Sabtu, 31 Mei 2025

TIGA RATUS MILYAR GALAKSI

Lihatlah kawan...

Mereka bangun pagi

Membasuh muka, sarapan, lalu pergi-pergi

Tiga ratus milyar galaksi

Bima sakti salah duanya

Dua ratus lima puluh milyar bintang dalam bima sakti

Matahari salah duanya

Dunia...

Tidaklah lebih besar dari butiran pasir

Manusia, mahluk kecil penghuni bumi

Setiap orang...

Mati dikubur di lubang kecil bumi

Jika tidak mati muda

Akan kepayahan dalam tua renta

Hari, bulan, dan tahun telah berlalu

Lupa, kita tak pernah bisa menolah tua

Lupa, yang muda merasa lalai, usia tua masih lama menjelang

Mereka lari dari kenyataan, kebanyakan

Jeruk manis membusuk

Apel juga...

Kecantikan, ketampanan, juga memudar

Kulit menipis, kemudian mengendur

Bagaikan lumpur kering

Kencang di usia muda

Keriput di usia senja

Semua tampak mengerut

Pelan-pelan...

Lalu mati

Lalu dikubur

Lalu sendiri

Sepi...

H. Y

Jumat, 30 Mei 2025

RUANG TUNGGU

berderet kursi-kursi panjang

mesin tik memukul-mukul sepanjang

seorang ibu terjebak

dalam rentang

menguar bebauan dari mesin pabrik

tenggelam dalam hutang menumpuk

jeda berkisah untuk harap

jendela-jendela usang

ruang tunggu tembok coretan

pasien teguh menunggu dokter lembar uang berkeringat dalam genggaman

keluar melepas beban

Kamis, 29 Mei 2025

Pohon Sirkus

pohon sirkus menjuntai mengawal

menjajah jalan sepanjang kelas

mengeja rasa semusim penuh

mengurai derai sepeluk rindu

pada waktu lengah yang sempit lagi tiris

lewat sedang kuah mia dalam mangkuk

lewat sedu tapi riak

jungkir balik lewat tatap

sebongkah dendam turun temurun

Rabu, 28 Mei 2025

DEMAGOGI

Tampak terdengar seperti pecundang!

Membisu dan kaku!

Tak berekspresi dan tak mau presisi!

Menjalari setiap peredaran kepala!


Bibir terkunci rapat

Seolah hendak rapat-rapat

Bersama wejangan yang hangat

Atau dalam dekapan rapat


Ia selemah-lemahnya keyakinan

Ia serapuh-rapuhnya pertahanan

Ia sekeropos-keroposnya pikiran

Ia setepo-teponya jalinan

Selasa, 27 Mei 2025

PERANG

Mereka melemparkan granat-granat yang mengeluarkan asap-asap

Kumpulan-kumpulan lari kocar-kacir

Bubuk-bubuk mesiu bertebaran memenuhi udara

Jalan bersemut bersepatu besi

Kebencian yang mendarah daging

Bahkan tidur dalam dendam

Makanan lezat hanya mampir ditenggorokan

Tak mengubah apapun

Istana putih itu gempar

Mereka menyalakan rokok bersama-sama

Menyundut bersama-sama

Puas dalam tawa

Pengorbanan menjadi titik perjuangan

Dimana darah tak lagi menakutkan

Ada iblis berlapis-lapis

Berbaju dan berjas menyilaukan mata

Ia berada dalam kamar yang gelap

Sedikit cahaya

Hatinya bahagia

Lapang dadanya

Sayap-Sayap Mengepak

Sebutir telur dipeluk hangat oleh bulu-bulunya

Kedua matanya tampak mengkilat

Kembang kempis

Mematuk sesekali pada lehernya yang jenjang

Ia enggan keluar, menikmati betul peranannya

Mungkin ia manahan lapar

Rela mempertaruhkan nyawanya

Meski lehernya terkoyak gigitan musang

Meski tak sempat ia melihat kelopak

Sayap-sayap mengepak

Langkah-langkah gembira

Paruh-paruhnya yang mungil

Pola Pikir dan Pola Tindak

BABAK 63
Asal bunyi, begitulah orang bicara. Saat pikiran belum sampai diolah ia akan berujung pada penghakiman yang tak berkesudahan. Selanjutnya pola tindak yang tidak beralas pada pola pikir, bisa serampangan tanpa memikirkan efek selanjutnya. Meski begitu, ada banyak hal yang bisa dilatih untuk menemukan ritme berpikir dan bertindak sama kuatnya. Jika belum bisa, maka pertajamlah pikiran agar nantinya bisa menjawab pertanyaan yang mengandung propaganda pikiran juga. Ada pembelaan dengan pembelaan lain, yang nantinya berujung pada ketajaman intelektual. Untuk selanjutnya biar kami cari sendiri formula yang bisa dijadikan alas berpikir lebih kuat dan tajam.

Ada baiknya mari merenung kebanyakan dari manusia kuat dalam pikiran dan minim pola tindak. Pada tataran ini keterbukaan pada kenyataan kegiatan agar nantinya bisa menyudahi kemalasan yang datang bertubi-tubi. Kemalasan yang terstruktur lebih membahayakan dari pada mager kerena situasi yang menghampirinya.

Agar pola pikir mempertajam gerak dan pola tindak memperbagus karakter, maka pikir-pikir apa yang perlu disiapkan dan tindak-tindak apa yang kudu di jaga. Karena konsiten menjadi jawaban atas semua pola pikir dan pola tindak. Lalu bentengnya adalah ada keselarasan Doa dan Usaha, wilayah yang sering terdengar bahwa usaha tidak menghianti hasil, kelimat seperti itu agar tidak menjadi 'cacat' iman, perlu dibubuhi kalimat setelah tangan Allah, usaha tidak menghianti hasil. Itu salah duanya. Bagian ini menjadi paradigma posisi agar cermat menempatkan mana wilayah pola pikir dan pola tindak. Ada saatnya porsinya pada pola pikir saja, mengerem pola tindak untuk sejenak. Begitu juga sebaliknya. Cekap Semanten.

Saat Guru Bercerita (4)

BABAK 61

"Itu motor hilang sengaja dihilangkan atau benar-benar hilang," tanya Bedil pada pemilik motor yang telah percayakan padanya hilang. Ia mangkir dari pekerjaannya sebagai satpam parkiran. Ia malah menitipkan pada salah seorang tetanggta sekolah. Yang bukan tetangga aslinya.

"Maksud bapa apa!" Ucap suami sambil menaikkan alisnya tinggi.

Senin, 26 Mei 2025

Malu Belum Baca Buku Apa

BABAK 62
Malu belum baca buku apa adalah Life Style yang jadi pola prilaku umum sebagai guru dan bukan guru. Sinapsis kepalanya selalu ketagihan dan menagih buku apa yang belum dibaca. Tidak hanya buku pelajaran yang dibawa kemana-mana, setidaknya di meja kerjanya ada satu buku yang perlu dibaca bukan hanya sebagai hobi semata, mengisi senggang, klangenan, tetapi membaca buku adalah sebagai paradigma kultural yang hendaknya dijadikan pedoman ketika menjadi seorang pendidik, meski ia bukan seorang guru. Membaca buku apa hari ini mutlak diperlukan untuk semua orang yang merasa berbudaya dan beragama. Ahli bahasa, ahli cerpenis, dan seterusnya. Membaca buku bukan sekadar ia lulusan sastra, tetapi ada persoalan yang lebih serius yaitu menguji nalar kritis seorang pendidik.

