Minggu, 11 Mei 2025

Pola Perilaku Umum Seorang Guru

BABAK 51
Seorang guru selain ia bisa memberikan ilmu (materi) kepada peserta didik selayaknya memiliki kemampuan lain, diantaranya: Mengukur dan Menakar. Ia bisa menilai, paling tidak bisa mengira-ngira mana yang sudah kategori murid yang tingkat penyerapannya tinggi (High), Sedang (Midlle), atau Rendah (Low), kenapa begitu?, karena pada saat tertentu guru menahan diri untuk tidak menyamaratakan kemampuan yang dimiliki oleh si murid, ia harus bisa mengontrol ilmu pengetahuannya agar tidak menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Pada tahap tertentu ilmu itu akan membelit dirinya sendiri, jika murid tampak kebingungan mencerna apa yang disampaikan oleh gurunya. Syukur-syukur jika guru mampu menjernihka ulang pikiran murid, kepada pemahaman seutuhnya, kalau tidak guru akan tampak 'bodoh' meski tidak 'bodoh' dalam arti literalnya. Ia akan mengalihkan kondisi kebingungan murid dengan kalimat; "Ini sudah pernah dibahas," kalimat (ini sudah pernah dibahas) satu sisi memberikan instruksi agar murid mencatat dan mengingat pelajaran yang sudah diberikan oleh guru, sisi lain adalah bentuk pembelaan atas lupanya guru akan konsep yang ia pahami, karena mungkin rentang waktunya yang lama. Hingga ketika murid menemukan kesulitan, guru tidak cakap untuk memberikan pemahaman sekaligus pengulangan atas materi yang perhan disampaikan.

Logika ini terpakai bagi saya sebagai pengajar--mendekati pendidik, menjadikan semacam peredam agar selalu mencari ukuran intelektual tertentu bagi pada muridnya. Karena masih dalam proses belajar bukan sudah melewati fase membaca seluruh kitab dan buku tertentu secara utuh dengan perangkat yang sudah final, seperti guru kebajikan untuk semua kalangan (Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Abdul Shomad, Ustaz Khalid Basalamah, Gus Baha, Buya Yahya, Ustz Felix, Aa Gym, Omar Mitha, Ari Ginanjar, dan para mentor sekaligus fasilitator yang sudah melewati fase utuh dalam proses mendidik), jika konsep penimbangan saya ini pun keliru, ada banyak hal nantinya yang bisa menakar paradigma saya.

Level menakar adalah proses menilai sejauh mana konsep yang ia ajarkan bisa di aplikasikan (diamalkan) melalui tindakan paling sederhana sekalipun. Pada titik berikutnya menjadi pijakan bagi murid untuk menjadi pemahaman utuh versi dirinya, tanpa kehilangan teks dan konteknya. Ini mungkin yang paling mahal dalam ranah mendidik.

Menakar dan mengukur seperti sedang memberikan intruksi agar berbicaralah sesuai dengan kaumnya. orang-orang yang terbiasa dengan pembacaan buku dengan kemauan tinggi, seperti menuangkan air dalam gelas tanpa tumpah satu setes pun. Air yang tumpah dari tuangan gelas itulah yag menjadikan penyerapan murid menjadi berbeda, karena isi kepalanya berupa neuroplastisitasnya tidak pernah diperbaharui melalui stimulus paling 'sederhana' sekaligus rumit yaitu membaca.

Melanjutkan kata ini sudah pernah dibahas adalah bentuk pengalihan psikologi dari guru kerena 'ketidakhuan' non permanen pada situasi yang ia tidak duga sama sekali, lalu masuk pada wilayah kebutuhan untuk menambah epistimologi sang guru agar sampai pada taraf melengkapi kebutuhan murid atas satu ilmu yang sempat tersendat. Ini menjadi parameter bagi saya untuk masuk pada wilayah perburuan buku-buku selanjutnya, agar nanti ketika menyantap buruan (buku) sudah dalam keadaan 'sadar' untuk membenamkan seluruh kemampuan pada penangkapan isi bacaan yang selanjutya ditindak lanjuti sebagai visi pribadi, yang kemudian menjadi paradigma kultural.

Cekap Semanten.

Kamis, 08 Mei 2025

Aku dan Dia

Setelah motogp Qatar perutku terasa lapar, terasa sangat lapar, ngelih. Mulai pusing kepala. Bau mulut semakin menyengat. Berharap nanti bakal terisi. Air minum dalam kemasan telah ludes sebelum menjelang gajian. Gaji dari privat seminggu lagi bara dapat.

Kuambil mangkuk dari bawah meja. Mangkuk hadir dari mini market. Memakai sweter dan mengunci pintu. Berjalan menuju jalan depan. Sepanjang tepi jalan terdapat serumpun bambu yang tumbuh lebat. Gelap, lampi di tengah kedap-kedip, hanya butuh 10 menit keluar dari jalan berimbun bambu, jika tak lapar, aku malas keluar, ini masuk pukul 00.30, orang-orang sudah berkemul mimpi dan bertelekan tangan menyeduh harapan.

