Rabu, 27 Agustus 2025

Cinta Yang Tersembunyi di Perpustakaan

Satu sore di sekolah SMP Bina Mulia, tepatnya di kantin, ada segerombolan laki-laki menghampiri seorang siswi yang Bernama Naomi.

“Vel, itu kan cewek yang lu suka kan, (wkwk). Kata temannya.

“Halo Naomi”. Ucap salah seorang temannya.

“Apaan sih, nggak jelas banget lu!, orang guwe nggak suka sama cewek itu”. Lugas Marvel memberi reaksi, kata-katanya terdengar jelas di telinga Naomi.

Matanya panas oleh kata-kata Marvel. Naomi tetap membalas sapaan itu dengan senyuman, meski senyuman palsu. Kebetulan Naomi itu menyukai Marvel. Karena mendengar kata-kata menyakitkan yang diucapkan oleh orang yang dia sukai.

Sejak saat itu kesukaan Naomi adalah menyendiri dan pergi ke perpustakaan untuk menenangkan hatinya.

Di perpustakaan, Naomi membaca buku novel favoritnya yang berjudul “Aku, kamu, dan perpustakaan”. Selang beberapa menit Naomi sedang asyik membaca punggungnya memberi jawaban kalau ada seseorang yang menghampirinya.

“Maaf ya Naomi,” Suara itu di kenalnya. Naomi menengok ke sebelah kanan, dan ternyata laki-laki itu adalah Marvel, laki-laki yang dia sukai itu meminta maaf atas apa yang dia lakukan tadi di kantin. Naomi tiba-tiba saja menunduk menatap barisan huruf, sesuatu yang jarang terjadi.

“Sebenarnya aku juga sama kamu Nao, tapi aku gengsi dengan teman-teman ku” ucapnya datar ditingkahi dengan tangannya menarik-narik ujung bajunya sendiri. Sontak Naomi terkejut dan membeku selama beberapa menit.

“Mimpi aja lo! Nggak Level.” Ucap Naomi lantang. Menjadi pusat perhatian pengunjung perpustakaan.

Marvel menangis keras dan guling-guling di perpustakaan.

Arsenal

Naya adalah seorang anak yang tinggal berdua dengan ayahnya. Ibu Naya pergi meninggalkan Naya setelah melahirkan Naya. Semenjak kepergian ibu, ayah bekerja dengan giat mulai dari pagi hari hingga larut malam, hanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang di inginkan oleh Naya.

Pagi hari, ayah Naya sudah berangkat pergi bekerja. Namun saat Naya bangun, Ia mendapati sarapan dan bekal yang sudah di siapkan oleh ayahnya sebelum ayahnya berangkat bekerja. Setelah sarapan dan memasukan bekalnya ke dalam Tas, Naya segera berangkat pergi kesekolah.

Setibanya di sekolah, Naya bertemu dengan Zala. Zala adalah salah satu teman Naya yang dekat dengan Naya. Zala adalah seorang anak yang sangat popular disekolah dan terkenal, karena Ia memiliki ayah yang menjadi kepala sekolah disitu, Zala juga dikenal dengan anak yang kaya raya. Zala sering menggunakan barang baru yang sangat bagus, dan mewah. Seperti hari ini misalnya, Zala menggunakan Tas baru dengan warna merah muda yang cantik dan anggun, Ia terlihat sangat indah dengan tas merah mudanya.

“Kamu terlihat cantik dengan Tas merah muda mu itu” puji naya. Dalam hatinya Naya juga sangat menginginkan Tas cantik seperti yang Zala gunakan. “Terima kasih, Naya. Ayahku baru membelikannya di Jepang, ini adalah Tas dengan merk terkenal di jepang” sahut Zala.

“Wah, kamu sangat beruntung, kalau aku tidak mungkin bisa membelinya, karena harganya pasti sangat mahal” timpal teman yang lain.

Pulang sekolah, Naya mendapati ayahnya yang sedang duduk dan menonton tv di ruang tengah. Naya pun berjalan menuju kamarnya, tidak peduli dengan keberadaan ayahnya yang sedang menonton TV.

“Eh anak Ayah udah pulang, gimana tadi sekolahnya?” Tanya Ayah

“Apa sih, ga usah sok peduli sama aku” sahut Naya dengan nada yang lumayan tinggi

Ayah merasa hatinya sangat sakit setelah mendengar jawaban yang disampaikan oleh anak perempuannya yang Ia sayangi.

