Jumat, 04 April 2025

Hanya Ada Satu Kata: DIAM!

tampak seperti pecundang

membisu dan kaku

tak mau berekspresi dan tak mau posisi

menjalani setiap peredaran hati


bibir terkunci rapat

seolah mendapat rapot rapat

bersama wejangan yang hangat

muncul dalam dekapan rapat


ia selemah-lemah keyakinan

ia serapuh-rapuhnya pertahanan

ia sekoropos-keroposnya pikiran

ia setepo-teponya jalinan

HAKIKAT KESUKSESAN

KESUKSESAN BUKAN SEBUAH MIMPI TANPA AKSI. IA ADALAH KUMPULAN DARI SEBUAH TEKAD MEMBARA, USAHA YANG TERUS MENERUS TAK KENAL LELAH, DOA YANG TAK PERNAH PADAM, AZZAM YANG KUAT, DAN CITA-CITA YANG MULIA. ORANG YANG SUKSES ADALAH ORANG-ORANG YANG BISA MENGHADIRKAN CARA-CARA HIDUP YANG BERKUALITAS, KETAATAN KEPADA ALLAH DENGAN SEBENAR-BENARNYA TANPA ADA KEMUNAFIKAN, KEFASIKAN DAN KEMAKSIATAN.

ORANG-ORANG YANG SUKSES SEJATI SELALU ORIENTASINYA KEPADA ALLAH, SEGALA SESUATU YANG IA LAKUKAN HANYA UNTUK MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK BAGI ALLAH DAN RASULNYA. IA TAK MAU MENGECEWAKAN-NYA, MENGHIANATI-NYA, DAN MENDURHAKAI-NYA.

DALAM BENAKNYA HANYA ALLAH YANG TERSIMPAN DI DALAM QOLBUNYA, NAMA-NYA SELALU DISEBUT. IA SELALU MEMPERBAHARUI, MENJAGA, MEMPERBAIKI HUBUNGANNYA DENGAN ALLAH SERTA HUBUNGANNYA DENGAN MANUSIA. SEKALIPUN DUNIA MENGECEWAKANNYA IA TAK MENGHIRAUKAN, ASAL IA TAK MENGECEWAKAN ALLAH. IA MENJADI SESUATU APAPUN KARENA INGIN MEMBUAT ALLAH TERSENYUM, TAK INGIN MEMBUAT ALLAH MALU DAN BERPALING TAK MENGHIRAUKAN KEADAAN DIRINYA. INILAH KESUKSESAN YANG KUPAHAMI. DAN KITA HARUS 'KERAS' PADA DIRI SENDIRI DAN TEGAS PADA ORANG LAIN. AKTIVITAS YANG TIDAK TERLALU PENTING DI BUANG ATAU DI TUNDA DULU. KEMBALILAH PADA ALLAH DENGAN SUKARELA. 

1 MEI 2009 11:09:54 WIB

INSIDEN MEMASUKI 'DUNIA' LAIN

BABAK 26
Dalam merintis penulisan sebuah novel, kamu nanti akan menghadapi banyak rintangan kesulitan. Entah harus membaca berton-ton novel, ratusan teks cerpen, mendaki gunung-gunung esai, melintasi sungai filsafat, ekonomi ataupun politik. Semakin panjang halaman naskah novel yang harus kau tempuh, maka akan semakin banyak pula imajinasi yang akan kamu bangun. Dan kamu harus selalu cukup energi untuk menulis sampai halaman terakhir. Kerelaanmu untuk kekurangan waktu kongkow bersama teman-temanmu membuat otakmu terlatih menghadapi bacaan sulit nantinya. Dan kamu juga harus membuat perhatian pada cratmanship (kepengrajinan) agar tidak ada kesenjangan antara bentuk dan isi—sebagai salah satunya, juga pada editing yang ketat. Sekali lagi, Kekeraskepalanmu untuk terus membaca, membuat otakmu tetap ajeg menghadapi teks-teks yang tidak mudah untuk didekati diera keberlimpahan teks.

Sambil menonton tayang EL Shinta TV dalam program Innovator, gagasan tentang makna novel muncul begitu saja. Mari kita simak catatan yang tertanggal 23 Februari 2014, Novel adalah suatu gagasan cerita yang berisi prinsip-prinsip hidup, pengakuan rasa, penegasan jatidiri, ungkapan jiwa yang misteri, gabungan dari beragam paradigma yang bisa membentuk pola hidup yang bisa menopang sebuah peradaban. 

Pada tanggal yang lain (28 Agustus 2014) juga menemukan definisi sendiri tentang Novel. Novel juga bermakna sebagai penjelasan terhadap ketegasan yang muncul akibat tekanan-tekanan yang selalu diperlihatkan dan dirasakan oleh lingkungan sekitar. Efek dari penulisan jenis ini akan memunculkan kritik sosial yang sepadan.  Ia memiliki tujuan menemukan salah satu kekayaan kata yang dapat  'meruntuhkan' atau memajukan sebuah peradaban itu sendiri. Ia juga bisa berbasis pada norma yang hidup dari budaya, rasa karakter masing-masing manusia. 

Apabila nanti naskah ceritamu terbengkalai atau mati suri, maka datangkan ide kreatif yang bisa melepasmu dari kemandekan dan menghilangkan penyesalan seumur hidup, karena tak pernah bisa menyelesaikan naskah secara idealis. Jika juga naskahmu tak kunjung muncul di dunia cetak, maka hukumlah tulisanmu lebih berat lagi, agar penerbit yang menolak naskahmu akan menyesal, menyesal yang tak tergantikan. Itulah cara mendidik naskahmu agar tak selalu mencari penjelasan.

Mari melipir sejenak pada penggalan pikiran menjelang tidur. Padanya selalu ada hal yang bisa dikerjakan. Coba simak satu persatu. 

Perjalanan menulis seperti pendaki yang menyisakan perbekalan satu mie instan, sementara puncak gunung masih dalam bayang-bayang, perut lapar melilit, dan otak mesti terus berpikir.

Perjalanan menjadi seorang penulis, bukan seperti pemilik lampu aladin yang ongkang-ongkang kaki menyuruh ide ini itu melalui jin penunggunya agar keluar kapan saja dimana saja dan mesti beda dari kebiasaan lama.

Perjalanan menulis seperti persekutuan abadi antara minyak dan air, kadang antara ide, bentuk, isi, dengan proses menulis samasekali berbeda. Outline sudah serapih pasukan pengibar bendera, ketika eksekusi—semua yang jadi bahan masakan tercerai berai, meski begitu masih bisa dihidangkan dalam meja redaksi. Lalu penulis di hari-hari berikutnya mencari cara agar bisa tertib untuk menaklukkan permainan kata dalam tiap sesi menulis.

