BAB
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Tujuh
Esok pagi aku sudah menyambangi temanku yang kena sabetan golok bersama dengan teman-teman. Aku melihat Narman sendirian sedang menikmati secangkir kopi hangat di warung. Aku mengira dia sedang mabuk dan sejak kapan dia mulia menggilai kebiasaan tak sehat itu.
“Apa Kabar Man?.”
“ Baik.” Cuek dan tanpa melihatku.
“ Mar aku kasihan sama kamu, tahu nggak?, gadis yang kamu bela mati-matian mungkin saja sedang bermesraan dengan lelaki lain sesama penghuni penjara, sudahlah... lupakan Nara. Hadapilah kenyataan yang ada.”
Aku terkejut. Narman mengatakan hal yang menyakitkan itu. walau bagaimanapun aku tetap bersabar menghadapinya. Mungkin di hadapannya aku terlihat seperti laki-laki bodoh yang mudah di permainkan.
“ Aku percaya Man pada Nara, Ia tak mungkin melakukan apa yang engkau tuduhkan itu.”
“ Kamu disini sudah seperti orang gila yang di mabuk cinta, padahal disana Nara yang kamu puja-puja itu sedang bercinta dengan lelaki lain di dalam sel.” Narman mengejek sekali lagi, temanku yang lain semua menatap wajah Narman seolah-olah tak percaya apa yang baru saja di ucapkannya. Kata-katanya tak lagi menampar pipiku, tetapi sudah mencoba meruntuhkan harkat dan martabatku.