BAB
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Satu
Kami sedang menunggu Polisi Saryo untuk meminta bantuan. Kami berhasil menemukan terowongan yang menuju ke Alun-alun Purbalingga. Kami bersusah payah memasuki lorong lorong tersebut selama 2 jam. Kami tidak lagi memusingkan makanan apa yang kami makan. Masalah yang akan di hadapi jauh lebih berat dari pada urusan perut.
Tak lama kemudian Polisi Saryo sudah datang dengan bala bantuan lengkap dengan senjatanya. Aku sendiri ngeri melihat senjata-senjata itu, mereka semuanya menggunakan Topeng. Pasukan elit itu berjumlah 10 orang. Mereka adalah prajurit tempur yang sudah terlatih bertahun-tahun di medan sulit sekalipun. Aku tak berani menatapnya lama-lama. Rasanya baru kali ini aku berhadapan dengan prajurit yang gagah berani.
Aku di kagetkan dengan suara senjata yang di kokang cepat dan serempak. Pak Saryo mendekati kami. “Kita berangkat sekarang, dan siapkan mental kalian.” Kulihat wajah Nara yang tegang tapi tidak sepucat wajah Anis. Kalau Bondan sudah keren memegang senjata. Kalau aku sedikit gemetaran. Kami langsung menuju ketempat rahasia seperti yang di ceritakan oleh Nara.
Dua hari kemudian.