Rimbun hanya sekumpulan saja. yang lain sudah tak ada. Ini selalu menjadi cerita, aku harap tak memiliki cerita itu, karena aku malas bertemu dengan dia, selalu ada masalah dengannya, padahal aku tak pernah bermasalah dengan dia.

Abang penjual mi memasukan semia mi racikan ke dalam mangkuk. Aku membayarnya lalu menyebrang jalan sunyi. Masuk kembali ke dalam gang. Mendekati rimbun bambu, ada keengganan untuk melewatinya, ini jalan tercepat menuju kos. Burung hantu menjerit keras, dan burung lain ikut menyahut, sebuah benda jatuh dari atas, menerobos daun bambu,berbunyi radio rusak, seketika hening, burung buek dan konconya berhenti berteriak. Menyisakan mahluk itu, mahluk yang sering di sebut, berdiri membelakangi, wajahnya tertutupi rambut panjang, kuamati tak melihat kakinya. kuambil satu butir batu dan ingin melemparnyan kuat-kuat. Mahluk itu cepat sekali berpaling. Mangkuk berisi teras lebih panas. Aku ingin menikamti kudapan malam tanpa harus dibayangi rasa bersalah karena telah melempar dia, 'penunggu' hutan bambu.

Rabu, 07 Mei 2025

Sebelum Matahari Terbit

DUA
Seorang anak terbangun dan mendapati ayahnya sedang menonton TV. "Ayah nggak tidur," tanya anaknya, matanya masih merem melek. "Ayah tidur tadi, kamu tidur lagi aja, masih jam 2, nanti ayah bangunin saat azan subuh.

Anak itu kembali ke kamar. Ayahnya mulai tenang, misinya adalah menonton pertandingan bola antra Intermilan Vs Barcelona, jarang-jarang ia bisa melihat pertandingan itu. Ayah terlihat semangat, es madu sudah habis dua gelas, sebagai cara untuk mengusir rasa kantuknya. Ia pun terlihat ingin begadang sampai subuh, putra sulungnya besok ingin study ke Trans Studio, sebagai kegiatan rutin dari sekolahnya.

"Ayah...!" teriak putranya.

Sang Ayah bergegas menghampirinya. Memeluknya erat.

"Ada apa!"

"Ada suara perempuan dari bawah kamar,"

"Mana!"

"Itu tadi di bawah, hemmh, hehhhh, hemmm, gitu yah."

"Heh!,pergi!, jangan ganggu!"

"Takut yah."

"Jangan takut, nggak ada, coba kita cek,"

Ayah dan putranya mengecek bawah kasur, banyak barang-barang, hanya ada karpet dibawahnya, ia pun mengambil sapu, dan mulai memukul-mukulkan, ini reflek pribadi atau seperti apa. Yang jelas sang ayah ingin memastikan kalau suara yang dimaksud anaknya itu tidak berasa dari bawah kasur, mungkin suara lain. Meski begitu, tangan ayah mengusap tengkuk beberapa kali, seperti merasakan apa yang dirasakan oleh anaknya, tetapi ia tidak ingin terlihat takut di depan anaknya.

Setelah di rasa aman dan tidak ada yang menakutkan. Bunda yang ikut terbangun mendengar teriakan ayahnya, ikut memberikan arahan agar menyapu kasur bawah dan atas dengan sapu lidi. Ayahnya melakukan dengan cekatan. Lalu kembali tidur dengan memasang ayat suci alquran pengusir setan selama tiga jam. Ayah memeluknya untuk memastikan detak jantung anaknya makin teratur, dan tidak tidur dalam pelukan ketakutan.

Selasa, 06 Mei 2025

Sebelum Matahari Terbit

SATU
Sebagai pembukaan, marilah sejenak untuk melapangkan dada masing-masing, dan minumlah barang seteguk dua teguk madu, jika tak ada air putih juga tak apa. Simak dengan lega, singkirkan kedengkian agar kalimat-kalimat menjadi lebih bermanfaat, jika tak ada isinya, sementara abaikan dan kembalilah esok hari, dengan kesiapan prima. 

Seperti itulah yang sepatutnya  dilakukan oleh semua mahluk di bumi yang sama-sama memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri satu sama lain. Jika satu malam, satu dari kita terlanjur untuk bertengkar, setelah argumen tak cukup untuk meredam situasi. Adu emosi saling menyalahkan biasanya menjadi salah dua cara untuk membreakdownkan masalah rumit menjadi lebih komplek.

Pasangan misalnya, adalah dua orang dengan alas berbeda, berangkat dari sudut pandang yang berlainan, lalu dikumpulkan dalam rumah yang intensitas pertemuan tiap detik. 'Berantem', lalu berangkat ke tempat tidur masing menyimpan kekecewaan mendalam atas sikap satu sama lain. 

