Selasa, 20 Mei 2025

Melatih Otot

BABAK 52
Para pelaku olahraga menempatkan latihan sebagai tumpuan untuk melatih otot-otot tubuh sebagai sensor terbaik pertahan diri sekaligus respon terbaik ketika ajang perlombaan menguji otot tersebut.

Para pembalap motogp bisa melesat tanpa ragu ditikungan dengan kecepatan 125 km bahkan lebih. Denyut jantung mereka juga bisa terbaca pada monitor, hingga para kru bisa memberikan sudut pandang lain tentang kecepatan yang dimili pembalap sampai ahir lap.

Pada titik krusial para pembalap sering mengerem dari kecepatan 300 km ke kecepatan 96 km, hanya memerlukan waktu 6 detik misalnya. Semua itu dilakukan oleh pembalap motogp tanpa terlihat kesulitan. Latihan otot membuatnya layakanya mengendari motor pabrikan yang dijual bebas.

Berlaku juga pada pembalap Isle Man dll, dan semua disiplin olahraga, dan jenis ketrampilan. Semuanya untuk membiasakan diri memiliki otot maksimal ketika mereka mengerjakan sesuatu otot yang dilatih itu dapat timbul tanpa merasa lelah. 

Seorang guru yang terbiasa membaca buku ia sedang memperbaiki, memaksa diri, membuka kunci gudang ilmu, dan secara langsung melatih otot mereka dan pelan-pelan menyimpan informasi dalam alam bawah sadar mereka, yang akan gunakan pada suatu saat nantinya. 

Kamis, 15 Mei 2025

Menunggu Itu Indah Jika...

Setiap hembusan bernilai karena ia berasal dari kejernihan menganggap sesuatu memang sudah ada jalannya. Tidak berlepas tangan lalu bertekuk lutut di bawah pedang-pedang kemalasan bertumpuk-tumpuk. Ia menjadi kerat pembersih dosa-dosa berkerak yang memerlukan peluntur dari jenis tertentu, sebutlah kafarat. Yang dimaksudkan untuk mencuci sebersih-bersihnya kotoran, suatu saat nantinya.

Menjadi perhatian yang tidak berkala, jika yang keluar adalah penilaian seimbang antara penantian yang jelas, dan bisa melepaskan dari yang samar. Layaknya pedati yang berjalan untuk bertemu para pembeli, dan tersenyum lebar manakala barang-barang pesanannya utuh tak tergores sedikitpun.

Lebih sedapnya, perpaduan antara membaui kauh mi yang dimasak seorang ayah di rumah setelah pulang kantor, anak-anaknya menunggu gemas, tak sabar merasakan menu dari tangan 'panas' seorang ayah. Istrinya senyum-senyum sendiri sambil meninabobokan putranya yang ke empat. Mungkin menyadari kalau soal masak, suaminya boleh juga.

OBAT RETAK

Menjadi pengobat retak suatu hubungan di masa persimpangan.Entah sebagai persoalan atau perjuangan. Ia diantara titik penjadwalan dinamika. Ia sendiri yang mesti mengoreksi persoalan menjalar diantara bukit pertanyaan.

Seorang filsuf berambut gondrong, sedikit medok, menjadi soko guru di kemudian hari, tanpa pernah mengeluh untuk mendengar. Ujaran sekalgus petatah petitih penjernih akal. Supaya nanti berolah sumber, mesti pula di saring berapa kali.

Lewat jam istirahat, headset menempel kuat, diskusi telah menyedot waktu menjadi lebih tertib. Bukan menggulir layar dari atas ke bawah, lalu menghembuskan nafas penyesalan tak berguna.

Beroleh kedok wajah baru. Kadang untuk menemukan kedok, hepeng melayang, terasa mahal, tapi sepadan. Orang filsuf sering mewanti-wanti bahwa watak seseorang bisa terlihat perawakan tubuhnya. Bahkan bau tubuhnya. Bau dalam artian tidak ditutupi oleh hembusan minyak wangi bertubi-tubi.

Sampai saat ini jumlah obat terus dicetak, sementara manusia terus lahir. Sepadankah? mungkin bukan obat luar yang bisa menyembuhkan, tetapi obat dalam mesti dikuatkan. Seperti filsuf katakan. Ia bernama Suginta.