Perjalanan diatas mengingatkan saya pada satu undangan dari dewan kesenian jakarta (DKJ 2012). Atas undangan tersebut aku datang satu jam sebelum acara itu dimulai. Ada banyak pameran novel yang telah digitilasisasi mejeng dirak-rak yang dipola sedemikan keren. Tahun itu, tahun pertama saya selesaikan novel setebal 200 an halaman. Kastil Bermekaran judulnya.

Tak ada yang saya kenal di sana, hanya bermodalkan sedikit keyakinan, kepercayaan sebagai wartawan magang di sebuah lembaga kemanusiaan (NGO). Saat saya kirimkan novel itu lewat pos, empat rangkap sekaligus. Berdasarkan bahwa cerita yang baik adalah yang berjalan apa adanya—prinsip dasar menulis pada waktu yang lampu. Sama sekali belum terpikirkan untuk menulis sebuah novel dengan bentuk atau isi seperti apa nantinya. Apalagi memikirkan alur, angle, apalagi suara narator.

Novel Kastil Bermekaran mungkin tak dibaca sampai habis oleh para juri. Juri yang mumpuni bisa melihat kualitas novel dari halaman-halaman pertama saja. Itu membuat saya maklum. Tetapi ada kegembiraan ketika kartu undangan itu dikirimkan ke alamat rumah mertua di daerah Bintaro, dan ibu mertua yang menerimanya. Peristiwa ini sangat menyenangkan sebagai penulis pemula yang sanggup menyelesaikan satu naskah novel. Sekaligus memberikan suluh untuk perjalanan menulis yang tanpa terminal—satu perjalanan sunyi, menurut para penulis kesohor.

Novel itu jenis roman keluarga yang berkisah tentang penghianatan, cinta, dan pembunuhan lewat racun. Seharusnya novel itu bisa dipresentasikan sebagai cerita yang menarik. Meski cara menuliskannya mirip anak SD yang baru membuat jurnal, toh panitia sayembara DKJ 2012 tetap mengundang saya dalam malam sayembara anugrah. Ini menimbulkan keharuan.

Saat masuk ke TIM, sebuah tempat bergengsi yang saya tempuh dari tempat kerja (condet) dengan cara tersesat beberapa kali. Mengingat jalan adalah satu diantara kepayahan yang saya miliki. Seseorang yang saya yakini sebagai bagian dari panitia memberikan sebuah makalah yang ditulis oleh A.S Laksan—dari sini aku menemukan nama tersebut sebagai guru sekaligus empu dalam menulis, meski belum pernah bertemu secara kopi darat. Tetapi saya bisa memutar ulang sebanyak yang saya mau, materi-materi yang disampaikan lewat platform digital baik youtobe ataupun blognya. Saya akui nama itu sebagai mentor dalam tulisan-tulisan saya nantinya. Perjalanan ini membut saya gembira dan selalu merayakan dengan caranya sendiri. Baik ketika mampu menulis—mendekati apa yang dimodelkan oleh Mas Sulak, begitu orang-orang terdekat memanggilnya.

Mengenalnya seperti abang yang memberikan buku-buku bagus secara cuma-cuma dan ia juga menunjukan bagaimana cara membacanya. Ada banyak buku yang berserekan di sekitar kita, ambil yang bagus dan bacalah setekun mungkin. Perhatikanlah cara mereka menulis, kira-kira begitu pesannya. Tulisan yang buruk pun tetap memiliki ide dan itu bisa sangat mencerahkan. Itu semua tidak terlepas dari crafmanship seseorang yang terus tumbuh dan meningkat setiap saat.

Sayembara menulis novel DKJ dianggap oleh Mas Sulak sebagai insiden untuk memunculkan para penulis prosa yang potensial, saya setuju. Ada satu insiden lain yang membuatbsaya amat malu, dan itu terjadi saat malam anugrah menulis novel DKJ 2012. Malu atas kerendahan hati seseorang.

“Bang ikutan lomba juga?”

“Ya ikut?” jawabnya ditambah senyum sedikit.

Belakangan setelah mengikuti sepak terjang mereka dengan memendam kekaguman jenis tertentu. Orang yang pernah saya tanya, dengan mengabaikan kelancangan, waktu yang sempit, yang mungkin dimiliki oleh orang tersebut. Nanti yang muncul kemudian adalah penyesalan terdalam dan selalu mengutuki dengan ragam gegabah, arogan tak bisa membaca situasi. Mata saya yang siwer tak bisa membedakan mana peserta dan juga mana pendekar sastra. Semua tampak sama, mereka yang hadir disana bisa dibilang mumpuni di bidang penulisan, yang sama berharap apakah namanya nanti disebut sebagai pemenang atau juara harapan.

Orang yang tetap rendah hati tersebut, tetap menjawab pertanyaan remeh dari seorang yang sok tahu soal sastra, dengan hati-hati permintaan maaf orang itu bernama Anton Kurnia. Ingatanku tetap mengendap meski menginjak 13 tahun lamanya.

Seorang perempuan di samping saya bertanya apa profesinya. Saya jawab wartawan. Ia mulai mencecar beragam pertanyaan seputar dunia wartawan. Kebingungan mulai melanda, bagaimana sebaiknya jenis jawaban apa yang hendak saya sampaikan agar ia bisa menakar. Jangan-jangan perempuan itu seorang redaktur, itu membuat posisi saya sekarang tampak lebih menyedihkan.

Setelah keringat dingin mulai hangat, seiring pertunjukan musik yang dibawakan oleh Payung Teduh. Sebuah aliran musik yang baru mendarat di kedua telinga saya waktu itu, yang kebanyakan sudah nyaman dengan SOS, SLANK, PADI, JAMRUD, PETERPAN, juga DEWA. Saya membeku sesaat setelah Payung Teduh menunjukkan kebolehannya.

Tiba saatnya para pembicara dan juga murid hadir di depan saya. Setelah Anton Kurnia berbicara (belakangan baru tahu setelah aktif menyelusuri jejak para penulis indonesia), saya merasa lega sekaligus malu yang kesekian. Untuk mengatasi rasa malu dan takut tersesat pulang ke Bintaro, saya bergegas undur diri dari perhelatan hebat itu. Saat itu saya tak masuk nominasi, apalagi harapan, tetapi lomba DKJ telah memenangkan pikiran saya dengan bertemu (mengenal) dengan para penulis hebat, seperti A.S Laksana, Anton Kurnia, dan Abidah El Khaliqi. Setelah sebelumnya saya membaca karya Andrea Hirata, Habiburrahman, Asma Nadia, Tere Liye, dan lainnya. Hal ini menjadi semacam ledakan dan bisa keluar dari cangkang sebelumnya. Bagi saya ini adalah insiden dialektika yang mahal untuk saya perjuangkan, tentu saja setelah memeras intisari dari semua karya dan bagaimana menangkap isi bacaan untuk kemudian diwujudkan dalam kultur paradigma.

