BAB
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Tiga
Pagi itu penjara masih lengang. Nara baru saja kembali dari ruang intograsi yang sudah ratusan kali. Nara di kawal oleh sipir pendiam menuju ke ruang tahanan. Keanehan mulai di rasakan oleh Nara. Sipir pendiam itu menunjukkan jalan berbeda untuk menuju ke ruangannya. Nara menapaki sebuah tangga ke atas. Setelah sampai di ketinggian tertentu, Nara terkejut sekali manakala melihat sebauh hamparan luas berisi sawah dan ladang sapi yang menghijau. Sebuah bangunan tinggi mirip tembok raksasa di China, terlihat di kejauhan.
“ Tempat apa itu Pak.” Tanya Nara di tengah rasa cemas dan penasaran.
“ Itu tempat dimana para tahanan akan bekerja sebagai petani dan memelihara Sapi. Luasnya kira-kira 10.000 hektar. Dengan penjagaan tentara yang tersebar di beberapa titik menara dan semak-semak.
“ Lalu bangunan tinggi di kejauhan itu yang berdiri di tengah padang safana itu.”
“ Oh, itu Kastil. Aku sendiri belum pernah masuk kedalamnya. Dan aku juga tak mengerti kastil itu di bangun untuk apa.”
Nara berpikir dan diam.
“ Aku harap kau tidak bermimpi untuk tinggal di sana.”
“ Kenapa Pak. Memangnya ada yang salah dengan Kastil itu.”
“ Sudahlah lupakan saja. Anggap kita tidak pernah membicarakan tentang Kastil itu.”
Sang sipir berhenti. Di ikuti oleh Nara. Sang sipir membuka sebuah pintu terbuat dari besi baja. Terlihat Sipir membuka dengan mengeluarkan tenaga. Ia memberikan isyarat agar Nara masuk kedalam. Setelah masuk Nara hanya mendapati sebuah lorong panjang yang gelap tanpa cahaya. Sang sipir pendiam itu lalu menyalakkan senter untuk menerangi jalan. Nara hanya diam mengikuti langkah sipir dari belakang tanpa berani untuk melakukan gerakan yang membuat dirinya akan semakin di persulit setelah sampai di ruang tahanan.