Minggu, 11 Mei 2025

Pola Perilaku Umum Seorang Guru

BABAK 51
Seorang guru selain ia bisa memberikan ilmu (materi) kepada peserta didik selayaknya memiliki kemampuan lain, diantaranya: Mengukur dan Menakar. Ia bisa menilai, paling tidak bisa mengira-ngira mana yang sudah kategori murid yang tingkat penyerapannya tinggi (High), Sedang (Midlle), atau Rendah (Low), kenapa begitu?, karena pada saat tertentu guru menahan diri untuk tidak menyamaratakan kemampuan yang dimiliki oleh si murid, ia harus bisa mengontrol ilmu pengetahuannya agar tidak menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Pada tahap tertentu ilmu itu akan membelit dirinya sendiri, jika murid tampak kebingungan mencerna apa yang disampaikan oleh gurunya. Syukur-syukur jika guru mampu menjernihka ulang pikiran murid, kepada pemahaman seutuhnya, kalau tidak guru akan tampak 'bodoh' meski tidak 'bodoh' dalam arti literalnya. Ia akan mengalihkan kondisi kebingungan murid dengan kalimat; "Ini sudah pernah dibahas," kalimat (ini sudah pernah dibahas) satu sisi memberikan instruksi agar murid mencatat dan mengingat pelajaran yang sudah diberikan oleh guru, sisi lain adalah bentuk pembelaan atas lupanya guru akan konsep yang ia pahami, karena mungkin rentang waktunya yang lama. Hingga ketika murid menemukan kesulitan, guru tidak cakap untuk memberikan pemahaman sekaligus pengulangan atas materi yang perhan disampaikan.

Logika ini terpakai bagi saya sebagai pengajar--mendekati pendidik, menjadikan semacam peredam agar selalu mencari ukuran intelektual tertentu bagi pada muridnya. Karena masih dalam proses belajar bukan sudah melewati fase membaca seluruh kitab dan buku tertentu secara utuh dengan perangkat yang sudah final, seperti guru kebajikan untuk semua kalangan (Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Abdul Shomad, Ustaz Khalid Basalamah, Gus Baha, Buya Yahya, Ustz Felix, Aa Gym, Omar Mitha, Ari Ginanjar, dan para mentor sekaligus fasilitator yang sudah melewati fase utuh dalam proses mendidik), jika konsep penimbangan saya ini pun keliru, ada banyak hal nantinya yang bisa menakar paradigma saya.

Level menakar adalah proses menilai sejauh mana konsep yang ia ajarkan bisa di aplikasikan (diamalkan) melalui tindakan paling sederhana sekalipun. Pada titik berikutnya menjadi pijakan bagi murid untuk menjadi pemahaman utuh versi dirinya, tanpa kehilangan teks dan konteknya. Ini mungkin yang paling mahal dalam ranah mendidik.

Menakar dan mengukur seperti sedang memberikan intruksi agar berbicaralah sesuai dengan kaumnya. orang-orang yang terbiasa dengan pembacaan buku dengan kemauan tinggi, seperti menuangkan air dalam gelas tanpa tumpah satu setes pun. Air yang tumpah dari tuangan gelas itulah yag menjadikan penyerapan murid menjadi berbeda, karena isi kepalanya berupa neuroplastisitasnya tidak pernah diperbaharui melalui stimulus paling 'sederhana' sekaligus rumit yaitu membaca.

Melanjutkan kata ini sudah pernah dibahas adalah bentuk pengalihan psikologi dari guru kerena 'ketidakhuan' non permanen pada situasi yang ia tidak duga sama sekali, lalu masuk pada wilayah kebutuhan untuk menambah epistimologi sang guru agar sampai pada taraf melengkapi kebutuhan murid atas satu ilmu yang sempat tersendat. Ini menjadi parameter bagi saya untuk masuk pada wilayah perburuan buku-buku selanjutnya, agar nanti ketika menyantap buruan (buku) sudah dalam keadaan 'sadar' untuk membenamkan seluruh kemampuan pada penangkapan isi bacaan yang selanjutya ditindak lanjuti sebagai visi pribadi, yang kemudian menjadi paradigma kultural.

Cekap Semanten.

Kamis, 08 Mei 2025

Aku dan Dia

Setelah motogp Qatar perutku terasa lapar, terasa sangat lapar, ngelih. Mulai pusing kepala. Bau mulut semakin menyengat. Berharap nanti bakal terisi. Air minum dalam kemasan telah ludes sebelum menjelang gajian. Gaji dari privat seminggu lagi bara dapat.

Kuambil mangkuk dari bawah meja. Mangkuk hadir dari mini market. Memakai sweter dan mengunci pintu. Berjalan menuju jalan depan. Sepanjang tepi jalan terdapat serumpun bambu yang tumbuh lebat. Gelap, lampi di tengah kedap-kedip, hanya butuh 10 menit keluar dari jalan berimbun bambu, jika tak lapar, aku malas keluar, ini masuk pukul 00.30, orang-orang sudah berkemul mimpi dan bertelekan tangan menyeduh harapan.

Rimbun hanya sekumpulan saja. yang lain sudah tak ada. Ini selalu menjadi cerita, aku harap tak memiliki cerita itu, karena aku malas bertemu dengan dia, selalu ada masalah dengannya, padahal aku tak pernah bermasalah dengan dia.

