BAB
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Lima
Pagi yang mendung tak membuat Nara menjalani hari-harinya frustasi. Berbagai hukuman sudah di jalankan, seperti mengepel, membersihkan halaman, mencuci WC penuh tinja, Push Up, di guyur hujan saat membuang sampah, lari karena hukuman, semua hukuman dan rutinitas di jalankan dengan ketegaran. Satu hukuman di penjara yang tidak akan di jalaninya adalah melayani nafsu bejat oknum sipir penjara.
Bulan Agustus 1977. Nara sudah menjalani masa tahanannya selama empat tahun. Keadilan yang digaungkan oleh para hakim ketika memutuskan hukumannya tak juga di rasakan di penjara, berkali-kali ia akan di perkosa oleh Polisi Marno tetapi pada saat itu pula pertolongan kerap datang untuk menjaganya dari cengkraman kotor Polisi Marno. Sipir yang baik dan teman sesama tahanan mengindarkan dirinya dari tangan biadab Polisi Marno. Satu kali Polisi Marno di buat bingung oleh Nara yang tiba-tiba menghilang ketika sedang di kejar olehnya. Ternyata jalan rahasia yang di tujukan oleh sipir pendiam itu dapat menyelamatkan Nara dari tindak bejatnya.
Seperti rutinitas pagi ini. Nara baru saja selesai mengikuti olahraga yang rutin di programkan untuk seluruh napi di penjara. Nara di kejutkan oleh seorang yang telah lama di kenalnya. Ia menghadang jalan utama ke kamar mandi. Adegan cepat itu begitu terasa saat lebaran idul fitri dimana seluruh teman-temanku yang baik memberi kejutan yang membuatku menitikkan air mata.