Proyek membaca bukan sekadar ranah linguistik, tetapi ia menjadi hidup dikepala setiap saat, dan pendidik seyogyanya menyadari. Tidak ada kata terlambat. Semuanya bisa memulai dari awal. Karena kadang kala karya bukan karena bentuk dan isi semata, tetapi situasi lah yang kadang membuat buku tersebut menjadi melegenda. 

Kidung 'Cinta' Para Pembalap

Dari Prancis Hingga Inggris.
Setelah Zarco bisa backlips di kampung sendiri dengan gaya tinggi di tambah senyumnya yang lebar, Zarco berhasil menyudahi paceklik ratusan hari tanpa podium. Dengan hampir 20 detik meninggalkan para pembalap lainnya, Zarci seolah menyatakan bahwa eranya masih berlaku, tidak perlu selalu terpusat pada Ducati, si merah yang selalu 'menyebalkan' ketika di lintasan lurus. Bagiku ini lebih banyang perang mesin, memang untuk mengebuli pembalap lain dibutuhkan skill rata-rata. Bagi saya, penonton, yang mulai mendengar nama pembalap Valentino Rossi dari seorang teman yang siarannya bisa nyampe, saat itu untuk melihat Rossi membalap, mungkin membutuhkan parabola. Lalu pernah sayup-sayup melihat para pembalap di satu koran olaharaga yang dibawakan seorang teman yang punya uang saku berlebih. Perkenalan saya dengan mereka bisa dibilang cukup lama, mungkin di tahun (94-95) saat saya duduk dibangku MI sambil rebahan di antara dua kakinya. Bukan nonton pembalap Motogp, tetapi nonton Motor Tril yang bisa terbang sana terbang sini.

Kembali ke Zarco, ia berhasil mempercundangi ducati lantara insting yang ciamik, berdasarkan pengamatan anak kampung sendiri, ia berhasil mengamati satu tanda cuaca. Iapun memutuskan untuk ban setingan hujan, keputusannya tepat, ia pun berhasil menjadi juara 1 dan meninggalkan pembalap lainnya yang sibuk untuk mengganti bannya. Sebuah intuisi cemerlang berkata latihan dan kerendahan hati.

Setelah Zarco mengukir jalan ceritanya, kini giliran Bezzecchi yang memahat namanya di podium satu, race inggris. Ia pun berhasil mengebuli ducati dengan caranya sendiri. Setelah puasa gelar, selama lebih dari 600 hari, ia pun menggeber motornya setelah tahu bahwa pembalap yamaha mengalami 'masala' dan bannya ngerem sendiri. Tararo pun mojok di satu satu sirkuit sambil dimotivasi oleh 'rekannya' yang paling penting murid-muridnya berhasil mengimbangi ducati dengan caranya, meski sama-sama membela ducati, saya pikir mereka punya misi pribadi yang tidak ingin diceritakan, setidaknya sekarang.

Saat Guru Bercerita (3)

BABAK 61

Sebuah cara adalah cara itu sendiri. Fikir itu adalah tindakan yang tak pernah terselesaikan. Apapun alasannya, alasan adalah cara terbaik untuk menyembunyikan keburukan dirinya sendiri, seperti gajah koma di akhir pekan karena tidak bisa mengenali ekor dan jejaknya sendiri.

Ia ingin menyapa sahabat pena, ada di nun jauh disana. Cara apa yang bisa sampai. Jika sayap bisa dibeli di toko, maka ia akan berencana membeli selusin sayap agar bisa berganti secara berkala. Lalu terbang melintasi udara luas, kotak-kotak kubus berasap, yang sesekali menggigil ketakutan karena pemerintah lupa memberi kupon sembako.

Ia berdiri dan menatap tusuk konde yang melingkar tegap tinggi sampai matahari tak leluasa untuk menyinari hamparan pasir panas.

"Kau kenapa Gaza, kota ini memang seperti tak ada harapan. Apakau kau setuju."

Suatu siang ia mendapati suara yang terdengar dari balik bebatuan hitam yang sering disinggahi singa pada malam hari.

"Sahabat penamu, bagaimana?"

Suara lain muncul dari arah angin yang menampar-nampar.

Mereka sibuk dengan apa yang mereka cari. Janganlah kalian mempermasalahkan sesuatu yang sudah disepakati.

Janganlah dicari-cari kesalahan. Masalah kita bukanlah yang itu-itu saja, darah kita lebih berharga dari apa yang mereka kira. Tak perlulah kita membuat semuanya lemah. Inilah yang membuat Tuhan mempecayakan tanah kepada kita semua.

Janganlah membuat kecewa.

Gaza mengangguk. Ia pergi menggendong tas mulai mengukur tembok raksasa, mencari jalan tembus peluru menghadang. Ia sibuk mengira-mengira, apakah mereka tak pernah takut tentang hari penghisaban.

Minggu, 25 Mei 2025

Saat Guru Bercerita (2)

BABAK 60

Anak perempuan itu terus saja menempelkan wajahnya ke atas meja, dari pelajaran pertama kimia. Pelajaran yang menyebalkan itu. Kau pasti sepakat kan?, jangan munafik. Ingin saja keluar dari pelajaran itu ketika sepatunya yang sering dipakai tentara terdengar lebih keras dari sering dipakai. Guru Kimia itu sengajakah. Sekarang bukan saatnya membahasa tentang Guru Kimia, yang rambutnya bergelombang, senyumnya meradang. Lebih baik, mari dengarkan anak perempuan yang menunduk kelas, seakan ia ditinggal kenangan keras itu. Anak lelaki pada waktu itu masih tabu untuk menanyakan apakah ia baik-baik saja, bukan tak mau. Kami tak cukup kosa kata untuk memulai percakapan, atau hanya ini perasaan Gaza saja.

Pelajaran kedua juga tak kalah menyebalkan, Fisika. Hari senin memang neraka bagi Gaza. Ini salah siapa, tak perlu mengira-ngira. Ini kenyataan yang Gaza harus hadapi. Jam kedua ini sedikit melegakan, pengampunya wali kelas Gaza sendiri, seperti anak ayam di ampu Elang. Serem juga sih.

"Kau kenapa Bita, sakitkah?" Tanya Ibu Wali Kelas. Ia beranjak dari tempat duduk setelah selesai mengabsen.

Ia mendekati Bita yang kepalanya masih lengket dengan meja. Ia mengelus kepalanya seperti putrinya sendiri, apakah ia betul-betul melakukannya. Mungkin Gaza hanya kusut masai saja, hingga ia tak sempat membaca perubahan wali kelas akhir-akhir ini.

Ia mengangguk seperti dokter. Ia memberikan ultimatum. Pelan-pelan ada semacam gelembung di dada ini entah apa rasanya. Segera kalian akan tahu, perasaan macam itu. Dan perempuan macam apa yang akan saksikan nantinya.

"Yang dekat dengan rumahnya," Tanya Wali Kelas.

Tema-teman mulai mendengung seperti truk slender, entah apa yang mereka rencanakan.

"Gaza bu, ia dekat rumahnya dengannya," salah satu temannya mengusulkan. Di susul teman-teman yang lain. Ini mulai mengusik ketenangan di pagi hari. Tetapi menyenangkan, bisa mengantar gadis semanis itu. Walaupun bau keteknya cukup memusingkan kepala, Ups itu dulu ketika di MI, mungkin sekarang ia agak berbeda. Gaza tak pernah lagi mencium bau tubuhnya, atau tak ingin melakukannya.