“Nak,” gumam ayah dengan mata berkaca-kaca ingin menangis

Ayahpun menghampiri Naya dan mengajaknya makan malam bersama diluar. Kelihatan Ayah sedang mempunyai uang lebih karena mendapatkan bonus dari bosnya di kantor.

“Ap sih, nggak usah! Berisik!, ganggu tau gak!” sahut Naya dari dalam kamar dengan nada yang tinggi

Ayah terkejut dengan jawabannya. Ayah memberanikan diri untuk memanggil Naya sekali lagi.

“Naya coba keluar dulu sebentar, ayah ingin bicara,” panggilnya lembut

“Apa!” sahut Naya kesal

“Ayah tadi dapet rezeki? kita pergi makan malem keluar yuk?” ajak Ayah kepada Naya

“Ya sudah iya!” Naya keluar sambil membanting pintu kuat-kuat.

Mereka pun bersiap siap untuk pergi makan malam keluar.

Saat sampai di restoran dan sudah ingin makan. Ayah mengecek handphone nya terlebih dahulu sambil menunggu pesanan datang. Ayah pamit untuk ke kamar mandi. Sebuah pesan singkat melalui WA muncul di layar. Tangan Naya begitu saja meraih dan membukanya. Mumpung Ayah lagi di kamar mandi, pikirnya. DOKTER ARLAN: Putrimu Arsenal, setelah saya cek lagi, kankernya sudah masuk stadium 4.”

Mataku langsung gelap, tubuhku terasa ringan. “Bertahanlah Nak, kamu akan baik-baik saja.” Itu suara ayah tetapi kenapa kecil sekali.

BIONARASI

Alin, adalah nama pena dari Alzena Badzlin, lahir Tangerang Selatan. Saya duduk di bangku SMP kelas 7, sehari-hari Alin mengabdikan diri sebagai siswa kelas 7 di SMP Permata Madani Islamic School. Salah satu hobi Alin adalah menyanyi dan membaca buku.

Jumat, 15 Agustus 2025

Adik Yang Aku Tunggu

Hana duduk di teras rumah menikmati sarapan. Ditemani kicau burung-burung yang bersemangat saling menyapa. Sementara Zara kakaknya, lebih suka duduk di ruang makan. Usia mereka hanya terpaut satu tahun. Hana yang tahun ini genap berusia 11 tahun, sementara kakaknya nanti di bulan Agustus tahun depan genap berusia 12 tahun.

Mereka berdua berpamitan berangkat ke sekolah. Ibunya mengantar sampai halaman. Perutnya yang buncit, wajahnya agak pucat.

“Kak, Ibu sendiri tidak apa ditinggal sendiri?.” Tanya Hana.

“Khawatir sih, tetapi kamu tahu, sifat Ibu bagaimana?” jawab Zara.

Mereka berdua naik angkot. Angkot biru yang biasa mereka naiki menuju sekolah.

***

Pulang sekolah mereka berdua bergegas untuk langsung pulang saja, tanpa bermain sebentar dengan teman-teman seperti biasa. Teriakan dari teman-temannya mereka tak gubris, ketika angkot biru berhenti di depannya.

Sampai di rumah mereka mendapati bundanya di kamar dalam keadaan yang lemas.

"Bunda tidak apa apa?" tanya Hana

"Tidak apa-apa,” jawab Bunda

Ada sedikit kelegaan di wajah mereka. Hana dan Zara pun masuk ke kamar dan berganti baju. Setelah berganti baju mereka makan siang, tanpa celoteh riang seperti yang sering mereka lakukan. Dari dari dalam dapur bundanya sering berteriak untuk tertib ketika makan.

Sampai senja bunda belum beranjak dari kamar. Ia hanya tidur-tiduran, dan sesekali minta bantuan.

“Pucet banget bun,” pekin Hana ketika ia masuk ke kamar bundanya.

“Kau telpon paman, suruh ia kesini?” Pinta bundanya.

“Ayah kemana?” Tanya Zara.

“Sedang lembur di kantor, jangan kau telpon-telpon ya?” ucap Ibunya.

Zara mengangguk.