Mengalami pembacaan sekelumit di atas, perasaan ini tak begitu merana (sakit). Perayaan membaca saya sebelum ‘kenal’ dengan mereka, menjadi semacam penawar atas karya yang pernah saya baca. Sekaligus mulai mencicil satu persatu karya-karya yang pernah mereka sebutkan dalam berbagai diskusi sastra dan kepenulisan.

Saya sendiri terbebas dari rasa sakit—seperti yang dituturkan (dialami) oleh penulis kambing dan hujan, Mahfud Ikhwan. Menurutnya sejak bangku kuliah pertama sudah mendekati—menikmati karya-karya Kuntowijoyo dan buku-buku sastra lainnya. Pikiran dan perasaan begitu ‘hampa’ ketika bertemu buku-buku di luar bacaannya dan itu membuatnya terasa menyakitkan, begitu kira-kira seperti yang ucapkan dalam sebuah siniar.

Sejak mengenal mereka, saya susun ulang amunisi dalam menulis. Itu terasa menyulitkan. Berpindah alam. Kalau bicara hasil, karya yang saya tulis masih jauh dari mereka, tiga kali mengikuti sayembara menulis DKJ masih jauh dari Harapan, apalagi Juara. Saya sedang tidak memaksudkan DKJ sebagai tonggak satu-satunya penentu mutu sastra. Setidaknya mereka punya kapasitas untuk menilai karya sastra, yang ‘enak’ dibaca. Mutu karya yang sedang saya susun masuk kategori menyedihkan, mungkin tidak buruk. Satu kali cerpen anak yang saya tulis dan ikutkan pada lomba menulis mendapati peringkat tiga, dari 200an naskah. Kabar ini menjadi semacam pelipur lara. Selanjutnya saya tak lagi mendapati juara dalam rentang waktu lama. Masing-masing juri punya selera yang berbeda, sedangkan karya bagus tidak mengenal selera, mungkin soal interpretasi. Semacam ini tidak perlu diperdebatkan dengan serius.

Dari lomba dan membaca karya secara konsisten, dan mulai berpikir bagaimana sebuah cerita akan dipresentasikan dengan cara seperti apa. Untuk selanjutnya saya mulai terbebas terlepas dari kutukan As Laksana—jangan-jangan saya bukan sedang meniti sebagai penulis tetapi sebagi pengetik. Meski tetap saja merangkak dan hasilnya masih saja jumpalitan. Inilah percobaan bentuk yang saya perjuangkan, meski saya tidak tahu karya mana yang masuk eksperimental. Tugas saya membaca karya bagus sebagai cara mencari informasi yang cukup, dan terus menulis (tidak mengetik), sebagai sarana untuk memperbaharui cara menulis—terus begitu sampai entah kapan. Saya tidak bisa menjamin, karena ini adalah kerja kreatif.

Jika hasil menulis, entah itu novel dan jenis tulis lain masih saja jungkir balik sambil terus mengikuti mereka. Nantinya novel dan lainnya tak juga nangkring sebagai juara—harapan. Maka perayaan lain masih bisa saya lakukan yaitu pembacaan atas karya pemenang novel DKJ yang diterbitkan dan yang karya-karya bagus lainnya. Semua tindakan itu sangat menggembirakan sebagai puncak ritual menikmati sebuah teks hasil pemenang dan karya puncak lainnya. Ini menjadi semacam penanda sebagai pembaca yang mencari buku-buku bagus diantara lebatnya hutan buku.

Pada situasi semacam ini, ditengah-tengah rumitnya menyelesaikan sebuah naskah, saya ingin mengunyah Kereta Semar Lembu, sebagai novel pemenang dan saya ingin membacanya. Ini yang bisa saya lakukan, di tengah buramnya pengetahuanku tentang karya bagus. Dari sini saya bisa menjelajah buku-buku lain yang sepadan. Tanpa mengurangi rasa hormat, membaca buku-buku bagus, adalah berawal dari begitu rendah hati para panitia lomba DKJ 2012 yang mengirimkan undangan lewat Pos kerumah mertua saya (sekali lagi), padahal karya yang saya kirimkan, saya duga tidak masuk seleksi, pun mereka masih berbesar hati. Cara mereka mengapresiasi menimbulkan api tekad yang pelan-pelan tumbuh untuk mencintai dunia rekaan, di luar profesiku sebagai guru. Dari sini pengetahuan tentang membaca, menulis, karya rekomendasi, mulai tekun, saya anggap ini sebagai tonggak sejarah menyelami dunia sastra sekaligus insiden terbaik dalam menekuni dan memasuki ‘dunia’ lain. Cekap Semanten.

Kamis, 03 April 2025

Pola Asuh

BABAK 25
Orang tua bijak mengatakan, yang dibutuhkan ketika berhadapan anak-anak di rumah, banyak sekali metode, tips, seminar-seminar, pada saat bersamaan ia akan luntur ketika beranjak dari ruang-ruang kelas pengasuhan. Memang kebanyakan dari mereka konsisten menjalankan dan menggunakan prinsip-prinsip pengasuhan untuk mendampingi tumbuh kembang anak, dan hasilnya bisa menjadi sesuatu. Kebanyakan dari mereka juga luntur setelah pematari pengasuhan menutup kelasnya. Sebagai pegangan, setidaknya ada dua hal yang bisa diterapkan ketika mendampingi anak-anak di usia tumbuh.

Mengelola emosi adalah semacam perisai agar tidak ikut-ikutan marah ketika anak sedang meluapkan emosinya. Ketegasan penting sebagai unsur penengah agar tetap terhindari kontak fisik yang tidak terkontrol. Marahnya anak-anak menjadi cermin bahwa, mereka sedang belajar untuk berdialog dengan intonasi yang tinggi, egonya sedang puncak-puncaknya, dan mungkin merasa paling benar sendiri. Itu menjadi pembeda dan menurunkan emosi anak-anak yang sedang meluap-luap kapan saja.