Takdir seolah berkata; kau harus mengantarkan gadis itu. Meski itu bukan pilihan yang mudah, tetapi mungkin kau menginginkannya. Aduh, kok bisa begini.

Huuuuu, gemuruh suara itu mengadukan perihal-perihal picik sebenarnya, dan Gaza tak berani melirik barang sejenak pada teman-teman perempuan, apakah itu semacam pengampunan dan Gaza juga tak peduli pada urusan-urusan mereka.

Eng mengekor di belakang ketika mulai keluar dari kelas, Wali Kelas itu tersenyum. Ini hadiah terbaik dari seorang Wali Kelas, apakah Gaza dapat menangkapnya. Mungkin ini hanya kebetulan, kebetulan di hari selasa pukul 9.14 pagi 2000, ah mestinya tak perlu mengingat-ngingat dengan jelas.

Sepanjang Jalan keduanya terlibat adu mulut hangat, maksudnya pembicaraan. Mereka mesam-mesem pada saat tertentu. Lalu saling pandang beberapa detik, ini menjengkal. Tetapi menyenangkan.

Ketika mobil angkot oren berhenti dan mereka ingin sama-sama naik. Muncul seorang lelaki berseragam sama dengan yang mereka pakai, mengendarai motor. Ia kakak kelas begitu. Gaza sulit mencari kata-kata yang tepat untuk kejadian itu.

Angkot sudah berhenti. Bita beralih ke kakak kelas dan naik motornya. Meninggalkan Gaza yang amat apa ya, sebentar mungkin Cengo, atau apalah.

Perpisahan yang merobek keakraban mereka sebentar. Lalu Gaza naik angkot duduk dipojok, memandangi Bita yang tersenyum lebih merekah dari pada perjalanan tadi. Sejak saat itu, Gaza menyebut gadis sebagai penjelmaan Kirik Busik, dan itu sejarah panjang kehidupannya.

Sebuah penipuan yang terencana.

Dan itu menjijikan...Cuih....

Saat Guru Bercerita (1)

BABAK 59

Seorang Presiden yang kedengaran lebih seniman. Duta kebudayaan lebih tepatnya. Pernah mendapat rentetan pertanyaan yang bertubi-tubi dari tukang obat pinggir jalan. Konon katanya tukang obat itu ketika mencari barang belanjaan harus menyarter pesawat ulang-alik, karena ada barang yang laku keras tak terdapat di bumi. Melainkan pada tempat dimana syetan-syetan pernah dilempar dengan bintang ketika ingin mencuri berita langit. Ada yang percaya ada yang tidak. Dia hanya tukang obat, dari mana mendapat uang sebanyak itu.

Tukang obat tak menghiraukan omongan pedas dari para netizen. Mereka mungkin sering-sering mengkonsumsi es mambo rasa rujak dengan isian mangga muda asam. Sebaik-baik melawannya dengan membuat bukti yang nyata, katanya. Ia bilang; "senyata-nyataya. Kalau bisa buat mereka terdiam dengan kata-katanya sendiri. Mungkin mereka perlu belajar pada burung Nuri yang mengucapkan kata seperlunya saja, kadang tindakan mereka lebih pelit dari ucapan yang berbuih-buih itu, buih lautan itu rasanya lebih guruh," tuturnya pada satu waktu ketika seorang pengunjung tampak arogan.

Hari itu benar-benar hari yang cerah. Seorang presiden datang secara tak terduga menunggang seekor rajawali. Maaf, maksudnya pesawat pribadai bergambar rajawali, o bukan itu benar-benar pesawat berdesain seekor rajawali lengkap dengan suaranya yang melegenda. Pada paruhnya seekor pitonoba tengah terkulai lemas. Tukang manggut-manggut ketika merasa ular itu masih hidup selamat dari terbarkarnya hutan. Sebuah hutan yang kata-kata dari ketua adat telah diingkari sedemian rupa. Manusia kadang lebih buas dari hewan pengerat sekalipun.

"Bagaimana penjualanmu hari ini," tanya Presiden sambil menggulung lengan bajunya yang bersih, dan menarik hidunnya karena ia tengah dilanda flu yang berat. Ajudan dan orang yang menyertainya mencegahnya ketika ingin blusukan ke pelosok-pelosok desa. Mereka terbungkam ketika mendegar ujaran; "Aku tak makan gaji buta, karena aku bermimpi tadi malam leherku dijerat oleh trilunan uang yang terus berteriak dan mengancam," Tuturnya di satu pagi sebelum kepergiaannya blusukan mengunjungi rakyatnya. "Ini kedengaran wagu, tapi apa boleh, hari yang mendebarkan itu segara menyerbu, kalian paham maksudku," tambahnya sambil tersenyum. Mata yang agak sipit tampak berwibawa, hanya itu kewibawaannya. Selain itu tampak seperti kanak-kanak berlari-berlari mengejar layangan petel.

"Tikus-Tikus itu telah mencuri obat mujarab yang menjadi bahan dasar dari semua obat yang kujual." Jawab tukang obat.

"Mustahil, mereka sudah kenyang."

"Tidak, bahkan mereka sudah mengusai lumbung-lumbuh tidakkah bapak perhatikan. Tapi, aku heran sebagian dari mereka tetap tampil dengan bulu-bulunya, sebagian lain begitu subur dengan kuku-kuku yang terawat.

"OK, nanti aku akan sidak. Bapak jangan khawatir. Sekarang bagaimana kau akan berjualan,"

"Boleh aku pinjam pesawat bapak, aku ingin pergi ke tempat lain. Semoga barang yang ada dan lebih terjangkau harganya."

"Boleh saja, dengan apa kau akan membayar."

"Mungkin aku bisa membawa sekepal dua kepal batu-batu langit. Mungkin bapak bisa ke pengepul batu akik, harganya kutaksir bisa membeli tempat orang-orang dirampas."

"Kau banyak omong, bawakan saja yang dipesan oleh-oleh yang layak. Mungkin kau dapat piagam atau semacamnya. Atau bisa saja kau akan dikenal sebagai pahlawan. Mungkin dan ada kemungkinan lain."

"Aku tak tertarik jadi pahlawan Pak."

"Dasar penjilat, namamu siapa."

"Gaza."

Pesawat mendarat mengangkut sang Presiden. Lalu sunyi kembali.

Aku kembali ke rumah. Kujampai kakak perempuanku sedang memasak. Aroma ikan menyebar ketika pintu berderit panjang. Minyak singer yang dibeli dari toko sedang dipinjam oleh tetangga. Seorang tukang jahit tempo hari datang kerumah meminjam ini itu termasuk singer. Layaknya ia punya, Apakah ia tidak malu dengan profesinya sebagai pembuat baju sekaligus vermak levis.

"Dari mana, gini hari baru pulang," tanya kakaknya.

"Pasar, disana aku bertemu dengan presiden. Mengobrol cukup banyak, kau irikan?"

"Kakak tak tertarik dengan presiden, sama sekali tidak, ingat yang gaji mereka adalah rakyat, jadi kamu jangan ikut-ikutan, mengelu-elukan mereka, biasa saja lah, keadilan yang kami mau?"

"Ih, kakak serius amat, nanti cepet tua lho?"