***

"Bunda gimana Paman?" tanya Zara

"Bundamu mengalami keguguran, sabar ya?” Jawab Paman.

Hana dan Zara terlihat terpukul sekali. Adik yang mereka tunggu-tunggu sudah tidak ada. Zara menghampiri bunda yang sedang terbaring di ranjang. memeluknya dan menangis.

Hana berdiri memberi jarak pada keduanya. Ia tak ingin melihat merekanya menangis. Keesokan harinya bunda sudah di bolehkan pulang ke rumah. Seringkali ia melintasi kamar yang sudah disiapkan oleh ayah untuk adiknya berdiri dan menutup wajahnya. Menahan tangis.

“Harusnya pagi ini aku sudah melihat adikku tertidur pulas,” ucapnya lirih.

Ibunya sempat menangkap wajahnya yang sembab. Ia cepat-cepat menghapus dan berjalan ke dapur untuk membantu Ibu memasak.

Oleh: Aulia Achya Fadhila Alumni SMPIT Permata Madani

Sabtu, 09 Agustus 2025

Mengobati Luka Pengasuhan

BABAK 96
Seorang guru sekali waktu pulang dari sekolah mengaduh kesakitan. Ada luka gigitan pada salah satu kakinya. Ia pergi ke UKS untuk mengobati lukanya. Petugas UKS merasa khawatir ada luka penyertanya, yaitu ada lebam dan kebiruan-biruan. Sang guru tak menceritakan detil ceritanya. Ia hanya meringis ketika petgas UKS mengusapnya dengan cairan khusus anti tetanus. "Apakah ini luka gigitan hewan?" tanyanya. Sang guru hanya menggeleng. "ini hanya luka biasa." jawabnya. Petugas itu membalut luka dan memberinya beberapa obat anti biotik. Guru itu keluar dari ruang UKS sambil menutupi wajahnya sekilar. Lalu tersenyum pada seorang anak yang sekarang bersama ibunya.

"Maaf saya harus memberi Ibu."

"Tak apa, aku berterima kasih. Bagaiman lukamu."

"Its OK, Everithing is OK."

"Saya minta maaf, saya akan..."

"Aku pikir, putra ibu tak perlu diberi hukuman yang terlalu keras, ini hanya kejadian yang sama sekali tidak terduga. Sebuah kecelakaan yang tiba-tiba terjadi, maaf saat ini aku tidak bisa berbicara dengan teratur, mungkin saya perlu istirahat saja."

"Anda tak perlu khawatir, saya akan "menghukumnya" dengan cara lain."

"Yah, itu lebih baik."

Esok paginya guru datang kembali ke sekolah. Jalannya sedikit pincang, murid-muridnya sudah di kursinya masing-masing. Ada ketegangan yang bisa dirasakan olehnya. "Good Morning, how are you today?" sapanya. Mata sang guru mencari seorang siswa dan matanya bertubrukan dan ia tersenyum. Ia berdiri dan berjalan ke arahnya. Lalu ia menyodorkan selembar kertas dan tiga tangkai bunga yang dipetiknya dipinggir jalan.

IAM SORRY, begitu isi kertasnya. Dan sang Ibu Guru memeluknya anak kecil yang baru beberapa hari duduk di bangku kelas satu. Adegan itu membuatnya mengucek mata lebih pagi di banding hari biasanya.

Ia merasa lega, Ibunya telah mengajarinya dengan baik. Bahwa hukuman bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah. Kadang penjelasan dan diskusi yang sederhana dapat menyelamatkan si kecil dari luka, karena mungkin bentakkan yang tak logis, dan sederet nasihat yang jatuhnya intimidasi.

Ketegasan kalau membawa luka mendidih yang berkepanjangan. Apalagi dengan minus pendampingan yang tidak efektif. Mungkin cocok bagi yang satu tetapi belum cocok untuk yang lain. Ketika ketegasan yang menitikberatkan pada kognitif terlalu ketat akan menghasilkan individu yang mudah terserang oleh rasa bosan, meskipun sifantnya kasuistis, tetapi itu sering terjadi.

Ketegasan memang diperlukan, jika memang itu dibutuhkan, khusus pada peraturan tertentu, tetapi ketika masuk dalam ranah pembelajaran wilayah ketegasan itu menjelma dalam bentuk yang lain misalnya, pola keteraturan yang terus diulang-ulang, dengan variabel yang bisa sangat beragam.

