserap dari mereka para pejuang samurai. Semangat membara mereka bisa ditagih pada semua elemen kegiatan belajar mengajar, dan bisa dipindahkan dari alam bushida kepada alam mengajar tanpa meruntuhkan penamaanya (mendidik).
Kesetiaan
Komitmen kepada dunia ajar: Kesetiaan kepada dunia pendidikan sebagai tuannya (daimyo) dianggap sebagai elemen penting dimiliki seorang guru. Mendidik adalah Kesetiaan yang nilainya lebih besar daripada sekadar memenuhi jam pelajaran, target-target harian, nilai tinggi/rendah, dan seterusnya. kesetiaannya mendidik juga merupakan tugas dan pengabdian yang mengakar untuk melayani dan melindungi perkembangan siswa, seperti dari luka pengajaran, trauma dengan guru 'killer', dan seterusnya.
Kehormatan
Menjunjung tinggi Integritas. Kehormatan merupakan inti dari jati diri seorang guru. Mereka mengajar dengan rasa integritas, kejujuran, dan selalu berani menguji skema pembelajaran, minimalnya gayanya mengajar. Menjaga kehormatan sebagai seorang guru ketika mengajar dan menjaga kehormatan akal pikiran mereka serta intiuisi merupakan alas setelah ruh mengajar.
Pengabdian terhadap sikap mengajar
Menghormati sikap mengajar: Seorang guru berani menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap peserta didiknya, termasuk caranya dia mengajar, masukan-masukan penting dari siswa, dan kemampuan mereka. Rasa hormat ini berlaku untuk semua siswa, guru, kepala sekolah, unit, tanpa memandang rendah nilai kurikulum.
Keberanian untuk memperbaiki sumber mengajar dan caranya mengajar
Ketika menghadapi Kesulitan dalam belajar seorang guru perlu memberi jarak agar kembali memperoleh semangat bushida dalam mengajar. Isi kepala seorang guru adalah mental ice man. Dimana isi kepalanya menerima semua masukan dari rekan mengajarnya, muridnya, institusinya, situasi, dan semua elemen pembangun peradaban. Memperbaiki caranya mengajar adalah bentuk kerendah hatian seorang guru pada kemampuan otak masing-masing anak didiknya. Mereka punya kurikulumnya secara berbeda. Mereka seperti hidup di medan perang dengan tuntutan kognisi, afeksi, survival di kehidupannya mereka sehari-hari. Mereka dituntut untuk 'menjawab' semua tantangan di kelas. Ini menghawatirkan. Mengenali kesulitan siswa, keteguhannya, dari hal ini seorang guru seperti mengajarkan agar tak menyerah pada rasa takut atau ragu-ragu. Ini adalah misi untuk menampingi anak dalam meniti mendidiknya.
Kebajikan Seorang Guru
Kasih sayang dan kebaikan seorang guru adalah dua hal yang nggak bisa dipisahkan: Seorang guru dianggap sebagai orang yang memiliki kebajikan yang kuat. seorang guru didorong untuk menunjukkan perhatian detil pada setiap gerak gerik tubuh seorang siswanya, kebaikan hati, dan empati terhadap mereka, membuat siswa terhindar dari mental yang lemah, sekaligus menjauhkannya dari mental bunuh diri, dan hal-hal yang amoral.
Ruh Mendidik Yang Kuat
Kejujuran dan ketulusan adalah elemen dasar yang mesti dimiliki seorang guru. Ia ruh yang membebaskan diri dari mental menghina (murid) dengan menolak kebenaran (resisten terhadap masukan dari siswa, tidak coba cek dan ricek). Integritas bagian dari ruh seorang pendidik. Ia menjunjung tinggi dalam mengajar dengan Spirit Bushido. Seorang Samurai diharapkan untuk bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya dalam berurusan dengan orang lain, menepati janji, dan selalu menjaga prinsip moral mereka, begitu juga seorang guru. "Bushido" dalam dirinya tidak boleh mudah terbakar dan lenyap begitu saja, ketika langkah pertama di ruang kelas.