"Negara ini sudah cukup main-mainnya, nggak perlu banyak drama, jika tak ingin langit murka dan orang-orang yang tak berdosa akan kena imbasnya."

Sepiring nasi yang masih berasap dihidangkan, sayur tak lupa, serta lima ekor ikan gurame, lengkap dengan lalapan dan sambal terasi.

"Besok kakak mau turun ke jalan, dan mungkin pulangnya lama, kau jaga rumah ya?"

"Siap kak"

Sabtu, 24 Mei 2025

KOTA MATI

Hanya beberapa menit saja

Sudah ramai gegap g
empita

Memenuhi selera

Memuaskan semua keinginannya

Cara terbaik menghilangkan perbedaan

Tentu saja melenyapkan dari peredaran

Agar tak muncul lagi

Damai dalam sepi

Entahlah, keramaian itu hanya seperlunya saja

Seperti buang hajat saja

Setelah puas

Hanya lengang yang tersisa

Esoknya kembali merenda

Menjadi sosok yang berbeda

Dari waktu ke waktu

Agar kita tak mati waktu

MATAHARI TAK PERNAH MANGKIR

Manusia berjalan tanpa pernah melangkah

Melangkah dalam kegoncangan demi kegoncangan

Selangkah dalam selangkah

Permata jatuh ke pelimbahan

Isu sains muncul dalam kegelapan

Matahari tak pernah jera untuk mengulan


Titah yang tak pernah mangkir

Dalam terang yang tak pernah mangkir

Meski Cahaya tak pernah gelap

Meski Cahaya pudar

Lalu lambat laun menjelma bentuk

Dalam sebuah perundingan-perundingan

Anak Yang Menakutkan Gurunya

BABAK 58
Ia mengibaskan tangan gurunya yang sedang memelukanya. Kaki kecilnya mengejar langkah ibunya yang tergesa-gesa menaiki motor. Gurunya menghampirinya, tangisan dari mulut yang kecil pecah di awal sekolah. "Ibu, aku ingin sama ibu, temani aku bu." katanya keras-keras.

Ibunya berpaling mencoba tegar. "Ibu harus kerja nak, sama Ibu guru ya?" tuturnya. Ia menghapus air mata cepat-cepat. Memeluknya sekali lagi, melepaskan cengkraman tangan mungilnya dan meninggalkannya. Tangisan ananda membuncah. Air mata tumpah. Ia duduk di lantai sambil memanggil nama ibunya berkali-kali.

Jumat, 23 Mei 2025

JALAN 'SAMURAI' SEORANG GURU

BABAK 57
Jalan 'samurai' seorang guru semacam perisai bagi siapa yang ingin menjadi pengajar (yang selalu memperbaharui cara mengajarnya), agar selalu menyediakan bergalon-galon air penyemangat seorang prajurit samurai yang melimpah tiada banding.

Semangat Bushido, mestilah menurun pada hidup seorang guru, melengkapi diri dengan seperangkat prinsip etika dan moral yang menjadi alas bagi seorang pendidik (jika sudah lulus menjadi pengajar). Marilah simak satu persatu semangat bushida yang bisa diserap dari mereka para pejuang samurai. Semangat membara mereka bisa ditagih pada semua elemen kegiatan belajar mengajar, dan bisa dipindahkan dari alam bushida kepada alam mengajar tanpa meruntuhkan penamaanya (mendidik).

Kesetiaan 

Komitmen kepada dunia ajar: Kesetiaan kepada dunia pendidikan sebagai tuannya (daimyo) dianggap sebagai elemen penting dimiliki seorang guru. Mendidik adalah Kesetiaan yang nilainya lebih besar daripada sekadar memenuhi jam pelajaran, target-target harian, nilai tinggi/rendah, dan seterusnya. kesetiaannya mendidik juga merupakan tugas dan pengabdian yang mengakar untuk melayani dan melindungi perkembangan siswa, seperti dari luka pengajaran, trauma dengan guru 'killer', dan seterusnya. 

Kehormatan 

Menjunjung tinggi Integritas. Kehormatan merupakan inti dari jati diri seorang guru. Mereka mengajar dengan rasa integritas, kejujuran, dan selalu berani  menguji skema pembelajaran, minimalnya gayanya mengajar. Menjaga kehormatan sebagai seorang guru ketika mengajar dan menjaga kehormatan akal pikiran mereka serta intiuisi merupakan alas setelah ruh mengajar.

Pengabdian terhadap sikap mengajar 

Menghormati sikap mengajar: Seorang guru  berani  menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap peserta didiknya, termasuk caranya dia mengajar, masukan-masukan penting dari siswa, dan kemampuan mereka. Rasa hormat ini berlaku untuk semua siswa, guru, kepala sekolah, unit,  tanpa memandang rendah nilai kurikulum.

Keberanian untuk memperbaiki sumber mengajar dan caranya mengajar 

Ketika menghadapi Kesulitan dalam belajar seorang guru perlu memberi jarak agar kembali memperoleh semangat bushida dalam mengajar. Isi kepala seorang guru adalah mental ice man. Dimana isi kepalanya menerima semua masukan dari rekan mengajarnya, muridnya, institusinya, situasi, dan semua elemen pembangun peradaban. Memperbaiki caranya mengajar adalah bentuk kerendah hatian seorang guru pada kemampuan otak masing-masing anak didiknya. Mereka punya kurikulumnya secara berbeda.  Mereka seperti hidup di medan perang dengan tuntutan kognisi, afeksi, survival di kehidupannya mereka sehari-hari. Mereka dituntut untuk 'menjawab' semua tantangan di kelas. Ini menghawatirkan.  Mengenali kesulitan siswa, keteguhannya, dari hal ini seorang guru seperti mengajarkan agar tak menyerah pada rasa takut atau ragu-ragu. Ini adalah misi untuk menampingi anak dalam meniti mendidiknya. 

Kebajikan Seorang Guru

Kasih sayang dan kebaikan seorang guru adalah dua hal yang nggak bisa dipisahkan: Seorang guru dianggap sebagai orang yang memiliki kebajikan yang kuat. seorang guru didorong untuk menunjukkan perhatian detil pada setiap gerak gerik tubuh seorang siswanya, kebaikan hati, dan empati terhadap mereka, membuat siswa terhindar dari mental yang lemah, sekaligus menjauhkannya dari mental bunuh diri, dan hal-hal yang amoral. 

Ruh Mendidik Yang Kuat

Kejujuran dan ketulusan adalah elemen dasar yang mesti dimiliki seorang guru. Ia ruh yang membebaskan diri dari mental menghina (murid) dengan menolak kebenaran (resisten terhadap masukan dari siswa, tidak coba cek dan ricek).  Integritas bagian dari ruh seorang pendidik. Ia menjunjung tinggi dalam mengajar dengan Spirit Bushido. Seorang Samurai diharapkan untuk bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya dalam berurusan dengan orang lain, menepati janji, dan selalu menjaga prinsip moral mereka, begitu juga seorang guru. "Bushido" dalam dirinya tidak boleh mudah terbakar dan lenyap begitu saja, ketika langkah pertama di ruang kelas. 

Pengendalian Diri Yang Tinggi 

Seorang guru menyatakan dirinya sebagai pendidik, ia masuk dalam era pengendalian diri melimpah. Ini dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan ketertiban. Semangat samurai mengajarkan disiplin diri, pengendalian diri, dan penguasaan emosi, yang memungkinkan mereka bertindak dengan tenang dan rasional bahkan dalam panasnya pertempuran atau di bawah provokasi, begitu juga dengan seorang guru. Ia memerlukan ketenangan di bawah tekanan situasi. 