"kalau mengingatkan jangan pakai nada tinggi dong!" ucap seorang anak kepada ayahnya. Ayahnya kadang menanggapi dengan wajar, sebab bisa mengelola emosi yang ada. Seringkali gagal malah ikut-ikutan bernada tinggi. Untuk hal ini ayah masih kalah denganmu Nak. Sebab ada wilayah ke aku an yang sedang ayah tunjukan. Tetapi lupa bagaimana mendengarkan nasihat darimu Nak.

Rendahkan kata-katamu ketika mendapati anak-anakmu sedang dalam kondisi tak stabil. Cara ini bisa menjadi peluntur suasana hatinya yang lelah pulang sekolah, pelajaran, hubungan pertemanan, dan seterusnya. Bila mengalami tantrum sebab seluler, ini memerlukan pendekatan yang berbeda. Maka caranya beri informasi bahwa ketergantungan terhadap seluler dan meninggalkan atuaran rumah yang dibuat bukan untuk mengekang tetapi untuk tumbuh kembangmu Nak. Sejauh ini kurang tepat berarti ada banyak ego yang harus ayah turunkan agar kamu bisa memberi masukan apapun. 

Ayah mungkin tahu tentang beberapa pengasuhan, selalu gugur pada saat menemukanmu dalam kondisi yang sulit ayah jangkau. Bahkan emosi cenderung meledak sebelum kalimat pertamamu selesai. Ternyata tak semudah itu ya Nak? kali ini biarkan ayah menyelami dulu sebanyak mungkin, sekonsisten mungkin, tentang turunkan frekuensi serendah mungkin agar bisa mencerna kalimat bukan membabi buta mencercamu sebab perkara mubah. Soal seluler ayah berharap kamu betul-betul bijak dan tidak terjebak pada penghambaan kepada setan gepeng.

Kata ilmu pengasuhan, Komunikasi menjadi penting sebab dari lahirnya harmonisasi sebuah hubungan antara dua subjek dan objek. Parah-parahnya dari sepuluh komunikasi yang telah dibangun bersama, lalu ada yang nyantol barang satu atau dua kebijakan yang kalian miliki. Masuk ke alam bawah sadar. Tiap ayah memasakan sesuatu untuk anak-anaknya. Mereka tak lupa untuk mengucapkan terimakasih. Tak pernah lupa (kecuali jika sedang marahan). Berani mengkritik ayah ketika 'hanya' memerintah saja (kebanyakan) dari pada mengembalikan pengasuhan sesuai tempatnya.

Sampai saat ini adalah tarik ulur sebagai cara ayah untuk membimbingmu pada tindakan yang di rasa tepat. Seperti main layang-layang, katanya. Entah ini benar atau tidak, ini selalu menjadi endapan komunikasi agar nantinya komunikasi tumbuh alami. Tidak menyimpan ketakutan, tekanan, bahkan feodal.

Yang lebih penting menurut pengasuhan, katanya mendengarkan adalah salah satu kunci agar ayah dan anak bisa berjalan sesuai dengan fitrahnya.

Rabu, 02 April 2025

GP AMERICA: MARC TERSUNGKUR PECO MUJUR

Balapan sebentar lagi dimulai, yang punya hajat  tiba-tiba berlari untuk mengambil motor cadangan. Tak lama kamera menangkap 4-5 pembalap yang sudah siap tarik gas, balapan urung terjadi, selain terlalu sedikit juga berisiko. Balapan ditunda sampai semua ganti ban. Maklum itu balapan super cepat, dan pembalap harus dilindungi secara penuh keselamatannya.

GP AMERIKA' Kisruh jelang balapan, pontang-panting kayak lomba 17 an panjat pinang. Semuanya cepat-cepat mengkondisikan motornya agar nggak nyungsep di arena balap.

Balapan tahun ini rada ngebosenin, ane berharap pembalap lain bisa ngimbangin kalau bisa saling take over satu sama lain, agar lebih meriah dan kompetitif. Apalagi yang namanya DUCATI sekarang lagi jadi raja balap di lintasan, semua pembalap Ducati sedang dalam puncak balapnya, termasuk yang satelit-satelitnya. Mereka kerap di depan terus kaga ade yang berani nyalip apalagi beradu cepet, ane sih berharap Quartararo bisa tuh mengembalikan suasana balap yang mulai monoton.

Kadang Aye ngrasa lebih seru nonton Moto2, pada garang-garang nggak jaim, saling salib adu skill antara sama lain. Nah, sobat MotoGp pekan ini pembalap merah putih (Indonesia) berhasil masuk 10 besar dan semoga perkembangannya terus membaik dari tahun ke tahun, berikutnya bisa bergabung kelas tertinggi (Motogp).

Balapan pun dimulai. Sontak saja si 93 langsung melesat ngacir kayak roket, sulit banget dikejar, sama di sirkuit pekan lampau (Argentina). Ora bisa nengok-nengok ke belakang, soalnya takut THR nya nggak kebagian. Diambil sama PECO hihihi (bercanda). adik kandungnya sendiri Alex pun kesulitan mengejar abangnya, sementara Peco masih terus mengejar Alex.

Di garis belakang balapan lebih ramai seru saling salip terjadi. Akademi 46 bertengger di posisi 4 dan 5 sampai akhir balapan. Ini cukup menyenangkan, siapa sih yang nggak kenal dunia balap motogp (Vale) 46 lengkap dengan kesaktian di dunia tikungan.

Luca Marini, Johan Zarco, Vinales, Fabio, tak ketinggalan untuk disorot kamera canggih. Karena kamera banyak menyoroti DUCATI saja,tetapi juga ada Aprilia, Honda, Yamaha, dll. Semoga Kawasaki bisa bergabung lagi suatu saat nanti.

Lagi agak bengong pantengin TV, tiba-tiba Marc tersungkur di lap 9, lalu bangun lagi balapan lagi, meski jaketnya berubah kucel bin sobek. Pada lap-lap berikutnya si 93 mutusin untuk balik ke PIT mengingat ia membalap tanpa rem belakang. Widih ngeri ini memang pembalap. Akhirnya Peco bisa menggantikan posisi Marc sampai finis. Rekan setimnya tersungkur ia pun bisa naik panggung, begitulah balapan deritanya tiada yang tahu. Meski ada komentar miring dari rekan seperguruan, katanya, Peco itu kemampuannya biasa saja, kalau nggak ditopang sampai motor DUCATI, tapi sudahlah, Peco menang, itu harus diakui, sebuah fakta yang nggak bisa dibantah.

