Sabtu, 24 Mei 2025

MATAHARI TAK PERNAH MANGKIR

Manusia berjalan tanpa pernah melangkah

Melangkah dalam kegoncangan demi kegoncangan

Selangkah dalam selangkah

Permata jatuh ke pelimbahan

Isu sains muncul dalam kegelapan

Matahari tak pernah jera untuk mengulan


Titah yang tak pernah mangkir

Dalam terang yang tak pernah mangkir

Meski Cahaya tak pernah gelap

Meski Cahaya pudar

Lalu lambat laun menjelma bentuk

Dalam sebuah perundingan-perundingan

Anak Yang Menakutkan Gurunya

BABAK 58
Ia mengibaskan tangan gurunya yang sedang memelukanya. Kaki kecilnya mengejar langkah ibunya yang tergesa-gesa menaiki motor. Gurunya menghampirinya, tangisan dari mulut yang kecil pecah di awal sekolah. "Ibu, aku ingin sama ibu, temani aku bu." katanya keras-keras.

Ibunya berpaling mencoba tegar. "Ibu harus kerja nak, sama Ibu guru ya?" tuturnya. Ia menghapus air mata cepat-cepat. Memeluknya sekali lagi, melepaskan cengkraman tangan mungilnya dan meninggalkannya. Tangisan ananda membuncah. Air mata tumpah. Ia duduk di lantai sambil memanggil nama ibunya berkali-kali.

Jumat, 23 Mei 2025

JALAN 'SAMURAI' SEORANG GURU

BABAK 57
Jalan 'samurai' seorang guru semacam perisai bagi siapa yang ingin menjadi pengajar (yang selalu memperbaharui cara mengajarnya), agar selalu menyediakan bergalon-galon air penyemangat seorang prajurit samurai yang melimpah tiada banding.

Semangat Bushido, mestilah menurun pada hidup seorang guru, melengkapi diri dengan seperangkat prinsip etika dan moral yang menjadi alas bagi seorang pendidik (jika sudah lulus menjadi pengajar). Marilah simak satu persatu semangat bushida yang bisa diserap dari mereka para pejuang samurai. Semangat membara mereka bisa ditagih pada semua elemen kegiatan belajar mengajar, dan bisa dipindahkan dari alam bushida kepada alam mengajar tanpa meruntuhkan penamaanya (mendidik).

Kesetiaan 

Komitmen kepada dunia ajar: Kesetiaan kepada dunia pendidikan sebagai tuannya (daimyo) dianggap sebagai elemen penting dimiliki seorang guru. Mendidik adalah Kesetiaan yang nilainya lebih besar daripada sekadar memenuhi jam pelajaran, target-target harian, nilai tinggi/rendah, dan seterusnya. kesetiaannya mendidik juga merupakan tugas dan pengabdian yang mengakar untuk melayani dan melindungi perkembangan siswa, seperti dari luka pengajaran, trauma dengan guru 'killer', dan seterusnya. 

Kehormatan 

Menjunjung tinggi Integritas. Kehormatan merupakan inti dari jati diri seorang guru. Mereka mengajar dengan rasa integritas, kejujuran, dan selalu berani  menguji skema pembelajaran, minimalnya gayanya mengajar. Menjaga kehormatan sebagai seorang guru ketika mengajar dan menjaga kehormatan akal pikiran mereka serta intiuisi merupakan alas setelah ruh mengajar.

Pengabdian terhadap sikap mengajar 

Menghormati sikap mengajar: Seorang guru  berani  menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap peserta didiknya, termasuk caranya dia mengajar, masukan-masukan penting dari siswa, dan kemampuan mereka. Rasa hormat ini berlaku untuk semua siswa, guru, kepala sekolah, unit,  tanpa memandang rendah nilai kurikulum.