Kejujuran 

Kebenaran dan keadilan: kejujuran mengacu pada komitmen samurai terhadap kebenaran, keadilan, dan kejujuran moral. Mereka menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika dan menentang ketidakadilan, korupsi, dan penindasan, terlepas dari risiko pribadi.

Kematian Mengajar adalah seni terburuk 

Penerimaan terhadap kemampuan siswa membuat seorang guru belajar untuk tidak mati terlebih dulu ketika mendapati seorang murid yang berkali-kali mengajukan tangannya untuk bertanya. Jika ia menyerah, sama saja dunia pendidikan dengan kematian mengajar yang membuat seni juga tercoreng.  Kematian. Jalan samurai seorang guru sebuah keniscayaan dan mereka sudah mempersiapkan dengan disiplin. Guru hendaknya selalu mengingatkan diri agar punya cara untuk menambah metode mengajar sebagai tantangan, dan memperbaharui caraya mengajar. Agar kematian tidak datang tiba-tiba dan siswa sudah tidak lagi menjadi murid dalam kelas. Mereka menjadi murid guru lain. Begitulah kematian mengajar selalu saja datang silih berganti. Marilah  merenung. 

Kecerdasan Spiritual

Keselarasan olah rasa membuat siswa memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan kecerdasannya tanpa pernah merasa digurui dan dituntut. Pada tahap ini semangat Bushido dalam diri seorang guru telah melampui pengabdiannya. Ia melihat sudut pandang yang tidak bisa oleh mata biasa. Untuk siswa, perkembangan bukan hanya memenuhi target harian tetapi ia sedang membangun dinasti tentang konsep diri dan hunian untuk cita-cita sekaligus raksasa tanggung jawabnya untuk menemani perjalanan hidupnya yang masih panjang.  

Warisan Moral

Pengaruh yang kuat akan melekat, abadi, pada diri setiap siswa ketika mengingat gurunya  mengajar. Bahkan setelah tidak diajar oleh sang guru awal. Tetap sambungan-sambungan dalam otaknya akan memperbaharui terus menerus tanpa pernah lelah. Kenapa?, karena ruang dalam kepalanya sudah merasa menerima, nyaman, dan energi gurunya hadir tidak hanya saat mengajar tetapi saat menyapa dan bertegur sapa. 

Semangat Bushido terus menginspirasi kekaguman dan penghormatan di sekolah dan rumah. Prinsip-prinsipnya yang abadi tentang kesetiaan, kehormatan, keberanian, dan kasih sayang berfungsi sebagai cahaya penuntun bagi siswa yang ingin hidup dengan integritas dan tujuan hidup yang mulia.

Inti semangat Bushido melampaui kecakapan mengajar belaka.  Api tekad seorang guru meliputi pendekatan holistik terhadap kehidupan di luar kelas, pengembangan moral, dan bagaiman mereka survival ditengah gempuran teknologi. Melalui pengembangan pendampingan universal, api tekad seorang guru berusaha mewujudkan cita-cita agung ki hajar dewantara sebagai pilot projeknya.  Semangat Bushido (kurikulum) dan guru (samurai) dan meninggalkan warisan nilai abadi yang kelak bisa diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sampai menuju ke generasi gemilang. Cekap Semanten. 


Apa Yang Bisa Saya Bantu

BABAK 58
Seorang guru tengah mencabuti sedotan dari gelas plastik hasil pemberian temannya. Ia ingin membekali muridnya untuk mencintai lingkungan dengan membuat kincir angin dengan barang bekas pakai, tetapi waktu sudah semakin senja. Seorang kepala sekolah melihatnya dari meja kerja. Guru itu terus mencabuti sedotan terampil. Membuang air yang masih sisa.

Sepuluh menit lagi azan maghrib berkumandang. Seorang kepala sekolah melepas kacamatanya dan melepaskan kertas yang sedari tadi ia corat-coret untuk kebutuhan pembelajaran berikutnya. Ia pun mendatanginya pelan-pelan sambil membawa pisang goreng diatas piring.

"Ada yang bisa saya bantu."

Seorang guru menoleh, wajahnya yang tadi lusuh, berubah sedikit segar.

"Terimakasih bu."

Bahasa Sebagai Paradigma Umum

BABAK 56
Indahnya nyanyian serupa bahasa, mengajarkan permisalan, serupa cara dalang bertutur, mengetuk bilah bambu pada kotak pandora. Pelajaran contoh berbahasa pada tahap yang meningkat pada pemahaman aturan petatah-petitih. Kekurangannya ada pada ritme merdu atau tidaknya berbahasa. Dengan caranya sendiri menjadi alami serupa serbuk kayu lapuk oleh rengas.

Hal-hal buruk, hal-hal baik seringkali menimpa pada manusia tertua di dunia, maksudnya pada banyaknya asam garam kehidupan. Kehidupan pada kenyataan kehidupan pada imajinasi (suka berangan-angan).

Produk budaya berupa hati-hati di jalan, penuturan paling ringan saat perpisahan, ia menggenapkan kegelisahan sekaligus kelegaan melepaskan orang-orang terdekat, lalu mendekap sedikit mendepak perasaan was-was, syak wasangka, balutan emosi sekaligus doa hilir mudik penggenggam langit dan bumi. 

Nyanyian bahasa melantur membentuk dimensi sendiri dalam benak. Luntur dalam era, menguatkan dalam cerita, semuanya dimaksudkan untuk membelah arogan, menciptakan kehatian-hatian, dan tumbuh pilar nalar, dan berita acara dalam versi lain. 

Kamis, 22 Mei 2025

Selanjutnya Biar Kami Cari Sendiri

BABAK 55

Untuk apa membaca 'sejarah?' jika yang ada di kepala kalian bagaimana caranya membantah.

Seorang siswa 'ditendang' oleh seorang pemimpin sekolah gara-gara tak mengerti 'sejarah', mereka sedang mencetak sejarahnya sendiri tanpa pernah menilai kedalam, sejarah apa yang mereka hendak katakan. Pada tiap pandangan menghasilkan kedengkian kian mengarat, lupa kalau sang pemimpin pernah di asuh oleh kehidupan. Darimanakah keberanian untuk tidak mengatakan apa-apa, hanya untuk menghasilkan keberanian lain, sebut saja bertindak membodoh-bodohkan sendiri, lantaran khawatir ada yang mengusik pohon sirkusnya. Lalau melenggang kangkung sambil cuci tangan tanpa mengelap dengan kacu, sengaja menyisakan tetes pengecut tiada tara. sepenggal sejarah tangah dicetak.

Ken Arok dulu menghadiahi ken Umang dengan cetak-cetak melimpah hasil keberanian diri menantang situasi yang sedang berkobar, tanpa pernah merasa menitipkan secuil pengecut pada keadaan, ia sendiri yang melawan kemustahilan, sembari mengintip setiap celah yang bisa menghasilkan perubahan sejarah, ia mengkudeta diri sendiri, sambil menyiapkan keris yang digunakan untuk mencetak sejarah.