Senjata Jitu

BABAK 24
Wajahnya tak riang ketika sampai di sekolah, ia hanya duduk di beranda, tak mau masuk ruangan. Tempat yang biasa membuatnya nyaman di pagi, jika datang lebih awal. Ia mungkin akan keriangan yang sempat ia nikmati bersama teman-temannya.

Sampai jurnal selesai, anak-anak lain sudah sibuk untuk berpindah ke kegiatan yang lain. Ia tetap saja mematung, mengurung diri dalam diam, serta mengosongkan sejenak pikirannya.

Bahkan sampai kepada kegiatan kudapan pagi ia terus saja membisu. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh anak sekecil itu.

Meragukan apa menu sarapan, rasanya juga tidak.

Rumahnya juga kebanjiran, rasanya juga tidak. Tak ada informasi banjir dekat-dekat sini.

Pelan-pelan ia beringsut dari tempat duduknya. Menggeser pelan-pelan tubuhnya ke arah kami. Tempat circle time, dimana kudapan pagi sedang kami nikamati bersama.

Ia duduk di samping sang guru. Menempelkan sejenak tubuhnya. Memberi kode agar ia diperhatikan.

"Ini bagianmu nak, kau mau," ucap sang guru.

Ia mengangguk disertai senyuman. Senyum yang sekilas seperti senyuman kelicikan. Sekecil itu, dari mana ia belajar tentang senyuman yang menipu. Membuat kamuflase.

Rupanya hanya sejenak ia tampak manis. Pada jam berikutnya sikapnya kembali lagi. Mematung dan membisu. Bahkan ia kembali lagi dari kelas Matematika dengan wajah pundung berlipat-lipat. Ia mungkin meragukan kemampuannya sendiri tentang ilmu hitung. Atau ada hal lain?

Jadwal matematikan telah membuatnya tertekan sejak dari rumah. Ini hanya asumsi semata. Bisa jadi ada suasana yang membuatanya menjadi sangat moody. Ataukah ini senjata jitu yang sedang diperlihatkan kepada gurunya. Ini tampak rumit sekali.

Mari kita coba dan coba. Semoga selalu ada perubahan.

Selasa, 01 April 2025

Jejak-Jejak Api Pada Seorang Murid

BABAK 23
Ada banyak api yang menempel pada sanubari murid, dengan kualitas terukur atau malu terpendam. Di bawah ini mari sejenak renungkan dalam-dalam. Tentang mimpi mereka dan harapannya. Mereka menuliskan di atas kertas (A4 dibagi empat). Menyelesaikannya dalam tiga puluh menit, kira-kira. Dari mereka ada banyak hal yang memberi inspirasi kepada semua elemen, termasuk gurunya sendiri. Mari simak satu persatu ujaran mereka. Ada yang singkat, langsung pada intinya, ada juga yang bertutur panjang, calon host ternama.

Suatu saat saya akan memilih bidang desain di ekonomi kreatif karena saya lebih tertarik desain interior rumah. Saya sering memainkan game desain rumah. Saya tertarik karena paling suka menata furnitur rumah, sampai di rumah saya yang mendesain furniturnya. Alhamdulillah orang tua sangat setuju dengan furnitur yang saya desain. Awalnya saya suka desain rumah karena game the SIMS. Sangat seru, mulai dari meletakkan furnitur yang cocok tempatnya. Lalu saya pindah ke game desain room. Game The SIMS menurutnya bukan permainan yang menuju ke desain rumah, tetapi game room desain sangat membantu mendesain rumah. (Mimpi Pranaja Rafif Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024)

Bidang yang saya minati: Kesehatan (Dokter Bedah). Menurutnya, suka pada materi yang berhubungan dengan sains, biologi, kimia, dan kesehatan. Maka dari itu saya ingin menjadi dokter bedah. Saya ingin mengembangkan diri dengan cara merubah kata suka menjadi bisa, dan sangat suka pada bidang kedokteran. Saya suka rumah sakit, maka dari itu saya ingin menghabiskan waktu di rumah sakit dengan cara menjadi dokter. Materi kedokteran menurut saya ajaib, dengan kuasa Allah SWT kita bisa hidup dengan perasaan. Organ yang bermacam-macam namun saling berkoordinasi satu sama lain. Materi kedokteran juga menunjukkan keaslian al Quran, bagaimana manusia tercipta, darah mengalir, dan lain sebagainya terbukti dengan jelas. Ya Allah mudah-mudahan aku bisa menjadi dokter bedah. Amiiiin. Ya Allah mudah-mudahan bisa sekolah di FK UGM. Amiiiin. (Mimpi Nazmi Izzati Hanisah Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024)


Ingin menjadi Arsitektur, karena saya suka menghitung dan ingin mendesain rumah sesuai imajinasi saya dan klien. (Mimpi Davi Ferdiansyah Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024)


Saya suka musik karena saya minat main Gitar dan suka ngulik. Jadi ya...saya suka musik juga karena Ibu/ayah saya. Saya sudah 'istilahnya' dicekoki musik dari kecil. Saya suka musik seperti Rock, Metal, terutama "Indie" Kalau metal yang umum Metallica. 

Dan Rock pasti Beatles, karena alunan musik Rock N Roll yang sangar meski Chord nya gampang, dan yang paling suka dari INDIE adalah The Adoldlosatlle. Era semua banda INDIE yang saya sebutkan adalah band yang berhasil memanggil saya dan juga membuat saya mencoba mendengarkan music mainstream. Mimpi Alif Fadilah Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024

Bidang yang aku sukai

* Bidang Seni Rupa. Alasannya yaitu aku sangat suka melukis, menggambar juga. Melukis bikin aku tenang kalau lagi marah aku lukis. Senang lukis :) everything about melukis aku suka. 
* Bidang Arsitektur dan Design. Alasannya aku ingin mendesain atau membuat sesuatu dari ide aku sendiri, biar jatuhnya sharing ide gitu :) (Aku juga suka Matematika sedikit). Mimpi Bilqis Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024.


