BAB
Tiga Puluh
Tiga Puluh
Udara sejuk di awal pagi membuat suasana tenang dan nyaman. Saat itu pula Bondan terbangun dari pingsannya. Ia dapati sekujur tubuhnya penuh denan lebam ke biru-biruan. Pelipis matanya sebek dan terasa sangat menyakitkan. Bondan tengah berada di rumah Ibu Baroroh, atas bantuan dari warga. Ibu Kinarsih setelah ikut mengantar kerumahnya ia pun langsung pamit melanjutkan perjalanannya ke Pasar. Sebuah naluri kemanusiaan yang kerap kali menggendor jiwa untuk menolong orang yak tak berdaya. Keduanya belum tahu kalau laki-laki hitam berkumis itu adalah penyebab dari kemelut yang menerpa dua keluaraga itu.
Tubuh Bondan di letakkan pelan-pelan di sebuah bale. Sebuah tiker anyaman daun pandan menjadi alas tidur dengan bantal berwarna hitam. Dengan telaten Bu Bar mengelap luka yang tampak menganga di kedua pelipisnya. Wajah Bondan seperti baru saja di pukuli oleh Muhammad Ali petinju yang telah bersyahadat lewat tangan dingin Malcom X sebagai guru spiritulanya. Tetapi Bondan bukan Muhammad Ali yang bisa menahan pukulan telak dari anak buah Arkon dalam durasi panjang. Bondan memang punya beladiri, tetapi ketika di keroyok bisa babak belur juga.