Kemanakah larinya nurani, apakah ia sembunyi dibalik seragam yang dibelinya dari hasil kentut sana kentir sini, sambil petantang-petenteng menghina martabat sekaligus menolak nilai. Seberapa mahal petuah dari jenis kursus yang mentornya para badut-badut berteknologi tinggi, sambil memantau satelit radio yang telinga lebar, hingga bisa memancar mendeteksi setiap kebohongan yang bisa dilihat dari peta jalan gelap tentang sebuah hunian 'rumah' belajar untuk para kepala keluarga yang anak-anaknya masih membutuhkan uluran tangan beasiswa pendidikan.

Jika dihadapkan para ahli-ahli komunikasi, psikolog, psikiater, ulamawaro, maka jenis-jenis kudapan ringan yang dibuat dari fermentasi kedegilan hasilnya tape-tape busuk yang raginya minggat dari tiap punggung singkong yang di belinya dari tengkulak yang selalu mengurangi timbangan sekian kecil. Tanpa merasa terbebani lari lintangpukang, setelah mereka melepas paksa topeng yang menutupi wajahnya rapat-rapat. Bahkan Pak Dhe tidak bisa bersabar setelah tahu duduk perkaranya, ikut menyalakan mesin mobil dengan membawa drigen-drigen bahan memasak, dan menyuruh menggantinya dengan oli samping yang wangi itu.

Ini pertarungan siapa saja, yang masih menyisakan wisdom meski sekecil biji atom, agar langit tetap menjadi pendengar, bumi jadi tempat curhat, guru-guru tak lagi mencari kegiatan sampingan agar dapurnya tetap mengebul meski hanya hari ini. Untuk besok hari, selai usaha dan doa, selanjutnya biar kami cari sendiri.

Rabu, 21 Mei 2025

NEW ERA

BABAK 54
Ini era dimana guru-guru pada fase yang berbeda. Merekalah yang akan menjadi penentu bagi seluruh kebijakan yang digelontorkan oleh pemilik yayasan. Entah itu 'menyenangkan' atau tidak sesuai dengan dirinya-kebutuhan pribadinya. Pandailah untuk menatap seluruh kebijakan agar tidak jatuh kedengkian memandang segala sesuatu dengan kacamata kuda, dengan lensa lalat. Yang muncul kemudian kedunguan untuk menepati seluruh janji-janji dirinya pada yayasan dan memilih merusaknya dengan cara licik dan picik. Meragukan mereka sebagai pengampu kebijakan sama saja memberikan tali kekang pada seorang gila, kecuali mereka ini sudah melakukan kezoliman terstruktur, hingga kezoliman menurunkan harkat dan martabat seorang inci demi inci, sampai titik guru layaknya sebagai buruh pabrik, bahkan robot untuk melakukan pekerjaan menyewakan jasa.

Hal diatas sekelumit saja jika mau diteruskan bisa mendapatkan pengalaman berpikir yang dalam tentang bagaimana memperlakukan pikiran kita atas nama kebijakan.

Diantar banyak fase, mari sejenak ambil fase dimana guru-guru sedang ditantang untuk mempertajam rasa 'malu' atas dirinya, pikirannya, dan juga fisiknya. Bukan bermaksud untuk melukai diri dengan beragam kegiatan, tetapi melatih pikir untuk daya juang yang lebih panjang. Agar nantinya pengabdiannya dihitung dan timbang pada derajat yang tak terhingga, hingga lapang semua tempat istirahat, dan beroleh senyum seindah air jernih dari pegungungan. Cekap semanten.

Selasa, 20 Mei 2025

Bagaimana Seorang Guru Mengabdi

BABAK 53
Seorang guru datang pagi-pagi untuk memastikan keadaan kelas sesuai yang telah direncanakan bukan grabag-grubub, kayak orang dikejar anjing liar dari balik bukit. Setelah sebelumnya ia memastikan kertas jurnal sudah terpotong rapi untuk kegiatan jurnak esok pagi dan siang, berapa lama kertas untuk bertahan dari gempuran tangan-tangan mungil untuk sekadar mencorat-coret isi HVS dengan gambar-gambar lucu dan imajinatif, atau sudah menuangkan gagasan pagi berupa ungkapan mendasar tentang suasana hatinya. Mungkin akan bertahan sampai satu pekan, itu bagus pikirnya setidaknya bisa mendampingi anak dari mulai kedatangan sampai ia pulang, tanpa perlu izin pada mereka untuk mengambil kertas HVS dan mengguntingnya di depan mereka. Itu menandakan belum terkoordinasi persiapan untuk esok hari. Minimal menyiapkan lima belas menit sebelum kedatangan, hingga kata LANCAR tidak hanya pada urutan kata saja, tetapi sudah pada aplikasi, jatuh bangun itu biasa, karena semuanya membutuhkan proses ketika menjalankan kata LANCAR sebagai bagian dari komitman.

Datang di kelas, sekadar menyapu ringan, membereskan map, menyiapkan kegiatan pembelajaran berikutnya, lalu menyambut siswa-siswa dan menyelami setiap wajahnya, siapa tahu ada anak yang berangkat dengan masalah rumah yang belum terseleseaikan. Jika ada si guru akan mencatat di buku catatan khusus tentang perkembangan anak. Tanpa pernah berniat meningalkan mereka di kelas ketika pendampingan betul-betul diperlukan saat transisi dari rumah ke sekolah seringkali mengalami suasana berbeda. Ia maksudkan kegiatan dirinya yang tak pernah lepas dari pandangan semua siswanya sebagai wujud memupuk kekayaan peradaban. Mereka yang masih terlihat lucu dan menggemaskan suatu saat akan menjadi dewasa dengan sejuta 'beban' yang mungkin tak mudah untuk mereka taklukan.

Guru tersebut yang mencicil dirinya dengan kesetiaan menemani anak-anak pada tiap waktunya, dan tak pernah berpikir untuk mangkir dari jam kerja dengan sekadar ke kantor, mengambil perlengkapan, dan sejuta tetek bengek yang dimaksukan untuk mengurangi pendampingan, atau untuk mengurangi jam mengajarnya sama saja sedang mengajarkan kepada para muridnya untuk hipokrit dan berlagak sok apalah. Ini pola prilaku umum yang dihasilkan oleh kebiasaan bukan habit yang baik tetapi pada kemudahan pencapaian dengan prosedur orang dalam.

Seorang guru yang melatih dirinya agar mendekati prilaku-prilaku kenabiaan dan berusaha keras untuk mengamalkan dengan kekuatan yang ada, meski sering jatuh bangun, sejatinya si guru itu sedang melatih paradigma umum yang dimiliki oleh pada sahabat. Mereka bintang dan guru-guru para pemetik bintang, meski jauh, tetapi keindahannya bisa di rasakan. Guru mengabdikan semua elemen bukan untuk dirinya tetapi untuk sebuah peradaban besar nanti. Saya pikir begitulah, bagaimana seorang guru mengabadi. Cekap semanten.

Melatih Otot

BABAK 52
Para pelaku olahraga menempatkan latihan sebagai tumpuan untuk melatih otot-otot tubuh sebagai sensor terbaik pertahan diri sekaligus respon terbaik ketika ajang perlombaan menguji otot tersebut.

Para pembalap motogp bisa melesat tanpa ragu ditikungan dengan kecepatan 125 km bahkan lebih. Denyut jantung mereka juga bisa terbaca pada monitor, hingga para kru bisa memberikan sudut pandang lain tentang kecepatan yang dimili pembalap sampai ahir lap.