Keberanian untuk memperbaiki sumber mengajar dan caranya mengajar 

Ketika menghadapi Kesulitan dalam belajar seorang guru perlu memberi jarak agar kembali memperoleh semangat bushida dalam mengajar. Isi kepala seorang guru adalah mental ice man. Dimana isi kepalanya menerima semua masukan dari rekan mengajarnya, muridnya, institusinya, situasi, dan semua elemen pembangun peradaban. Memperbaiki caranya mengajar adalah bentuk kerendah hatian seorang guru pada kemampuan otak masing-masing anak didiknya. Mereka punya kurikulumnya secara berbeda.  Mereka seperti hidup di medan perang dengan tuntutan kognisi, afeksi, survival di kehidupannya mereka sehari-hari. Mereka dituntut untuk 'menjawab' semua tantangan di kelas. Ini menghawatirkan.  Mengenali kesulitan siswa, keteguhannya, dari hal ini seorang guru seperti mengajarkan agar tak menyerah pada rasa takut atau ragu-ragu. Ini adalah misi untuk menampingi anak dalam meniti mendidiknya. 

Kebajikan Seorang Guru

Kasih sayang dan kebaikan seorang guru adalah dua hal yang nggak bisa dipisahkan: Seorang guru dianggap sebagai orang yang memiliki kebajikan yang kuat. seorang guru didorong untuk menunjukkan perhatian detil pada setiap gerak gerik tubuh seorang siswanya, kebaikan hati, dan empati terhadap mereka, membuat siswa terhindar dari mental yang lemah, sekaligus menjauhkannya dari mental bunuh diri, dan hal-hal yang amoral. 

Ruh Mendidik Yang Kuat

Kejujuran dan ketulusan adalah elemen dasar yang mesti dimiliki seorang guru. Ia ruh yang membebaskan diri dari mental menghina (murid) dengan menolak kebenaran (resisten terhadap masukan dari siswa, tidak coba cek dan ricek).  Integritas bagian dari ruh seorang pendidik. Ia menjunjung tinggi dalam mengajar dengan Spirit Bushido. Seorang Samurai diharapkan untuk bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya dalam berurusan dengan orang lain, menepati janji, dan selalu menjaga prinsip moral mereka, begitu juga seorang guru. "Bushido" dalam dirinya tidak boleh mudah terbakar dan lenyap begitu saja, ketika langkah pertama di ruang kelas. 

Pengendalian Diri Yang Tinggi 

Seorang guru menyatakan dirinya sebagai pendidik, ia masuk dalam era pengendalian diri melimpah. Ini dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan ketertiban. Semangat samurai mengajarkan disiplin diri, pengendalian diri, dan penguasaan emosi, yang memungkinkan mereka bertindak dengan tenang dan rasional bahkan dalam panasnya pertempuran atau di bawah provokasi, begitu juga dengan seorang guru. Ia memerlukan ketenangan di bawah tekanan situasi. 

Kejujuran 

Kebenaran dan keadilan: kejujuran mengacu pada komitmen samurai terhadap kebenaran, keadilan, dan kejujuran moral. Mereka menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika dan menentang ketidakadilan, korupsi, dan penindasan, terlepas dari risiko pribadi.

Kematian Mengajar adalah seni terburuk 

Penerimaan terhadap kemampuan siswa membuat seorang guru belajar untuk tidak mati terlebih dulu ketika mendapati seorang murid yang berkali-kali mengajukan tangannya untuk bertanya. Jika ia menyerah, sama saja dunia pendidikan dengan kematian mengajar yang membuat seni juga tercoreng.  Kematian. Jalan samurai seorang guru sebuah keniscayaan dan mereka sudah mempersiapkan dengan disiplin. Guru hendaknya selalu mengingatkan diri agar punya cara untuk menambah metode mengajar sebagai tantangan, dan memperbaharui caraya mengajar. Agar kematian tidak datang tiba-tiba dan siswa sudah tidak lagi menjadi murid dalam kelas. Mereka menjadi murid guru lain. Begitulah kematian mengajar selalu saja datang silih berganti. Marilah  merenung. 

Kecerdasan Spiritual

Keselarasan olah rasa membuat siswa memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan kecerdasannya tanpa pernah merasa digurui dan dituntut. Pada tahap ini semangat Bushido dalam diri seorang guru telah melampui pengabdiannya. Ia melihat sudut pandang yang tidak bisa oleh mata biasa. Untuk siswa, perkembangan bukan hanya memenuhi target harian tetapi ia sedang membangun dinasti tentang konsep diri dan hunian untuk cita-cita sekaligus raksasa tanggung jawabnya untuk menemani perjalanan hidupnya yang masih panjang.  