Contoh lain, penyeragaman dalam menghafal dan capaian hafalan itu sendiri merupakan bagian personal yang melibatkan unsur pengalaman sendiri, tentu saja dengan melibatkan semua unsur yang dalam tubuh seseorang.

Kamis, 31 Juli 2025

Imajinasi Penderitaan

  • Penderitaan kadang bermula dari imajinasi yang berlebihan. Penderitaan yang dimaksud disini adalah penderitaan hasil dari pikiran liar yang sulit dikendalikan. Ia bisa membayangkan segala jenis penindasan yang belum jadi kenyataan yang membuatnya selalu dalam keadaan cemas. Padahal kecemasan itu datang dirinya sendiri, tanpa pernah belajar berprasangka baik pada orang lain. mungkin niatnya baik, cuma caranya saja yang kurang tepat.

Rabu, 30 Juli 2025

Soal Kreatifitas

Ia sangat fleksibel, hingga membutuhkan wadah agar ia tetap bisa hidup sebagai kalian hidup. Supaya nanti ke fleksibelannya itu bisa dinikmati kapan saja dimana saja. Tanpa perlu mengulik lebih jauh membuat kita terus terjaga akan hadirnya nalar-nalar ide pada saat bersamaan.

Ia hinggap pada daun talas dan menaburinya dengan segenggam semangat dan tak perlu buru-buru untuk mengeksekusinya cepat-cepat. Meski itu sulit, tetapi menjaga asa adalah sebentuk cerita yang nantinya akan dihadirkan.

Karena ia mahluk yang amat cair meski ia butuh wadah solid, agar nantinya bisa ditulis dalam bentuk yang semestinya dan selayaknya. Meski itu butuh bakat story telle, meski juga tak selalu begitu.

Lamunan bisa menjadi penjagaan atas nama semua kreatifitas. Dan bisa membual semahir pencuri uang yang licin ditangan para penjaga keadilan. Itu semua bisa menjadi keterbakatan, dan keterkuasaan, dan jangan-jangan kita enggan melahirkan kreatifitas karena wadah itu sudah rusak sebelum digunakan.

Selasa, 29 Juli 2025

Tetap Menulis, Meski Dunia Membisu

Keberanian adalah pucuk-pucuk utama untuk terus menggulirkan bilur-bilur ide yang mengalir tanpa henti, meski waktu akan terus menggorogoti si pengarangnya. Keberanian menghasilkan isu-isu penyair-penyair lama dan baru untuk menghadirkan budaya lama dan mengangkatnya kembali dalam wajah baru, sebagai usaha untuk memproduksi gerak menimba khazanah lokal dan non lokal, sebagai cadangan untuk menghindari kemelut-kemelut tentang bagaimana mengatasi mood. Mood yang sering digunakan untuk menjadi pemebenaran untuk menahan gejolak untuk menuangkan satu gagasan menjadi satu karya yang mumpuni, meski tidak cemerlang.

Kata Martin Surya Jaya, menulis itu tidak sulit, yang dibutuhkan hanya kesunyian. Kesunyian menyimpan informasi-informasi penting tentang satu hal yang didapati dari beragam banyak buku, hingga ketika menungkan ada banyak sumber ide yang bertebaran, tinggal menangkap dan menyelesaikannya dalam bentuk tulisan. Kesunyian menghasilkan keseragaman cara pikir tentang bagaimana menerapkan satu catatan penting agar tidak hilang dimakan zaman. Keasikan menulis menghasilam kegandrungan lain, seperti mengamati manusia dari gerak yang paling sederhana misalnya bagaimana merespon ketika perutnya mules untuk BAB. Hal-hal seperti menjadikan kegiatan menulis terus berkembang, bertumbuh, sampai mencapai titik puncak kecemerlangan dengan sudut pandang tertentu. Kadang bagus tidaknya tulisan itu, tergantung seberapa besar sudut subjektifnya berlaku. Hal ini tidak bisa lepas dunia bacaan.