Bidang yang diminati: Medis dan Kedokteran 
Alasan: saya sangat tertarik pada biologi, terutama materi anatomi tubuh. Karena bagi saya anggota tubuh manusia sangat 'ajaib' selain itu, saya juga suka aroma rumah sakit dan saya ingin menghabiskan waktu disana untuk menyelamatkan banyak nyawa orang. Saya ingin menjadi dokter spesialis bedah Toraks dan Kardiouskular (cardiologi) yang bersekolah atau lulus dari universitas Airlangga dan Harvard University. Amiin. Mimpi Shaquilla Manika Mahya Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024 


Yanda, saya ingin menjadi Arsitek, karena saya ingin membuat rumah sesuai keinginan saya dan klien, dan juga gaji Arsitek sangat besar. Mimpi Vito Akbar Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024


Menjadi Atlet, karena menjadi atlet gaji besar dan sehat. Mimpi M. Khairan Yafist Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024


Bidang yang saya minati yaitu pengusaha, saya berminat pada bidang tersebut karena orang tua saya yang menjadi pengusaha dengan kerja kerasnya dan membuat saya tertarik dengan hal tersebut. Karena mungkin dengan tersebut saya bisa mencoba sesuatu hal baru yang mungkin saya belum bisa, dan dengan pekerjaan mereka yang sekarang memberikan motivasi dan pembelajaran tentang bagaimana enak/tidaknya bidang tersebut. Mimpi Jilwah Kelas IX, SMPIT PM 16 Januari 2024


Penerbitan
: Alasannya karena dunia percetakan suatu karya sangat menarik. Mencoba hal baru yang menantang sangatlah menyenangkan. Membuat karya yang akan selalu diingat, semakin berkembangnya waktu dan bermanfaat bagi seluruh pembaca. Mimpi Ghisa Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024


KULINER.
Karena saya suka kulineran. Mimpi Alie, Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024 

FOTOGRAPHER/OLAHRAGA
Kalo Fotografer karna saya suka pemandangan. Pemandangan yang paling suka di SWISS bagian pegunungan. Olahraga, karena saya suka beladiri tinju/Taekwondo. Mimpi Andriansyah Kelas IX, SMPIT PM, 16 Januari 2024


PENERBITAN:
Alasan: Membuat karya tulis pada bidang literasi dan sastra. Menceritakan bagian pengalaman dan kehidupan, dan meliput informasi yang sesuai fakta. Mimpi Angga Eka Syahputra, Kelas IX SMPIT PM 16 Januari 2024

Coding/Desain 
Mau mencoba membuat sesuatu menggunakan CTT, JAVA, PYTHON ataupun bahasa coding lain. Ingin belajar cara membuat control dari sebuah game maupun mechaniknya itu sendiri. Ingin belajar bahasa coding 
Desain. Ingin menuangkan dan mengembangkan ide dalam sebuah design. Ingin belajar dan mempraktikkan komposisi dari sebuah design. Mimpi Obama Kelas IX SMPIT PM, 16 Januari 2024


Bidang yang aku sukai: 
Farmasi: Sebenarnya aku mau jadi perawat tapi aku takut darah, jadi masuk dan milih farmasi aja. Karena itu masih rada bersangkutan gitu, menurut aku sih, asik juga kayaknya ngeracaik-racik obat gitu. Mimpi Nisa, Kelas IX SMPIT PM 2024


Alasan saya memilih bidang coding dan desain karena saya suka membuat bot discord, dengan bahan penampilan python dan JS. Saya ingin seperti ayah saya yang bisa mendesain dan membuat web sendiri. Mimpi Aldrich, kelas IX, SMPIT PM 16 Januari 2024 


Musik. 
 Karena saya tertarik dalam membuat lagu dan juga karena cita-cita saya sebagai komposer musik, saya tertarik dalam mencoba seluruh alat musik. Mimpi Akbar, Kelas IX, SMPIT PM 16 Januri 2024


SENI RUPA
Saya merasa bingung, saya di seni rupa karena dari dulu saya suka menggambar dan mendesain sesuatu. Tapi sebenarnya saya galau apa keahlian saya, tapi dari dulu saya lumayan suka menggambar kadang-kadang, saya biasanya menggambar kalau saya lagi mood dan ada waktu luang. Gambar saya nggak terlalu bagus sih, karena sekarang masih bisanya redraw, tapi saya sudah mulai mencoba hal baru dalam menggambar. Gambar dalah hobi atau hal yang saya lakukan saat gabung atau nggak tau mau ngapain. Mimpi Don, Kelas IX, SMIT PM 16 Agustus 2024












Senin, 31 Maret 2025

KEBANGGAAN SEORANG GURU

BABAK 21
Akan tiba masanya seorang siswa berkembang dengan fitrahnya masing-masing. Pertemuan-pertemuan pertama di hari pertama bersama seorang wali kelas yang berbeda dari sebelumnya. Tentulah membutuhkan proses yang tidak mudah. Tidak hanya penjajakan antara siswa dengan wali kelas barunya, wali kelas juga membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan siswa-siwa yang 'baru'. Pendekatan yang baru, metode pendekatannnya juga berbeda, semua kemampuannya bakal diuji dengan kelas baru dan anak-anak baru.

Bulan-bulan pertama tentu saja menguras energi, waktu, pendekatan, strategi, dan kemampuan analitik dan sintetik. Dari sekian anak yang diampunya ada saja yang membuat guru itu mengeluarkan jurus-jurus yang di simpannya lama. Anak-anak itu menyimpan energi yang lebih dibanding anak-anak lainnya. Dari 8 jam yang mereka lalui, ada jam-jam tertentu yang mereka isi dengan kegiatan di luar jadwal. Salah satu yang mereka geluti adalah saling menjajal kekuatan fisik dan menguji mental. Berantem, saling meledek, kadang memaki dengan selipan nama-nama kebun binatang.

Seperti hari itu ketiga anak terlibat perkelahian di dalam kelas. Di masa-masa transisi pelajaran. Wali kelas yang mendengarnya langsung menuju kelas dan mendisiplinkan mereka bertiga. Mereka mengeluarkan jurus juga setelah sang wali kelas mendisiplinkan mereka dengan cara memberi pijakan kuat akan aturan-aturan kelas. Salah satunya menangis untuk memberi tekanan kepada wali kelas agar tidak memberikan konsekuensi (meski dalam bentuk untuk tidak mengulangi lagi). Bulan-bulan awal wali kelas seringkali memberi pijakan tentang aturan-aturan kelas agar bertanggung jawab terhadap aturan yang telah disepakati.

Koreksi diri dari rupanya tidak langsung berubah bim sala bim. Pada bulan-bulan berikutnya mereka terlibat percekcokan, saling memaki, dan membuat tidak nyaman di kelasnya. Hasilnya mereka mendapat lebih banyak 'diskusi' dengan wali kelas agar lebih tertib dan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukannya.