Warisan Moral

Pengaruh yang kuat akan melekat, abadi, pada diri setiap siswa ketika mengingat gurunya  mengajar. Bahkan setelah tidak diajar oleh sang guru awal. Tetap sambungan-sambungan dalam otaknya akan memperbaharui terus menerus tanpa pernah lelah. Kenapa?, karena ruang dalam kepalanya sudah merasa menerima, nyaman, dan energi gurunya hadir tidak hanya saat mengajar tetapi saat menyapa dan bertegur sapa. 

Semangat Bushido terus menginspirasi kekaguman dan penghormatan di sekolah dan rumah. Prinsip-prinsipnya yang abadi tentang kesetiaan, kehormatan, keberanian, dan kasih sayang berfungsi sebagai cahaya penuntun bagi siswa yang ingin hidup dengan integritas dan tujuan hidup yang mulia.

Inti semangat Bushido melampaui kecakapan mengajar belaka.  Api tekad seorang guru meliputi pendekatan holistik terhadap kehidupan di luar kelas, pengembangan moral, dan bagaiman mereka survival ditengah gempuran teknologi. Melalui pengembangan pendampingan universal, api tekad seorang guru berusaha mewujudkan cita-cita agung ki hajar dewantara sebagai pilot projeknya.  Semangat Bushido (kurikulum) dan guru (samurai) dan meninggalkan warisan nilai abadi yang kelak bisa diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sampai menuju ke generasi gemilang. Cekap Semanten. 


Apa Yang Bisa Saya Bantu

BABAK 58
Seorang guru tengah mencabuti sedotan dari gelas plastik hasil pemberian temannya. Ia ingin membekali muridnya untuk mencintai lingkungan dengan membuat kincir angin dengan barang bekas pakai, tetapi waktu sudah semakin senja. Seorang kepala sekolah melihatnya dari meja kerja. Guru itu terus mencabuti sedotan terampil. Membuang air yang masih sisa.

Sepuluh menit lagi azan maghrib berkumandang. Seorang kepala sekolah melepas kacamatanya dan melepaskan kertas yang sedari tadi ia corat-coret untuk kebutuhan pembelajaran berikutnya. Ia pun mendatanginya pelan-pelan sambil membawa pisang goreng diatas piring.

"Ada yang bisa saya bantu."

Seorang guru menoleh, wajahnya yang tadi lusuh, berubah sedikit segar.

"Terimakasih bu."

Bahasa Sebagai Paradigma Umum

BABAK 56
Indahnya nyanyian serupa bahasa, mengajarkan permisalan, serupa cara dalang bertutur, mengetuk bilah bambu pada kotak pandora. Pelajaran contoh berbahasa pada tahap yang meningkat pada pemahaman aturan petatah-petitih. Kekurangannya ada pada ritme merdu atau tidaknya berbahasa. Dengan caranya sendiri menjadi alami serupa serbuk kayu lapuk oleh rengas.

Hal-hal buruk, hal-hal baik seringkali menimpa pada manusia tertua di dunia, maksudnya pada banyaknya asam garam kehidupan. Kehidupan pada kenyataan kehidupan pada imajinasi (suka berangan-angan).

Produk budaya berupa hati-hati di jalan, penuturan paling ringan saat perpisahan, ia menggenapkan kegelisahan sekaligus kelegaan melepaskan orang-orang terdekat, lalu mendekap sedikit mendepak perasaan was-was, syak wasangka, balutan emosi sekaligus doa hilir mudik penggenggam langit dan bumi. 

Nyanyian bahasa melantur membentuk dimensi sendiri dalam benak. Luntur dalam era, menguatkan dalam cerita, semuanya dimaksudkan untuk membelah arogan, menciptakan kehatian-hatian, dan tumbuh pilar nalar, dan berita acara dalam versi lain. 

Kamis, 22 Mei 2025

Selanjutnya Biar Kami Cari Sendiri

BABAK 55

Untuk apa membaca 'sejarah?' jika yang ada di kepala kalian bagaimana caranya membantah.