Abang penjual mi memasukan semia mi racikan ke dalam mangkuk. Aku membayarnya lalu menyebrang jalan sunyi. Masuk kembali ke dalam gang. Mendekati rimbun bambu, ada keengganan untuk melewatinya, ini jalan tercepat menuju kos. Burung hantu menjerit keras, dan burung lain ikut menyahut, sebuah benda jatuh dari atas, menerobos daun bambu,berbunyi radio rusak, seketika hening, burung buek dan konconya berhenti berteriak. Menyisakan mahluk itu, mahluk yang sering di sebut, berdiri membelakangi, wajahnya tertutupi rambut panjang, kuamati tak melihat kakinya. kuambil satu butir batu dan ingin melemparnyan kuat-kuat. Mahluk itu cepat sekali berpaling. Mangkuk berisi teras lebih panas. Aku ingin menikamti kudapan malam tanpa harus dibayangi rasa bersalah karena telah melempar dia, 'penunggu' hutan bambu.

Rabu, 07 Mei 2025

Sebelum Matahari Terbit

DUA
Seorang anak terbangun dan mendapati ayahnya sedang menonton TV. "Ayah nggak tidur," tanya anaknya, matanya masih merem melek. "Ayah tidur tadi, kamu tidur lagi aja, masih jam 2, nanti ayah bangunin saat azan subuh.

Anak itu kembali ke kamar. Ayahnya mulai tenang, misinya adalah menonton pertandingan bola antra Intermilan Vs Barcelona, jarang-jarang ia bisa melihat pertandingan itu. Ayah terlihat semangat, es madu sudah habis dua gelas, sebagai cara untuk mengusir rasa kantuknya. Ia pun terlihat ingin begadang sampai subuh, putra sulungnya besok ingin study ke Trans Studio, sebagai kegiatan rutin dari sekolahnya.

"Ayah...!" teriak putranya.

Sang Ayah bergegas menghampirinya. Memeluknya erat.

"Ada apa!"

"Ada suara perempuan dari bawah kamar,"

"Mana!"

"Itu tadi di bawah, hemmh, hehhhh, hemmm, gitu yah."

"Heh!,pergi!, jangan ganggu!"

"Takut yah."

"Jangan takut, nggak ada, coba kita cek,"

Ayah dan putranya mengecek bawah kasur, banyak barang-barang, hanya ada karpet dibawahnya, ia pun mengambil sapu, dan mulai memukul-mukulkan, ini reflek pribadi atau seperti apa. Yang jelas sang ayah ingin memastikan kalau suara yang dimaksud anaknya itu tidak berasa dari bawah kasur, mungkin suara lain. Meski begitu, tangan ayah mengusap tengkuk beberapa kali, seperti merasakan apa yang dirasakan oleh anaknya, tetapi ia tidak ingin terlihat takut di depan anaknya.

Setelah di rasa aman dan tidak ada yang menakutkan. Bunda yang ikut terbangun mendengar teriakan ayahnya, ikut memberikan arahan agar menyapu kasur bawah dan atas dengan sapu lidi. Ayahnya melakukan dengan cekatan. Lalu kembali tidur dengan memasang ayat suci alquran pengusir setan selama tiga jam. Ayah memeluknya untuk memastikan detak jantung anaknya makin teratur, dan tidak tidur dalam pelukan ketakutan.

Selasa, 06 Mei 2025

Sebelum Matahari Terbit

SATU
Sebagai pembukaan, marilah sejenak untuk melapangkan dada masing-masing, dan minumlah barang seteguk dua teguk madu, jika tak ada air putih juga tak apa. Simak dengan lega, singkirkan kedengkian agar kalimat-kalimat menjadi lebih bermanfaat, jika tak ada isinya, sementara abaikan dan kembalilah esok hari, dengan kesiapan prima. 

Seperti itulah yang sepatutnya  dilakukan oleh semua mahluk di bumi yang sama-sama memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri satu sama lain. Jika satu malam, satu dari kita terlanjur untuk bertengkar, setelah argumen tak cukup untuk meredam situasi. Adu emosi saling menyalahkan biasanya menjadi salah dua cara untuk membreakdownkan masalah rumit menjadi lebih komplek.

Pasangan misalnya, adalah dua orang dengan alas berbeda, berangkat dari sudut pandang yang berlainan, lalu dikumpulkan dalam rumah yang intensitas pertemuan tiap detik. 'Berantem', lalu berangkat ke tempat tidur masing menyimpan kekecewaan mendalam atas sikap satu sama lain. 