Butuh waktu lama untuk membuat mereka bisa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu. Hanya melakukan sesuatu yang sederhan saja mereka butuh proses. Bukan tak mau. Belum ada kesadaran yang terbukan secara ihlas. Jadi wali kelas terus saja memberi ketegasan-ketegasan khusus agar mereka terbuka dengan pikiran mereka sendiri. Agar mereka melakukan sesuatu atas dasar kepahaman bukan keterpaksaan. Meski itu tidak mudah, jungkir balik katakanlah seperti itu. Apalagi sang wali kelas menerapkan disiplin yang unik. Tiga orang melakukan hal diluar kegiatan sekolah, yang lain juga kena getahnya, istilahnya begitu. Sejak saat itu komitmen mulai terbangun, meski tertatih. Wali kelas menyimpan energi berlimpah untuk menjadikan mereka menemukan apa arti kepahaman.

Lambat laun setelah komitmen terbangun, ikatan mulai terjalin. Dari fitrah yang hakiki muncullah kebeningan etika. Yang tadinya perlu mengorek-ngorek kesalahan agar bisa memperbaiki pijakan, jadinya memiliki kemampuan untuk mengakui kesalahan. Dari yang miskin untuk memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan, jadi mudah memutuskan sesuatu tanpa kata; TERSERAH. Dari membenci wali kelas karena peraturan yang tak boleh di otak atik menjadi respek pada setiap putasan. Dari yang sulit mengungkapkan sesuatu menjadi berani diskusi lengkap dengan arahan yang gembira dari wali kelas. Ditambah senda gurau yang renyah sesuai situasi dan kondisi.

Pada saat pembagian perkembangan raport, sang wali kelas menceritakan semua itu dengan rasa bangga terlihat dari setiap senyuman yang tersungging dari tiap kalimat. Wali kelas meminta bantuan agar menjaga konsisten itu agar nanti kelak bisa menjadi pegangan yang sejati. Satu lagi, kata wali kelas: Dukung pilihan yang menurutnya terbaik, agar ia bisa menjalankan dengan semangat, Terimakasih.

Cekap semanten.

Minggu, 30 Maret 2025

Biasakan Membaca Buku-Buku Tebal

BABAK 20
Penghargaan tertinggi dari sebuah akal adalah merayakannya dengan membaca buku-buku yang jumlah halamannya diatas 500, salah duanya. Dengan terbiasa membaca buku-buku yang tebal, otak akan terus dilatih untuk meruncingkan nalar, menajamkan perenungan, menggali sumur solusi, menjaring sejuta karya (proses kreatif) dalam membagikan pengetahuan, pengalaman, motivasi, dan seterusnya. Dengan membaca buku-buku yang tebal otak akan dipaksa terus untuk konsisten menangkap isi bacaan dari tiap halaman buku.

Membaca buku tebal apapun genrenya adalah tindakan nyata dari pribadi yang menuju kematangan, tidak mentah, tidak gugup dan gagap dalam memandang sesuatu. Jauh dari prasangka kaku terhadap penilaian seseorang-yang terkadang amat menipu. Jauh juga dari kacamata melihat orang dari sampulnya saja. Ia akan terlatih untuk menganggap sesuatu entah itu masalah dalam (azaz praduga tak bersalah). Kerumitan dalam membaca buku tebal membuatnya tak jumud, karena ia telah memposisikan diri sebagai pribadi rendah hati, serta tidak tahu apa-apa. Penilaian kaku seseorang kepada orang lain yang dibuat berdasarkan prasangka sendiri terus dikutukinya agar tak menjadi alat untuk menilai mentah seseorang.

Perayaannya setelah membaca buku-bukutebal akan terulang lagi, lagi, dan lagi pada saat nantinya menjatuhkan pilihannya pada buku yang tebal juga. layaknya kalian main  (wilayah kesenangannya tersalurkan). Sama gembiranya ketika mengunyah buku-buku di bawah 500 halaman dengan cara santai dan tetap mengeruk maksud dari tiap halamannya. Wilayah Dopaminnya terjaga dengan memberikan porsi lebih pada sebuah otak. Semakin tebal semakin nikmat, lebih dan lebih. Kecanduannya adalah menangkap hal-hal yang gelap dari beberapa halaman dan menemukan maksud pengarang. 

Sebagai dampak dari kegembiraan semacam itu, otak akan memelilki kemampuan membentuk diri sendiri. Neuroplasticity semakin jeli menangkap sebuah kecerdasan yang bisa datang dari buku mana saja. Pada saat yang bersamaan dalam perayaan membaca buku-buku maka otak sedang mengulang-mengolah bahan, apa yang kemudian di sebut sebagai A Brief History of Neuroplasticity.

Banyak hal nantinya yang membuat pola pikir mengarahkan pada frase-frase yang tidak mudah untuk dibaca-menurut sebagian orang. Jutaan halaman yang telah dibaca dan telah mengendap dalam jeda tertentu akan memberi panduan pada kalimat-kalimat yang sulit dibaca. Manjadikan paradigma bisa mengakses maksud lain dari pengarang. Kecermatan untuk terus melakukan scanning dan merongsen pada tiap kata yang tertangkap oleh mata.

Pada tahap tertentu kerentanan yang bersifat impulsif bisa dihindari dan menangkapnya sebagai bahan untuk membaca buku-buku lain, tanpa pernah untuk merendahkan maksud pengarang.

Kegandrungan pada bacaan tebal sebagai kultur budaya semacam melakukan selebrasi pada seorang penulis yang mengabdikan dirinya pada kata, kadang membebaskan kata itu, dalam rentang waktu yang melelahkan, mungkin tiga tahun, lima tahun, sepuluh tahun. Pada pembaca rakus buku tebal bisa dikunyah dalam hitungan jam, hari atau bulan. Sebagai guru perayaan semacam ini menjadi visi pribadi dalam hidupnya. Apalagi ia sedang menjaga api tekad murid yang sering jatuh bangun. Agar mereka punya kapak untuk memecah kebekuan yang sering menimbulkan inferiority complex. Cekap semanten.

Sabtu, 29 Maret 2025

SUMUR AJAIB

Episode 2
Orang-orang dewasa sudah mengkilat tubuhnya, seperti digosok minyak setengah liter. Mereka baru selesai nawu (nguras) sumur. Mungkin setahun sekali, nenek baru meminta bantuan orang-orang dewasa untuk turun ke dalam sumur. Entah apa isinya. Mungkin semua benda ada disana. Kecuali nyawa seseorang. Lumpur semakin banyak. Ketika hujan semuanya bisa masuk ke dalam sumur, sekiling sumur belum di pondasi. Hanya pohon teh-tehan, pohon kuburan, yang menjadi bentang terakhir ketika air hujan masuk.

Nenek tersenyum.