Pengendalian Diri Yang Tinggi
Seorang guru menyatakan dirinya sebagai pendidik, ia masuk dalam era pengendalian diri melimpah. Ini dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan ketertiban. Semangat samurai mengajarkan disiplin diri, pengendalian diri, dan penguasaan emosi, yang memungkinkan mereka bertindak dengan tenang dan rasional bahkan dalam panasnya pertempuran atau di bawah provokasi, begitu juga dengan seorang guru. Ia memerlukan ketenangan di bawah tekanan situasi.
Kejujuran
Kebenaran dan keadilan: kejujuran mengacu pada komitmen samurai terhadap kebenaran, keadilan, dan kejujuran moral. Mereka menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika dan menentang ketidakadilan, korupsi, dan penindasan, terlepas dari risiko pribadi.
Kematian Mengajar adalah seni terburuk
Penerimaan terhadap kemampuan siswa membuat seorang guru belajar untuk tidak mati terlebih dulu ketika mendapati seorang murid yang berkali-kali mengajukan tangannya untuk bertanya. Jika ia menyerah, sama saja dunia pendidikan dengan kematian mengajar yang membuat seni juga tercoreng. Kematian. Jalan samurai seorang guru sebuah keniscayaan dan mereka sudah mempersiapkan dengan disiplin. Guru hendaknya selalu mengingatkan diri agar punya cara untuk menambah metode mengajar sebagai tantangan, dan memperbaharui caraya mengajar. Agar kematian tidak datang tiba-tiba dan siswa sudah tidak lagi menjadi murid dalam kelas. Mereka menjadi murid guru lain. Begitulah kematian mengajar selalu saja datang silih berganti. Marilah merenung.
Kecerdasan Spiritual
Keselarasan olah rasa membuat siswa memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan kecerdasannya tanpa pernah merasa digurui dan dituntut. Pada tahap ini semangat Bushido dalam diri seorang guru telah melampui pengabdiannya. Ia melihat sudut pandang yang tidak bisa oleh mata biasa. Untuk siswa, perkembangan bukan hanya memenuhi target harian tetapi ia sedang membangun dinasti tentang konsep diri dan hunian untuk cita-cita sekaligus raksasa tanggung jawabnya untuk menemani perjalanan hidupnya yang masih panjang.
Warisan Moral
Pengaruh yang kuat akan melekat, abadi, pada diri setiap siswa ketika mengingat gurunya mengajar. Bahkan setelah tidak diajar oleh sang guru awal. Tetap sambungan-sambungan dalam otaknya akan memperbaharui terus menerus tanpa pernah lelah. Kenapa?, karena ruang dalam kepalanya sudah merasa menerima, nyaman, dan energi gurunya hadir tidak hanya saat mengajar tetapi saat menyapa dan bertegur sapa.
Semangat Bushido terus menginspirasi kekaguman dan penghormatan di sekolah dan rumah. Prinsip-prinsipnya yang abadi tentang kesetiaan, kehormatan, keberanian, dan kasih sayang berfungsi sebagai cahaya penuntun bagi siswa yang ingin hidup dengan integritas dan tujuan hidup yang mulia.
Inti semangat Bushido melampaui kecakapan mengajar belaka. Api tekad seorang guru meliputi pendekatan holistik terhadap kehidupan di luar kelas, pengembangan moral, dan bagaiman mereka survival ditengah gempuran teknologi. Melalui pengembangan pendampingan universal, api tekad seorang guru berusaha mewujudkan cita-cita agung ki hajar dewantara sebagai pilot projeknya. Semangat Bushido (kurikulum) dan guru (samurai) dan meninggalkan warisan nilai abadi yang kelak bisa diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sampai menuju ke generasi gemilang. Cekap Semanten.