Seorang siswa 'ditendang' oleh seorang pemimpin sekolah gara-gara tak mengerti 'sejarah', mereka sedang mencetak sejarahnya sendiri tanpa pernah menilai kedalam, sejarah apa yang mereka hendak katakan. Pada tiap pandangan menghasilkan kedengkian kian mengarat, lupa kalau sang pemimpin pernah di asuh oleh kehidupan. Darimanakah keberanian untuk tidak mengatakan apa-apa, hanya untuk menghasilkan keberanian lain, sebut saja bertindak membodoh-bodohkan sendiri, lantaran khawatir ada yang mengusik pohon sirkusnya. Lalau melenggang kangkung sambil cuci tangan tanpa mengelap dengan kacu, sengaja menyisakan tetes pengecut tiada tara. sepenggal sejarah tangah dicetak.

Ken Arok dulu menghadiahi ken Umang dengan cetak-cetak melimpah hasil keberanian diri menantang situasi yang sedang berkobar, tanpa pernah merasa menitipkan secuil pengecut pada keadaan, ia sendiri yang melawan kemustahilan, sembari mengintip setiap celah yang bisa menghasilkan perubahan sejarah, ia mengkudeta diri sendiri, sambil menyiapkan keris yang digunakan untuk mencetak sejarah.

Kemanakah larinya nurani, apakah ia sembunyi dibalik seragam yang dibelinya dari hasil kentut sana kentir sini, sambil petantang-petenteng menghina martabat sekaligus menolak nilai. Seberapa mahal petuah dari jenis kursus yang mentornya para badut-badut berteknologi tinggi, sambil memantau satelit radio yang telinga lebar, hingga bisa memancar mendeteksi setiap kebohongan yang bisa dilihat dari peta jalan gelap tentang sebuah hunian 'rumah' belajar untuk para kepala keluarga yang anak-anaknya masih membutuhkan uluran tangan beasiswa pendidikan.

Jika dihadapkan para ahli-ahli komunikasi, psikolog, psikiater, ulamawaro, maka jenis-jenis kudapan ringan yang dibuat dari fermentasi kedegilan hasilnya tape-tape busuk yang raginya minggat dari tiap punggung singkong yang di belinya dari tengkulak yang selalu mengurangi timbangan sekian kecil. Tanpa merasa terbebani lari lintangpukang, setelah mereka melepas paksa topeng yang menutupi wajahnya rapat-rapat. Bahkan Pak Dhe tidak bisa bersabar setelah tahu duduk perkaranya, ikut menyalakan mesin mobil dengan membawa drigen-drigen bahan memasak, dan menyuruh menggantinya dengan oli samping yang wangi itu.

Ini pertarungan siapa saja, yang masih menyisakan wisdom meski sekecil biji atom, agar langit tetap menjadi pendengar, bumi jadi tempat curhat, guru-guru tak lagi mencari kegiatan sampingan agar dapurnya tetap mengebul meski hanya hari ini. Untuk besok hari, selai usaha dan doa, selanjutnya biar kami cari sendiri.

Rabu, 21 Mei 2025

NEW ERA

BABAK 54
Ini era dimana guru-guru pada fase yang berbeda. Merekalah yang akan menjadi penentu bagi seluruh kebijakan yang digelontorkan oleh pemilik yayasan. Entah itu 'menyenangkan' atau tidak sesuai dengan dirinya-kebutuhan pribadinya. Pandailah untuk menatap seluruh kebijakan agar tidak jatuh kedengkian memandang segala sesuatu dengan kacamata kuda, dengan lensa lalat. Yang muncul kemudian kedunguan untuk menepati seluruh janji-janji dirinya pada yayasan dan memilih merusaknya dengan cara licik dan picik. Meragukan mereka sebagai pengampu kebijakan sama saja memberikan tali kekang pada seorang gila, kecuali mereka ini sudah melakukan kezoliman terstruktur, hingga kezoliman menurunkan harkat dan martabat seorang inci demi inci, sampai titik guru layaknya sebagai buruh pabrik, bahkan robot untuk melakukan pekerjaan menyewakan jasa.

Hal diatas sekelumit saja jika mau diteruskan bisa mendapatkan pengalaman berpikir yang dalam tentang bagaimana memperlakukan pikiran kita atas nama kebijakan.