Menulis bisa menjadi cara pembaca dalam melihat dunia. Dunia yang dibayangkan sebagai perang, keharmonisan, bencana, sampai dunia menemukan dirinya dalam pembacaan yang diminatinya. Menulis sebagai kebutuhan ekspresi menjadikan kekuatan sekaligus keberanian untuk menentukan sejauh buku yang ditulis menjadi lebih terasa realistis. Meski ada slogan buku yang bagus adalah yang selesai, tetapi tidak sekadar selesai, didalamnya ada banyak bentuk penceritaan yang separasinya bisa beragam. Tidak monoton, bahkan kata Martin jangan sampai menjadi Diktat ataupun Dogma. Karena Novel bukan Dogma, tetapi dari sana bisa menghasilkan jutaan Dogma tanpa ribet-ribet untuk didaktik yang amat kaku.

Menulis bisa jadi hasil dorongan dari sekian banyak jenis buku, bisa menjadi wajib (dorongan diri sendiri bukan hasil paksaan). Karena banyaknya buku yang dibaca, sehingga dorongan untuk menulis menebal dan ada kebutuhan untuk menyalurkan hasil bacaan menjadi satu tulisan. Sebagai orang yang gandrung dengan bacaan, menulis bisa menjadi alternatif agar menulis menjadi salah satu sumber kreatifitas yang beralas pada kebutuhan berekspresi setiap orang, yang pada gilirannya dunia merespon atau tidak, itu bukan wilayah yang harus diperdebatkan. Karena menulis sebagai langkah awal mengikat makna agar tak hilang oleh waktu dan tutupnya usia.

Jumat, 25 Juli 2025

Tantangan dan Jawaban MQA

Tantangan dan Jawaban MQA

Edisi 25 Juli 2025

Guru

1. Kemampuan untuk menejemen kelas, hingga bisa mengatur dan membagi masing masing murid kedalam sitem waktu yang memungkinkan untuk mentalaqikan baris ustmani tanpa merasa ‘terbebani’ oleh durasi yang tersedia

2. Kecepatan untuk menganilisa murid dalam pembacan awal. Maksudnya seorang guru bisa menilai secara tepat pada sejak huruf pertama di baca.

3. Saling tukar informasi secara bersamaan dan pada saat berganti peran. Guru menilai bacaan murid, pada saat yang sama guru menjadi murid (mencoba menjadi murid dalam waktu yang cepat agar bisa menilisik isi pikiran murid terhadap kemampuannya sendiri) lalu kembali menjadi guru setelah si murid selesai membaca. Tetapi murid, cukup kesulitan dalam waktu yang bersamaan untuk menjadi guru dan membaca isi pikirannya. Kecuali mungkin pada pendidikan menengah keatas dan perguruan tinggi. Keduanya bisa berganti-ganti peran, dan bisa satu sama lain saling mengisi pikiran.

4. Menggunakan panduan mengajar sebagai cara pikir sebagai guru quran pada saat mengajar, atau sekadar diktat/dogma yang dibaca ketika kesulitan dari tiap halaman. Memperlakukannya sebagi teks semata tanpa repot-repot untuk meniti tiap halaman sebagai pandu jalan ia mendampingi anak per anak.

5. Tahu posisi dan memposisikan diri.

Siswa

Alif 6C kesulitan untuk menetapkan panjang pendek dalam durasi yang telah ditentukan oleh Ilmu Tajwid, Mad Jaiz, Tertukar huruf dan harokat Ghifari 6B, kesulitan untuk memahami konsep hamzah wahsol, dan juga mad

Hatim 6B, Kelancaran kalimat, konsep tasydid, dan huruf pilihan untuk mamahami huruf yang bertumpuk (Huruf Ja)

Jawaban dari siswa, belum siap untuk ujian, karena belum ada informasi sebelumnya, hingga ketiga siswa hari ini belum siap secara psikologi. Ini cukup menganggu kefokusasn mereka saat ujian.

Informasi cukup tentang persiapan materi, dan hari apa akan diuji kemampuan mereka, menambah kepercayaan diri mereka untuk bertemu dengan yanda atau bunda untuk melakukan test bacaan.

Pertanyaan dari para murid, bukan ada halaman yang perlu diperbaiki nggak yan?, atau yang semisal. Tetapi kebanyakan dari peserta ujian, “Lulus nggak Yan?” sebagai bentuk pernyataan mereka sudah ujian dan layak lulus. Sekilas wajar, tetapi cara mereka berbahasa adalah cerminan mereka belum siap 100 persen ujian.