Pada titik krusial para pembalap sering mengerem dari kecepatan 300 km ke kecepatan 96 km, hanya memerlukan waktu 6 detik misalnya. Semua itu dilakukan oleh pembalap motogp tanpa terlihat kesulitan. Latihan otot membuatnya layakanya mengendari motor pabrikan yang dijual bebas.

Berlaku juga pada pembalap Isle Man dll, dan semua disiplin olahraga, dan jenis ketrampilan. Semuanya untuk membiasakan diri memiliki otot maksimal ketika mereka mengerjakan sesuatu otot yang dilatih itu dapat timbul tanpa merasa lelah. 

Seorang guru yang terbiasa membaca buku ia sedang memperbaiki, memaksa diri, membuka kunci gudang ilmu, dan secara langsung melatih otot mereka dan pelan-pelan menyimpan informasi dalam alam bawah sadar mereka, yang akan gunakan pada suatu saat nantinya. 

Kamis, 15 Mei 2025

Menunggu Itu Indah Jika...

Setiap hembusan bernilai karena ia berasal dari kejernihan menganggap sesuatu memang sudah ada jalannya. Tidak berlepas tangan lalu bertekuk lutut di bawah pedang-pedang kemalasan bertumpuk-tumpuk. Ia menjadi kerat pembersih dosa-dosa berkerak yang memerlukan peluntur dari jenis tertentu, sebutlah kafarat. Yang dimaksudkan untuk mencuci sebersih-bersihnya kotoran, suatu saat nantinya.

Menjadi perhatian yang tidak berkala, jika yang keluar adalah penilaian seimbang antara penantian yang jelas, dan bisa melepaskan dari yang samar. Layaknya pedati yang berjalan untuk bertemu para pembeli, dan tersenyum lebar manakala barang-barang pesanannya utuh tak tergores sedikitpun.

Lebih sedapnya, perpaduan antara membaui kauh mi yang dimasak seorang ayah di rumah setelah pulang kantor, anak-anaknya menunggu gemas, tak sabar merasakan menu dari tangan 'panas' seorang ayah. Istrinya senyum-senyum sendiri sambil meninabobokan putranya yang ke empat. Mungkin menyadari kalau soal masak, suaminya boleh juga.

OBAT RETAK

Menjadi pengobat retak suatu hubungan di masa persimpangan.Entah sebagai persoalan atau perjuangan. Ia diantara titik penjadwalan dinamika. Ia sendiri yang mesti mengoreksi persoalan menjalar diantara bukit pertanyaan.

Seorang filsuf berambut gondrong, sedikit medok, menjadi soko guru di kemudian hari, tanpa pernah mengeluh untuk mendengar. Ujaran sekalgus petatah petitih penjernih akal. Supaya nanti berolah sumber, mesti pula di saring berapa kali.

Lewat jam istirahat, headset menempel kuat, diskusi telah menyedot waktu menjadi lebih tertib. Bukan menggulir layar dari atas ke bawah, lalu menghembuskan nafas penyesalan tak berguna.

Beroleh kedok wajah baru. Kadang untuk menemukan kedok, hepeng melayang, terasa mahal, tapi sepadan. Orang filsuf sering mewanti-wanti bahwa watak seseorang bisa terlihat perawakan tubuhnya. Bahkan bau tubuhnya. Bau dalam artian tidak ditutupi oleh hembusan minyak wangi bertubi-tubi.

Sampai saat ini jumlah obat terus dicetak, sementara manusia terus lahir. Sepadankah? mungkin bukan obat luar yang bisa menyembuhkan, tetapi obat dalam mesti dikuatkan. Seperti filsuf katakan. Ia bernama Suginta.

Minggu, 11 Mei 2025

Pola Perilaku Umum Seorang Guru

BABAK 51
Seorang guru selain ia bisa memberikan ilmu (materi) kepada peserta didik selayaknya memiliki kemampuan lain, diantaranya: Mengukur dan Menakar. Ia bisa menilai, paling tidak bisa mengira-ngira mana yang sudah kategori murid yang tingkat penyerapannya tinggi (High), Sedang (Midlle), atau Rendah (Low), kenapa begitu?, karena pada saat tertentu guru menahan diri untuk tidak menyamaratakan kemampuan yang dimiliki oleh si murid, ia harus bisa mengontrol ilmu pengetahuannya agar tidak menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Pada tahap tertentu ilmu itu akan membelit dirinya sendiri, jika murid tampak kebingungan mencerna apa yang disampaikan oleh gurunya. Syukur-syukur jika guru mampu menjernihka ulang pikiran murid, kepada pemahaman seutuhnya, kalau tidak guru akan tampak 'bodoh' meski tidak 'bodoh' dalam arti literalnya. Ia akan mengalihkan kondisi kebingungan murid dengan kalimat; "Ini sudah pernah dibahas," kalimat (ini sudah pernah dibahas) satu sisi memberikan instruksi agar murid mencatat dan mengingat pelajaran yang sudah diberikan oleh guru, sisi lain adalah bentuk pembelaan atas lupanya guru akan konsep yang ia pahami, karena mungkin rentang waktunya yang lama. Hingga ketika murid menemukan kesulitan, guru tidak cakap untuk memberikan pemahaman sekaligus pengulangan atas materi yang perhan disampaikan.

Logika ini terpakai bagi saya sebagai pengajar--mendekati pendidik, menjadikan semacam peredam agar selalu mencari ukuran intelektual tertentu bagi pada muridnya. Karena masih dalam proses belajar bukan sudah melewati fase membaca seluruh kitab dan buku tertentu secara utuh dengan perangkat yang sudah final, seperti guru kebajikan untuk semua kalangan (Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Abdul Shomad, Ustaz Khalid Basalamah, Gus Baha, Buya Yahya, Ustz Felix, Aa Gym, Omar Mitha, Ari Ginanjar, dan para mentor sekaligus fasilitator yang sudah melewati fase utuh dalam proses mendidik), jika konsep penimbangan saya ini pun keliru, ada banyak hal nantinya yang bisa menakar paradigma saya.

Level menakar adalah proses menilai sejauh mana konsep yang ia ajarkan bisa di aplikasikan (diamalkan) melalui tindakan paling sederhana sekalipun. Pada titik berikutnya menjadi pijakan bagi murid untuk menjadi pemahaman utuh versi dirinya, tanpa kehilangan teks dan konteknya. Ini mungkin yang paling mahal dalam ranah mendidik.

Menakar dan mengukur seperti sedang memberikan intruksi agar berbicaralah sesuai dengan kaumnya. orang-orang yang terbiasa dengan pembacaan buku dengan kemauan tinggi, seperti menuangkan air dalam gelas tanpa tumpah satu setes pun. Air yang tumpah dari tuangan gelas itulah yag menjadikan penyerapan murid menjadi berbeda, karena isi kepalanya berupa neuroplastisitasnya tidak pernah diperbaharui melalui stimulus paling 'sederhana' sekaligus rumit yaitu membaca.

Melanjutkan kata ini sudah pernah dibahas adalah bentuk pengalihan psikologi dari guru kerena 'ketidakhuan' non permanen pada situasi yang ia tidak duga sama sekali, lalu masuk pada wilayah kebutuhan untuk menambah epistimologi sang guru agar sampai pada taraf melengkapi kebutuhan murid atas satu ilmu yang sempat tersendat. Ini menjadi parameter bagi saya untuk masuk pada wilayah perburuan buku-buku selanjutnya, agar nanti ketika menyantap buruan (buku) sudah dalam keadaan 'sadar' untuk membenamkan seluruh kemampuan pada penangkapan isi bacaan yang selanjutya ditindak lanjuti sebagai visi pribadi, yang kemudian menjadi paradigma kultural.