Tentu saja kau masih ingat, jika memang isi kepalamu tak pernah digodam oleh hal-hal buruk, seperti ciu atau semacamnya. Atau mabok lem. Maka kau dulu bisa menemukan hal-hal ajaib yang kau bisa lihat setelah mereka sampai di atas. Kau terperanjat juga jijangkrakan, lompat-lompat di udara. Ini semacam kisah pelipur lara, setelah nenek mangkat ketika Aliyah kelas satu.

Setelah dua jam menguras isi sumur, keajaiban mulai muncur. Dari balik ember besar yang ditimba melalui tali besar yang dililitkan pada sebatang bambu yang kedua sisinya dikonsep bisa dijadikan putaran bambu itu. Dua ekor lele hitam menggelepar setelah tubuhnya menggelepar diatas tanah. Ini mungkin lele yang paling hitam yang pernah kau lihat. Lalu cucunya meronta-ronta, merajuk agar lele itu dijadikan lauk makan siang. Kau terlihat cerah, manakala lele itu tergeletak tak berdaya dengan bau bumbu yang menggiurkan dan sekepal nasi dingin sisa tadi malam.

Tak hanya itu, dedaunan busuk banyak bertumpuk membuat kami tertipu, Biyung kira mereka adalah ikan-ikan hitam lainnya, yang bisa dijadikan lauk untuk para penimba.

Ada batang-batang pohon yang terpangkas lalu hanyut ke dalam sumur. Yah, kau tahu bibir sumur hanya dipagari pohon dan bilah-bilah bambu yang dianyam.

Kau ingat, waktu itu ular gadung melilih di tali ember sambil menjulurkan lidahnya. Mungkin ia terbebas dari gelapnya sumur. Tanpa ampun, kepalanya digada oleh salah satu penimba yang sigap mengambil bilah bambu yang entah dari mana.

Nenek mau minum,nanti kita teruskan.

(((

Satu hari sumur itu marah dan menghantui mimpi-mimpi neneku sepanjang malam. Ia banyak menghela nafas dan mendehem panjang, dan menggerutukan gigi-giginya berkali-kali.

"Nek!" ia berkali-kali di panggil agar bisa memuka matanya. Cucunya takut ketika melihat bola mata nenek sudah terlampau dalam dan seperti dijahit.

Nenek bangun sejam kemudian dan menatap cucunya yang lelah menungguinya bangun. Ia mengelus rambutnya yang cepat sekali beruban di masa kecilnya.

Ia merenung.

"Kenapa Nek." Tanya cucunya setelah lama merenung.

"Sumur kita dikencingi Ki Dalang, tidak sehari atau dua hari. Tetapi banyak waktu Ki Dalang tetap bandel melakukannya.

"Dari mana nenek tahu."

"Mimpi, sumur itu ajaib bisa bicara."

Jumat, 28 Maret 2025

Apakah Seorang Guru Nggak Boleh Marah?

BABAK 19
Wajah mungilnya meminta perlindungan, belas kasihan, atau sebuah kata yang akan menentramkan kegelisahannya. Ia telah mengalami bully yang ia sendiri tak menyadarinya.

Ayahnya yang baru pulang bekerja tercenung, merenung, dan menasihati dirinya sendiri. Apakah seorang guru nggak boleh marah?

Anak lelakinya yang berusia tujuh tahun itu, telah mengalami situasi yang membuatnya tak nyaman (stress dalam sekala yang tak terbatas). Mungkin.

Ia bercerita sepedanya telah dilempar beberapa meter oleh dua orang dewasa. Satu remaja beranjak dewasa, satu lagi bapak yang bercucu satu.

Ayah anak itu ingin "menegur" bahkan tak sekedar "menegur" bahkan ia ingin menaikan levelnya menjadi dampratan. Ia ingin memuntahkan segala yang berkecamuk di kepala, bahkan sudah mempersiapkan kata-kata buruk yang sudah lama ia kumpulkan.

Setelah sampai di depan rumah salah satu pelakunya, ia terpaku sejenak. Bergelut dengan nuraninya. Kedua anaknya menguntitnya dari belakang. Entah kenapa kedua kakinya balik kanan. Seolah-olah ada yang menggerakan tanpa bisa mengelak. Ada kelegaan di sana, di lubuk hati yang terdalam.

"Kok pulang yah?, nggak jadi ngomelin?" Tanya anak lelakinya. Ia mencoba mengkorfirmasi sesuatu, siapa tahu ayahnya tiba-tiba jadi pikun. Sikap yang mungkin agak ganjil baginya.

"Mungkin kamu harus lebih hati-hati ketika meletakan sepeda, tidak di tengah jalan," jawab sang ayah.

"Temen-temen tuh yah, yang naruhnya sembarangan," sang anak mencoba berpendapat.

Beberpa malam menjelang tidur, sang ayah mencoba mencari letak kebenaran juga kesalahan. Ia bisa saja mendampratnya dengan meluap-luap, lalu apa yang akan dihasilkan. Apakah anaknya akan mendapatkan edukasi dari kejadian ini?

Sebelum terlelap, sang ayah terlihat komat-kamit merapal sesuatu. Lalu sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Suatu sore sang ayah mencoba "mendamprat" salah satu pelaku pelempar sepeda dengan ucapan permisi ketika lewat depan rumahnya. Ia terlihat sedang duduk di serambi rumah. Menikmati kudapan sore. Ada kopi hitam di sana. Sang ayah berharap sikapnya sedikit berubah kepada anaknya. Ia membalas sapaan sang ayah dengan sikap manis gulali.

Kedua pelempar sepeda adalah tetangganya sendiri, ini bukan perkara yang mudah. Apalagi baru kali ini terjadi. Setelah tujuh tahun bertetangga. Mungkin kesalahan ada di anaknya. Atau ada kondisi yang membuat insiden itu terjadi. Apalagi sang ayah hanya mendengar dari si anak.

Anaknya masih kecil, fisiknya masih renta, kecil kemungkinan untuk melawannya, adalah pertimbangan sang ayah untuk melabraknya dengan cara lain. Yang lebih manusiawai. Apalagi salah satu pelakunya mendapat julukan Pak De.

Sang ayah masih bekerja di luar rumah. Keselamatan sang anak yang membuat sikap dan tindak tanduknya harus terukur.

"Ya udah kerjanya di rumah aja?" tegas sang anak. Ia seperti memberi sinyal, bahwa bekerja tidak harus keluar dari rumah. "Nanti ada waktunya," jawab sang ayah.

Kedua anaknya sedang dalam masa pertumbuhan. Ia tak ingin melihat anaknya tumbuh dalam mental yang mlempen. Ia harus terus menjaga dalam penjagaan yang lebih terarah, sesuai perkembangan usianya.