Gerald 6E, Konsep dengung agar pembacaa stabil pada tiap kalimat dalam halaman buku ustmani

Arsyad 6E, Konsep mad turunan seperti mad jaiz dan mad wajib, konsep dengung hingga lebih stabil.

SASTRA SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER

1. Bahwa cerita sebuah peristiwa yang mendatangkan ketenangan sekaligus kegelisahan pada waktu yang sama. Ia layak mendapatkan tempat tertinggi dalam sebuah rangkian bernama pendidikan. Apakah ketika sudah berada dalam puncak popularitas sebagai baju (pendidikan) lalu berhenti alias terpaku tak lagi tertarik melakukan pemikiran mendalam atas sebuah metode, pendampingan, penyelesaian konflik, dan seterusnya.

2. Sastra sebagai perangai pikir dari beragam gejala yang muncul sewaktu-waktu, tetapi bisa dipastikan sebagai cara yang metodik dan bisa dijadikan ajang peretas pikir yang bermanfaat sekaligus penawaran tak gagal nalar (dungu).

3. Satra adalah seperangkat metode untuk membedah sekaligus mengunakannya sebagai cara pandag terhadap sesuatu. Juga sebagai pagar agar kedunguanya tak berlarut.

4. Penghargaan terhadapi ilmu, maka kau akan bermartabat...

5. Dan seterusnya...

Kamis, 24 Juli 2025

"Therapy"

BABAK 95
Saat hujan turun deras. Ayah masih memelototi buku yang baru saja di beli lewat toko maya. Kadang ayah juga berkendara sejauh 3 kilo meter untuk membeli buku di loakan. Katanya buku-buku diloakan membuatanya nyaman, kalau ayah pusing ia akan pulang telat, biasanya sampai rumah ketika azan maghrib berkumandang. Kalau kondisi lagi teratur si kecil lagi nyaman dengan ibunya. Ayah akan mengajak adikku yang nomor 3, Qeis Nurmagomedov. Kalau tidak diajak, Qeis akan ngambek, suasana rumah bisa kacau karena tangisan minta nyusul ayah ke Masjid belakang rumah. Selesai sholat ayah akan menggendong adikku yang nomor 4, dia baru berusia 8 bulan. Adikku yang nomor 4 ini, sedang berjuang. Di banding dengan kedua kakaknya yang lahir utuh. Qoqo Nurmagomedov, Allah beri hadiah yaitu lahir tak punya anus. Aku sempat kasihan ngliat ayah dan bunda yang terpukul sekali, tetapi mereka tampak kuat dan menerima Qoqo dengan lapang dada. "Ini rezeki dari Allah, dan tak perlu menyalahkan siapa-siapa," begitu ucapan ayah ketika tengah malam. Aku pura-pura tidur, agar ayah bunda tenang dalam ngobrol. Aku lebih senang mereka ngobrol daripada diskusi nggak jelas, lalu berujung berantem.

Ayah dan Bunda masih berantem, tetapi berantem mereka agak lucu, cepat meledak, cepat juganya reda. Bila sedang berantem aku agak khawatir, takut ayah nggak bisa kontrol. Syukur Alhamdulillah aku belum pernah melihat ayah pukul bunda, jangan sampai. Justru aku sering ribut sama ayah, kadang ayah main "fisik" tetapi masih terkontrol. Ayah tak pernah menyubit. Tendangannya sangat jika mendarat di pantat. Ayah sudah mengukurnya. Aku sudah kelewat batan. Mengganggu saat solat. Emang aku yang salah juga. Kalau ayah sudah main "fisik biasanya aku sudah melampuai batas. main "fisik" aku yakin ayah masih ngukur-ngukur, kalau nggak pasti berabe. Ayah dulun dari SMP sampai sekarang punya anak 4, masih latihan beladiri. Apalagi waktuku kecil, sering kutemui ayah sedang nonton MMA hampir tiap hari, jadi lebih ngeri lagi. Di tambah kedua adikku diberi nama belakang Nurmagomedov, satu nama petarung dari Rusia-desa Dagestan. Membuatku senang sekaligus cemas, kalau lagi marah ayah mengerikan. Sejauh ini ayah lebih sering berdebat di banding main "fisik". Itu melegakan buatku. Aku sebenarnya kasihan kalau ayah marah, ia kelihatan sedih banget ketika setelah marah-marah, nafsu makannya turun dan langsung tidur biasanya. Beberapa hari kemudian pasti mengeluhkan sakit badannya. Kejadian main "fisik" itu bisa dihitung, setahun bisa dua atau tiga, tidak tiap hari. Lagi-lagi kalau aku sudah melampaui batas. Bila tak menghadap selepas mahgrib untuk mengaji, main game kelamaan, tidak bantu bunda, sholatnya ditunda-tunda. Pernah ayah marah-marah sambil berucap. "Itu semua buat kamu, bukan buat ayah, ayah nanti tua dan nggak bisa berbuat banyak. Kamu harus lebih bertanggung jawab dong!"