Diantar banyak fase, mari sejenak ambil fase dimana guru-guru sedang ditantang untuk mempertajam rasa 'malu' atas dirinya, pikirannya, dan juga fisiknya. Bukan bermaksud untuk melukai diri dengan beragam kegiatan, tetapi melatih pikir untuk daya juang yang lebih panjang. Agar nantinya pengabdiannya dihitung dan timbang pada derajat yang tak terhingga, hingga lapang semua tempat istirahat, dan beroleh senyum seindah air jernih dari pegungungan. Cekap semanten.

Selasa, 20 Mei 2025

Bagaimana Seorang Guru Mengabdi

BABAK 53
Seorang guru datang pagi-pagi untuk memastikan keadaan kelas sesuai yang telah direncanakan bukan grabag-grubub, kayak orang dikejar anjing liar dari balik bukit. Setelah sebelumnya ia memastikan kertas jurnal sudah terpotong rapi untuk kegiatan jurnak esok pagi dan siang, berapa lama kertas untuk bertahan dari gempuran tangan-tangan mungil untuk sekadar mencorat-coret isi HVS dengan gambar-gambar lucu dan imajinatif, atau sudah menuangkan gagasan pagi berupa ungkapan mendasar tentang suasana hatinya. Mungkin akan bertahan sampai satu pekan, itu bagus pikirnya setidaknya bisa mendampingi anak dari mulai kedatangan sampai ia pulang, tanpa perlu izin pada mereka untuk mengambil kertas HVS dan mengguntingnya di depan mereka. Itu menandakan belum terkoordinasi persiapan untuk esok hari. Minimal menyiapkan lima belas menit sebelum kedatangan, hingga kata LANCAR tidak hanya pada urutan kata saja, tetapi sudah pada aplikasi, jatuh bangun itu biasa, karena semuanya membutuhkan proses ketika menjalankan kata LANCAR sebagai bagian dari komitman.

Datang di kelas, sekadar menyapu ringan, membereskan map, menyiapkan kegiatan pembelajaran berikutnya, lalu menyambut siswa-siswa dan menyelami setiap wajahnya, siapa tahu ada anak yang berangkat dengan masalah rumah yang belum terseleseaikan. Jika ada si guru akan mencatat di buku catatan khusus tentang perkembangan anak. Tanpa pernah berniat meningalkan mereka di kelas ketika pendampingan betul-betul diperlukan saat transisi dari rumah ke sekolah seringkali mengalami suasana berbeda. Ia maksudkan kegiatan dirinya yang tak pernah lepas dari pandangan semua siswanya sebagai wujud memupuk kekayaan peradaban. Mereka yang masih terlihat lucu dan menggemaskan suatu saat akan menjadi dewasa dengan sejuta 'beban' yang mungkin tak mudah untuk mereka taklukan.

Guru tersebut yang mencicil dirinya dengan kesetiaan menemani anak-anak pada tiap waktunya, dan tak pernah berpikir untuk mangkir dari jam kerja dengan sekadar ke kantor, mengambil perlengkapan, dan sejuta tetek bengek yang dimaksukan untuk mengurangi pendampingan, atau untuk mengurangi jam mengajarnya sama saja sedang mengajarkan kepada para muridnya untuk hipokrit dan berlagak sok apalah. Ini pola prilaku umum yang dihasilkan oleh kebiasaan bukan habit yang baik tetapi pada kemudahan pencapaian dengan prosedur orang dalam.

Seorang guru yang melatih dirinya agar mendekati prilaku-prilaku kenabiaan dan berusaha keras untuk mengamalkan dengan kekuatan yang ada, meski sering jatuh bangun, sejatinya si guru itu sedang melatih paradigma umum yang dimiliki oleh pada sahabat. Mereka bintang dan guru-guru para pemetik bintang, meski jauh, tetapi keindahannya bisa di rasakan. Guru mengabdikan semua elemen bukan untuk dirinya tetapi untuk sebuah peradaban besar nanti. Saya pikir begitulah, bagaimana seorang guru mengabadi. Cekap semanten.