Lalu ketika bangun sebelum terbit cobalah sekuat tenaga untuk melunturkan semua ego atas nama pribadi. Dalam pelukan maaf berlimpah. Hingga nantinya satu sama lain menelan nasi uduk seperti menikmati tonseng nikmat berlimpah sate. Tak ada manusia yang dilahirkan memiliki perkakas sempurna mengatasi semua masalah. Justru manusia dipasangkan, agar perkakas itu bisa lengkapi satu sama tanpa pernah merasa lebih satu sama lain. Semuanya bisa jadi punya alas sama, peran yang sama, dengan kategori tanggung jawab yang terlihat berbeda tetapi dengan inti yang sama.

Suami atau istri belum memberanikan diri menyelesaikan masalah satu lain, lalu berangkat kerja dengan perasaan marah, dan isi kepalanya dipenuhi oleh syak wasangka, lalu takdir tuhan memberikan musibah, dan belum sempat akur. Oh Alangkah naifnya, sebelum terlambat, satu sama lain perlu untuk membenahi. Tak ada kata untuk terlambat, sebelum Allah menjemput.

Senin, 05 Mei 2025

Puisi Lapar

Sebait puisi menunggu makan siang 

Sembara duduk memilah menu 

Hanya satu menu tersaji

Nasi kosong lauk orek 


Hikayat senja sempat menatap 

Peluk erat haus mencekik 

Bulu Roma meremang 

Menahan lapar sambil terkapar


Dentuman masih saja bertalu 

Bahkan mereka lebih gila dari para iblis

Menguji kematian dari balik udara 

Menyeringai menepis nurani 


Sabtu, 03 Mei 2025

Agar Api Tak Membakar Kepala

Api yang membakar kayu, seperti itulah yang sedang diperlihatkan seorang pendengki. Ia tidak menghendaki siapapun memiliki kekuatan untuk 'menundukkan' orang-orang dalam cengkraman nya. 

Tampak berseri manakala datang seseorang dalam rumah orang tuanya, bukan rumahnya sendiri. Ia selayaknya sudah pisah dari rumah orang tuanya. Agar otak terus tumbuh, tidak makin kerdil layaknya bocil. Tetapi setelah 'tamu' itu pulang, mulailah otak reptilnya bekerja secara jor-joran. Membentak-bentak ibunya sendiri karena telah memberikan barang (makanan) untuk dimakan putrinya sendiri yang sekarang sudah punya rumah sendiri di Bogor. 

Perkara apa yang membuat isi kepalanya betul-betul reptil, mungkin otak monyet adalah jawaban untuk membungkam perkataan yang sering menyakitkan ibunya sendiri. Seorang Ibu yang menangis adalah puncak dari ketidakberdayaan menghadapi anaknya berkepala 40 tahun itu. 

Mereka para pendengki tidur, berak, mandi, makan, numpang dengan orang tua. Sudah punya anak punya istri, tetapi sikapnya seolah ia penguasa dirumahnya, ia hanya numpang kawan, sekali lagi numpang, tetapi wataknya kayak pemilik rumah. Orang tuanya kasihan melihatnya ngontrak, tetapi sendirinya nggak ngotak. Otak-otak lebih enak, lebih mentul, jadi daging, sikap kalian yang nggak lebih dari otak-otak, tumpul, idiot, autism, mereka orang-orang yang telah mengkerut otaknya, jadinya seperti itulah keadaannya. 

Maaf kawan, hari ini hari yang aneh, kalian bayangkan saja, ada anak sudah menikah, numpang sama orang tua, tetapi lagaknya seperti raja. Tetapi mereka bukan raja, mereka orang 'goblok' yang pernah kami jumpai. 

Selain kepada Tuhan sebagai tempat mengadu, jurnal (blog) inilah yang membuatku tetap waras, wajar, normal, dan tak terbesit untuk bertindak kriminal, untuk apa mereka hanya pantas disejajarkan dengan penghuni ragunan, oh maaf, penghuni Ragunan saja lebih mulia, mereka mahluk yang tidak punya dendam, hanya naluri untuk bertahan. 

Api yang membakar kepala, pendinginnya adalah memuntahkan pada blog ini, pada jurnal ini, jika bermanfaat ambilah, jika tidak, buanglah di 'tempat sampah.'

Salam Peace and Love, seperti salam para petinju yang hatinya seputih kapas. Raganya panas, tetapi kepala tetap dingin, agar isi kepala tidak mendidih, dan mata segar, semuanya dimaksudkan agar Api Tak Membakar Kepala. 


Jumat, 02 Mei 2025

Hati

Bertepi sekaligus mewarnai 

Jengkal muram perjalanan 

Bila tidak ditangkis perasaan mandiri

Pada masa 


Dalam tanpa bentuk 

Datar tanpa makna 

Bila hitam, hitam

Bila putih, putih 

 

Jembatannya padi akal 

Jembatannya pada Budi 

Gajah mati meninggalkan gading 

Manusia mati meninggalkan cerita