Paling 'senang' kalau ayah pergi beberapa hari untuk pendampingan murid kemah. "Jaga rumah, bantu ibu, kalau ada orang ketuk pintu, lihat dulu dari jendela, jaga adik-adikmu!" Aku menjawabnya sambil cengengesan dan pegang HP, mobile legend yang sedang kumainkan. Ayah melirik saja. "Jangan lupa solat, ayah berangkat?" begitu katanya. Lalu ceremonial peluk-peluk dengan bunda dan ketiga adikku. Qeis biasanya akan mengantar sampai gerbang garasi rumah. Adikku yang ketiga memang agak lain, lebih intim, mungkin ayahku sudah lebih siap ketika ada Qeis dan Qoqo. Aku dan QQ kebagian pendidikan semi militer, mungkin untuk jaga-jaga. karena Adikku masih kecil.

Kemudian selain beladiri ayah hobi koleksi buku-buku kesayangannya. Jika waktu senggang ayah akan ngelap-ngelap buku dari debu. Biasanya buku yang sudah dibaca akan ditata lebih rapi, yang belum dibaca akan diletakkan di rak paling atas. Makin ayah suka dengan buku itu, makin sering bolak-balik mengambil buku. Entah itu sedang makan, gendong Qoqo, atau lagi mules di kamar mandi. Di kamar mandi ayah lebih suka membawa buku untuk dibacanya. Aku kadang heran, bunda saja nutup hidung kalau lagi BAB, kalau ayah malah betah untuk membaca dua atau tiga halaman. Pernah adikku QQ mendapati Novel Ayah yang baru di beli-24 Jam bersama Gaspar kehujanan. Sepulang mengajar wajahnya sedih sekali tetapi lucu. Tangannya menerima buku dan langsung di jemur sebentar. Malamnya novel itu di kipasi 24 jam sampai novel itu benar-benar kering tiap halamannya.

"Apa enahknya sih membaca yah? kataku ketika suasana sedang enak.

"Senang aja, kayak kamu main hujan. Kalau kamu main ujan senang nggak?"

"Seneng."

Ketika hujan deras dan tak ada petir ayah sering mengizinkan aku dan QQ untuk main hujan, ia pernah juga main hujan. Rasanya nyaman banget. Semua beban lepas, seperti sekolah nggak ada PR. Enteng dan santai. Mungkin ayah nggak larang aku dan QQ main hujan karena ia tahu betapa asiknya main, hujan deras nan lebat membuatku tetap kuat. Aku seperti minum vitamin banyak. Kalau soal batukku, kayaknya aku kurang istirahat dan selalu minum dingin. Belakangan tiap malam jika ayah tak lupa, ia akan memberiku sesendok madu untuk memulihkan tenaga dan mengurangi batuk. Kalau ayah dengan buku, aku lebih suka dengan hujan, dan juga main game. Ayah 'nggak pernah' main game, mungkin sesekali saja. Lebih banyak bantu bunda dan masak. Buku, bikinin masakan, jaga anak, bantu bunda, ngajar, cari ilmu adalah kesukaan ayah yang membuatnya terus tampak kuat dan sehat. Kata orang pinter itu namanya therapi. Ayah hanya sesekali sakit itu pun hanya flu saja. Nggak lama. Sehari-harinya ayah masih menyempatkan olahraga, biasanya kulihat ada barbel besar, pushup, situp, dan kadang-kadang main bola.