Cekap Semanten.

Kamis, 08 Mei 2025

Aku dan Dia

Setelah motogp Qatar perutku terasa lapar, terasa sangat lapar, ngelih. Mulai pusing kepala. Bau mulut semakin menyengat. Berharap nanti bakal terisi. Air minum dalam kemasan telah ludes sebelum menjelang gajian. Gaji dari privat seminggu lagi bara dapat.

Kuambil mangkuk dari bawah meja. Mangkuk hadir dari mini market. Memakai sweter dan mengunci pintu. Berjalan menuju jalan depan. Sepanjang tepi jalan terdapat serumpun bambu yang tumbuh lebat. Gelap, lampi di tengah kedap-kedip, hanya butuh 10 menit keluar dari jalan berimbun bambu, jika tak lapar, aku malas keluar, ini masuk pukul 00.30, orang-orang sudah berkemul mimpi dan bertelekan tangan menyeduh harapan.

Rimbun hanya sekumpulan saja. yang lain sudah tak ada. Ini selalu menjadi cerita, aku harap tak memiliki cerita itu, karena aku malas bertemu dengan dia, selalu ada masalah dengannya, padahal aku tak pernah bermasalah dengan dia.

Abang penjual mi memasukan semia mi racikan ke dalam mangkuk. Aku membayarnya lalu menyebrang jalan sunyi. Masuk kembali ke dalam gang. Mendekati rimbun bambu, ada keengganan untuk melewatinya, ini jalan tercepat menuju kos. Burung hantu menjerit keras, dan burung lain ikut menyahut, sebuah benda jatuh dari atas, menerobos daun bambu,berbunyi radio rusak, seketika hening, burung buek dan konconya berhenti berteriak. Menyisakan mahluk itu, mahluk yang sering di sebut, berdiri membelakangi, wajahnya tertutupi rambut panjang, kuamati tak melihat kakinya. kuambil satu butir batu dan ingin melemparnyan kuat-kuat. Mahluk itu cepat sekali berpaling. Mangkuk berisi teras lebih panas. Aku ingin menikamti kudapan malam tanpa harus dibayangi rasa bersalah karena telah melempar dia, 'penunggu' hutan bambu.

Rabu, 07 Mei 2025

Sebelum Matahari Terbit

DUA
Seorang anak terbangun dan mendapati ayahnya sedang menonton TV. "Ayah nggak tidur," tanya anaknya, matanya masih merem melek. "Ayah tidur tadi, kamu tidur lagi aja, masih jam 2, nanti ayah bangunin saat azan subuh.

Anak itu kembali ke kamar. Ayahnya mulai tenang, misinya adalah menonton pertandingan bola antra Intermilan Vs Barcelona, jarang-jarang ia bisa melihat pertandingan itu. Ayah terlihat semangat, es madu sudah habis dua gelas, sebagai cara untuk mengusir rasa kantuknya. Ia pun terlihat ingin begadang sampai subuh, putra sulungnya besok ingin study ke Trans Studio, sebagai kegiatan rutin dari sekolahnya.

"Ayah...!" teriak putranya.

Sang Ayah bergegas menghampirinya. Memeluknya erat.

"Ada apa!"

"Ada suara perempuan dari bawah kamar,"

"Mana!"

"Itu tadi di bawah, hemmh, hehhhh, hemmm, gitu yah."

"Heh!,pergi!, jangan ganggu!"

"Takut yah."

"Jangan takut, nggak ada, coba kita cek,"

Ayah dan putranya mengecek bawah kasur, banyak barang-barang, hanya ada karpet dibawahnya, ia pun mengambil sapu, dan mulai memukul-mukulkan, ini reflek pribadi atau seperti apa. Yang jelas sang ayah ingin memastikan kalau suara yang dimaksud anaknya itu tidak berasa dari bawah kasur, mungkin suara lain. Meski begitu, tangan ayah mengusap tengkuk beberapa kali, seperti merasakan apa yang dirasakan oleh anaknya, tetapi ia tidak ingin terlihat takut di depan anaknya.

Setelah di rasa aman dan tidak ada yang menakutkan. Bunda yang ikut terbangun mendengar teriakan ayahnya, ikut memberikan arahan agar menyapu kasur bawah dan atas dengan sapu lidi. Ayahnya melakukan dengan cekatan. Lalu kembali tidur dengan memasang ayat suci alquran pengusir setan selama tiga jam. Ayah memeluknya untuk memastikan detak jantung anaknya makin teratur, dan tidak tidur dalam pelukan ketakutan.

Selasa, 06 Mei 2025

Sebelum Matahari Terbit

SATU
Sebagai pembukaan, marilah sejenak untuk melapangkan dada masing-masing, dan minumlah barang seteguk dua teguk madu, jika tak ada air putih juga tak apa. Simak dengan lega, singkirkan kedengkian agar kalimat-kalimat menjadi lebih bermanfaat, jika tak ada isinya, sementara abaikan dan kembalilah esok hari, dengan kesiapan prima. 

Seperti itulah yang sepatutnya  dilakukan oleh semua mahluk di bumi yang sama-sama memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri satu sama lain. Jika satu malam, satu dari kita terlanjur untuk bertengkar, setelah argumen tak cukup untuk meredam situasi. Adu emosi saling menyalahkan biasanya menjadi salah dua cara untuk membreakdownkan masalah rumit menjadi lebih komplek.

Pasangan misalnya, adalah dua orang dengan alas berbeda, berangkat dari sudut pandang yang berlainan, lalu dikumpulkan dalam rumah yang intensitas pertemuan tiap detik. 'Berantem', lalu berangkat ke tempat tidur masing menyimpan kekecewaan mendalam atas sikap satu sama lain. 

Lalu ketika bangun sebelum terbit cobalah sekuat tenaga untuk melunturkan semua ego atas nama pribadi. Dalam pelukan maaf berlimpah. Hingga nantinya satu sama lain menelan nasi uduk seperti menikmati tonseng nikmat berlimpah sate. Tak ada manusia yang dilahirkan memiliki perkakas sempurna mengatasi semua masalah. Justru manusia dipasangkan, agar perkakas itu bisa lengkapi satu sama tanpa pernah merasa lebih satu sama lain. Semuanya bisa jadi punya alas sama, peran yang sama, dengan kategori tanggung jawab yang terlihat berbeda tetapi dengan inti yang sama.

Suami atau istri belum memberanikan diri menyelesaikan masalah satu lain, lalu berangkat kerja dengan perasaan marah, dan isi kepalanya dipenuhi oleh syak wasangka, lalu takdir tuhan memberikan musibah, dan belum sempat akur. Oh Alangkah naifnya, sebelum terlambat, satu sama lain perlu untuk membenahi. Tak ada kata untuk terlambat, sebelum Allah menjemput.

Senin, 05 Mei 2025

Puisi Lapar

Sebait puisi menunggu makan siang 

Sembara duduk memilah menu 

Hanya satu menu tersaji

Nasi kosong lauk orek 


Hikayat senja sempat menatap 

Peluk erat haus mencekik 

Bulu Roma meremang 

Menahan lapar sambil terkapar


Dentuman masih saja bertalu 

Bahkan mereka lebih gila dari para iblis

Menguji kematian dari balik udara 

Menyeringai menepis nurani