Melatih Otot

BABAK 52
Para pelaku olahraga menempatkan latihan sebagai tumpuan untuk melatih otot-otot tubuh sebagai sensor terbaik pertahan diri sekaligus respon terbaik ketika ajang perlombaan menguji otot tersebut.

Para pembalap motogp bisa melesat tanpa ragu ditikungan dengan kecepatan 125 km bahkan lebih. Denyut jantung mereka juga bisa terbaca pada monitor, hingga para kru bisa memberikan sudut pandang lain tentang kecepatan yang dimili pembalap sampai ahir lap.

Pada titik krusial para pembalap sering mengerem dari kecepatan 300 km ke kecepatan 96 km, hanya memerlukan waktu 6 detik misalnya. Semua itu dilakukan oleh pembalap motogp tanpa terlihat kesulitan. Latihan otot membuatnya layakanya mengendari motor pabrikan yang dijual bebas.

Berlaku juga pada pembalap Isle Man dll, dan semua disiplin olahraga, dan jenis ketrampilan. Semuanya untuk membiasakan diri memiliki otot maksimal ketika mereka mengerjakan sesuatu otot yang dilatih itu dapat timbul tanpa merasa lelah. 

Seorang guru yang terbiasa membaca buku ia sedang memperbaiki, memaksa diri, membuka kunci gudang ilmu, dan secara langsung melatih otot mereka dan pelan-pelan menyimpan informasi dalam alam bawah sadar mereka, yang akan gunakan pada suatu saat nantinya. 

Kamis, 15 Mei 2025

Menunggu Itu Indah Jika...

Setiap hembusan bernilai karena ia berasal dari kejernihan menganggap sesuatu memang sudah ada jalannya. Tidak berlepas tangan lalu bertekuk lutut di bawah pedang-pedang kemalasan bertumpuk-tumpuk. Ia menjadi kerat pembersih dosa-dosa berkerak yang memerlukan peluntur dari jenis tertentu, sebutlah kafarat. Yang dimaksudkan untuk mencuci sebersih-bersihnya kotoran, suatu saat nantinya.

Menjadi perhatian yang tidak berkala, jika yang keluar adalah penilaian seimbang antara penantian yang jelas, dan bisa melepaskan dari yang samar. Layaknya pedati yang berjalan untuk bertemu para pembeli, dan tersenyum lebar manakala barang-barang pesanannya utuh tak tergores sedikitpun.

Lebih sedapnya, perpaduan antara membaui kauh mi yang dimasak seorang ayah di rumah setelah pulang kantor, anak-anaknya menunggu gemas, tak sabar merasakan menu dari tangan 'panas' seorang ayah. Istrinya senyum-senyum sendiri sambil meninabobokan putranya yang ke empat. Mungkin menyadari kalau soal masak, suaminya boleh juga.

OBAT RETAK

Menjadi pengobat retak suatu hubungan di masa persimpangan.Entah sebagai persoalan atau perjuangan. Ia diantara titik penjadwalan dinamika. Ia sendiri yang mesti mengoreksi persoalan menjalar diantara bukit pertanyaan.

Seorang filsuf berambut gondrong, sedikit medok, menjadi soko guru di kemudian hari, tanpa pernah mengeluh untuk mendengar. Ujaran sekalgus petatah petitih penjernih akal. Supaya nanti berolah sumber, mesti pula di saring berapa kali.

Lewat jam istirahat, headset menempel kuat, diskusi telah menyedot waktu menjadi lebih tertib. Bukan menggulir layar dari atas ke bawah, lalu menghembuskan nafas penyesalan tak berguna.

Beroleh kedok wajah baru. Kadang untuk menemukan kedok, hepeng melayang, terasa mahal, tapi sepadan. Orang filsuf sering mewanti-wanti bahwa watak seseorang bisa terlihat perawakan tubuhnya. Bahkan bau tubuhnya. Bau dalam artian tidak ditutupi oleh hembusan minyak wangi bertubi-tubi.

Sampai saat ini jumlah obat terus dicetak, sementara manusia terus lahir. Sepadankah? mungkin bukan obat luar yang bisa menyembuhkan, tetapi obat dalam mesti dikuatkan. Seperti filsuf katakan. Ia bernama Suginta.