#Diary Ayah 13#

Keberanian Kreatif

BABAK 94
Seorang guru apapun alasannya ketika mengajar, di kantongnya sudah ada gudang ide untuk ia pakai ketika ingin pembelajaran sesuai yang di inginkan. Entah itu idenya bisa berjalan baik atau tidak, yang jelas ide itu bisa membersamai kegiatannya dan bisa mendukung tercapainya rencana pembelajaran. Kreatifitas itu seperti jet tempur yang bisa melesat melampaui rencana pembelajaran, karena yang namanya rencana kadang bisa dilaksanakan kadang tidak, itu sangat situasional. Tetapi jangan juga menggampang rencana pembelajaran, karena ia bisa jadi semacam petunjuk untuk sebuah pelakasanaan pembelajaran. Memungkinkan semua rencana dapat berjalan maksimal, meski ada saja yang terlewat, setidaknya rencana pembelajaran membuat terencana sebuah kegiatan.

Ketika kreatifitas dibendung karena terlalu ketat dalam rencana pembelajaran, yang terjadi bisa saja terpendamnya kemampuan siswa dalam mengeksplor sebuah kegiatan. Ia tidak mendapatkan kunci gembok imajinasi, karena terlalu kaku dengan pijakan dari gurunya agar ini dan itu. Maka dari itu guru memperoleh wisdom untuk mendobrak keraguan siswa terhadap suatu hal yang menunjang kemandirian dalam satu pelajaran. Memunculkan sikap berani untuk berkreasi seperti menipun balon raksasa dengan impian kecil-impian kecil di ruang kelas. Balon raksas sebagai pilar kemandirian, anggap saja begitu, akan menampung jutaan udara berisi keberanian-kebaranian untuk berkreasi.

Adegan pembuka dalam film Vanilla Sky (2001), yang dibintangi oleh Tom Cruise dianggap sebagai sebagai salah satu yang paling menakjubkan dalam sejarah sinema modern, sekaligus salah satu yang paling mahal dalam setiap detik pengambilan gambarnya, fokusnya pada adegan pembuka saja ya. Yang saya temukan dalam IG milik wissenlab yang diakses hari ini untuk kebutuhan penulisan. Di sana ada pengorban untuk melahirkan sejuta kreatif yang memungkinkan film bisa jadi epik sepanjang masa. Karena bisa memperlihatkan 20 Blok di jantung New York dalam keadaan kosong mlompong kayak kota mati. Meski harus mengeluarkan 1 juta USD untuk biaya logistiknya. Ini menandakan ada keberanian luar biasa dari tim film, tentu saja dengan perencaan yang super detil. Keberanian kreatif ditunjukkan oleh semua kru dengan lanskap tugas-tugasnya, hingga yang lahir kemudian sebuah pekerjaan sinema yang mempertunjukkan sebuah craftsmanship luar biasa. Sebagai pendidik layak untuk menarik kesimpulan dari sebuah pekerjaan besar, yang diniatkan untuk mengampil gagasan besar yang tumbuh (insight) untuk kemudian di perbaharui menjadi satu lesson plan yang mendekati sempurna. (dalam hal ini saya pun masih babak belur ketika membuat lesson plan, setidaknya ini menjadi alas untuk selalu dalam mentalitas pejuang-pendidik yang dibarengi keberanian kreatif)

Ada banyak cara menuju Mekkah, ada banyak cara juga dalam mendidik yang bisa diamalkan melalui sejuta keberanian untuk selalu memperbaharui caranya mengajar dan tak berhenti untuk membuka wawasan pedagogik dan turunannya, agar nanti muncul satu peradaban yang mendulang kreatifitas tanpa perlu melacurkan keyakinan dan tetap cinta dengan Tuhan-Nya sebagai goals terbaiknya. Tanpa merasa diawasi oleh Tuhan seringkali kreatifitas akan mencapai pamor puncak dengan menerabas semua jenis norma. Bukan bermaksud untuk membatasi hak, tetapi sekadar untuk mengingatkan ada banyak jembatan penyebrangan yang bisa dipakai tanpa perlu merusak tiang-tiangnya. Ada banyak gagasan yang bisa diamalkan tanpa perlu susah payah untuk jadi firaun berikutnya. Tidak juga rigid dan menafikan semua jenis kreatifitas, sepanjang siswa/i bisa bertumbuh, maka disitu ada potensi untuk mengembangkan imajinasi, dan siswa dapat menikmati semua momen kreatifitas tanpa kehilangan telos di setiap jejak kreatifnya.