Senin, 16 Februari 2015

Pertolongan Sipir

BAB
Dua Puluh Tiga 


Pagi itu penjara masih lengang. Nara baru saja kembali dari ruang intograsi yang sudah ratusan kali. Nara di kawal oleh sipir pendiam menuju ke ruang tahanan. Keanehan mulai di rasakan oleh Nara. Sipir pendiam itu menunjukkan jalan berbeda untuk menuju ke ruangannya. Nara menapaki sebuah tangga ke atas. Setelah sampai di ketinggian tertentu, Nara terkejut sekali manakala melihat sebauh hamparan luas berisi sawah dan ladang sapi yang menghijau. Sebuah bangunan tinggi mirip tembok raksasa di China, terlihat di kejauhan.

“ Tempat apa itu Pak.” Tanya Nara di tengah rasa cemas dan penasaran.

“ Itu tempat dimana para tahanan akan bekerja sebagai petani dan memelihara Sapi. Luasnya kira-kira 10.000 hektar. Dengan penjagaan tentara yang tersebar di beberapa titik menara dan semak-semak.

“ Lalu bangunan tinggi di kejauhan itu yang berdiri di tengah padang safana itu.”

“ Oh, itu Kastil. Aku sendiri belum pernah masuk kedalamnya. Dan aku juga tak mengerti kastil itu di bangun untuk apa.”
Nara berpikir dan diam.

“ Aku harap kau tidak bermimpi untuk tinggal di sana.”

“ Kenapa Pak. Memangnya ada yang salah dengan Kastil itu.”
“ Sudahlah lupakan saja. Anggap kita tidak pernah membicarakan tentang Kastil itu.”

Sang sipir berhenti. Di ikuti oleh Nara. Sang sipir membuka sebuah pintu terbuat dari besi baja. Terlihat Sipir membuka dengan mengeluarkan tenaga. Ia memberikan isyarat agar Nara masuk kedalam. Setelah masuk Nara hanya mendapati sebuah lorong panjang yang gelap tanpa cahaya. Sang sipir pendiam itu lalu menyalakkan senter untuk menerangi jalan. Nara hanya diam mengikuti langkah sipir dari belakang tanpa berani untuk melakukan gerakan yang membuat dirinya akan semakin di persulit setelah sampai di ruang tahanan.



Di tengah lorong yang gelap. Sang sipir berhenti dan menerangi sebuah ruangan kecil hanya muat untuk dua orang.
“ Mba Nara silahkan Sholat di situ saja.” Perintah sipir pendiam sambil memberikan sebuah tas kecil yang sedari tadi menempel di punggungnya.

“ Gelap sekali Pak, apakah tidak ada penarangan.” Jawab Nara sambil meragukan akan hal yang tidak dinginkan terjadi.

Sang sipir kemudian masuk keruangan itu dan menarik bongkahan batu yang agak menonjol. Lalu sepeti sedang melakukan adegan sulap, sebuah benda panjang mirip tongkat pendek timbul tegak dari dinding ruangan. Sipir itu lalu mengambil korek dan menyalakkan. Rupanya tongkat itu adalah obor yang tersembunyi.

Sipir itu lalu mundur ke belakang dan menyuruh Nara untuk masuk ke ruangan sempit itu untuk segera sholat. Tanpa banyak pertanyaan lagi Nara langsung menuju keruangan tersebut dana melakukan Ibadah Sholat. Sementara Sang Sipir mengawasinya dari luar sampai Nara selesai untuk Sholat.

Setelah selesai Sholat Nara di kejutkan oleh Sang Sipir yang tiba-tiba masuk. Nara mundur ke belakang tanpa melepas mukena dan mengambil sajadah sebagai senjatanya. Sang sipir paham akan sikap Nara yang tiba-tiba bersikap waspada.

“ Mau apa kau!.” Teriak Nara ketakutan.

“ Tenang dulu mba, saya tidak akan macam-macam. Sekarang sudah jam 5 sore. Ini waktunya kamu kembali ke ruang tahanan. Dan aku masih punya satu tugas, yaitu menjaga kamu dari tangan Polisi Marno itu!. Kamu paham kan maksudku?.” Sipir pendiam itu menjelaskan.

“Ayo cepat!.” Perintah sipir kembali.

Nara mengangguk cepat.
“ Kalau kamu terdesak dan bahaya mengancam kamu, larilah ke ruangan ini dengan melalui tangga tadi. Kamu geser batu itu maka akan muncul sebuah obor. Bila makin terdesak...” Sang sipir diam sebentar, seperti menimbang-nimbang resiko yang akan terjadi.

“ Kamu tarik obor itu maka akan keluar sebuah lobang yang akan menguhubungkan kamu dengan sebuah tempat.”

“ Tempat apa itu.” Tanya Nara.

“ Penjara yang di buat oleh tentara Jepang untuk memenjarakan para tahahan.” Sang Sipir menjelaskan buru-buru.

Setelah itu Sipir dan Nara keluar dari ruangan dan berjalan cepat-cepat meyusuri lorong dengan senter sebagai penerangnya. Nara heran kenapa sang Sipir pendiam itu menjelaskan jalan rahasia kepadanya. Hatinya masih di liputi oleh berbagai macam pertanyaan tentang sipir pendiam itu, juga bagaimana sipir pendiam itu menjelaskan tentang ruangan rahasia yang seharusnya tak seorang pun tahu.

0 Comments:

Posting Komentar