Lalu ketika bangun sebelum terbit cobalah sekuat tenaga untuk melunturkan semua ego atas nama pribadi. Dalam pelukan maaf berlimpah. Hingga nantinya satu sama lain menelan nasi uduk seperti menikmati tonseng nikmat berlimpah sate. Tak ada manusia yang dilahirkan memiliki perkakas sempurna mengatasi semua masalah. Justru manusia dipasangkan, agar perkakas itu bisa lengkapi satu sama tanpa pernah merasa lebih satu sama lain. Semuanya bisa jadi punya alas sama, peran yang sama, dengan kategori tanggung jawab yang terlihat berbeda tetapi dengan inti yang sama.

Suami atau istri belum memberanikan diri menyelesaikan masalah satu lain, lalu berangkat kerja dengan perasaan marah, dan isi kepalanya dipenuhi oleh syak wasangka, lalu takdir tuhan memberikan musibah, dan belum sempat akur. Oh Alangkah naifnya, sebelum terlambat, satu sama lain perlu untuk membenahi. Tak ada kata untuk terlambat, sebelum Allah menjemput.

Senin, 05 Mei 2025

Puisi Lapar

Sebait puisi menunggu makan siang 

Sembara duduk memilah menu 

Hanya satu menu tersaji

Nasi kosong lauk orek 


Hikayat senja sempat menatap 

Peluk erat haus mencekik 

Bulu Roma meremang 

Menahan lapar sambil terkapar


Dentuman masih saja bertalu 

Bahkan mereka lebih gila dari para iblis

Menguji kematian dari balik udara 

Menyeringai menepis nurani 


Sabtu, 03 Mei 2025

Agar Api Tak Membakar Kepala

Api yang membakar kayu, seperti itulah yang sedang diperlihatkan seorang pendengki. Ia tidak menghendaki siapapun memiliki kekuatan untuk 'menundukkan' orang-orang dalam cengkraman nya. 

Tampak berseri manakala datang seseorang dalam rumah orang tuanya, bukan rumahnya sendiri. Ia selayaknya sudah pisah dari rumah orang tuanya. Agar otak terus tumbuh, tidak makin kerdil layaknya bocil. Tetapi setelah 'tamu' itu pulang, mulailah otak reptilnya bekerja secara jor-joran. Membentak-bentak ibunya sendiri karena telah memberikan barang (makanan) untuk dimakan putrinya sendiri yang sekarang sudah punya rumah sendiri di Bogor. 

Perkara apa yang membuat isi kepalanya betul-betul reptil, mungkin otak monyet adalah jawaban untuk membungkam perkataan yang sering menyakitkan ibunya sendiri. Seorang Ibu yang menangis adalah puncak dari ketidakberdayaan menghadapi anaknya berkepala 40 tahun itu. 

Mereka para pendengki tidur, berak, mandi, makan, numpang dengan orang tua. Sudah punya anak punya istri, tetapi sikapnya seolah ia penguasa dirumahnya, ia hanya numpang kawan, sekali lagi numpang, tetapi wataknya kayak pemilik rumah. Orang tuanya kasihan melihatnya ngontrak, tetapi sendirinya nggak ngotak. Otak-otak lebih enak, lebih mentul, jadi daging, sikap kalian yang nggak lebih dari otak-otak, tumpul, idiot, autism, mereka orang-orang yang telah mengkerut otaknya, jadinya seperti itulah keadaannya. 

Maaf kawan, hari ini hari yang aneh, kalian bayangkan saja, ada anak sudah menikah, numpang sama orang tua, tetapi lagaknya seperti raja. Tetapi mereka bukan raja, mereka orang 'goblok' yang pernah kami jumpai. 

Selain kepada Tuhan sebagai tempat mengadu, jurnal (blog) inilah yang membuatku tetap waras, wajar, normal, dan tak terbesit untuk bertindak kriminal, untuk apa mereka hanya pantas disejajarkan dengan penghuni ragunan, oh maaf, penghuni Ragunan saja lebih mulia, mereka mahluk yang tidak punya dendam, hanya naluri untuk bertahan. 

Api yang membakar kepala, pendinginnya adalah memuntahkan pada blog ini, pada jurnal ini, jika bermanfaat ambilah, jika tidak, buanglah di 'tempat sampah.'

Salam Peace and Love, seperti salam para petinju yang hatinya seputih kapas. Raganya panas, tetapi kepala tetap dingin, agar isi kepala tidak mendidih, dan mata segar, semuanya dimaksudkan agar Api Tak Membakar Kepala. 


Jumat, 02 Mei 2025

Hati

Bertepi sekaligus mewarnai 

Jengkal muram perjalanan 

Bila tidak ditangkis perasaan mandiri

Pada masa 


Dalam tanpa bentuk 

Datar tanpa makna 

Bila hitam, hitam

Bila putih, putih 

 

Jembatannya padi akal 

Jembatannya pada Budi 

Gajah mati meninggalkan gading 

Manusia mati meninggalkan cerita 

Rabu, 30 April 2025

Sekali Waktu Di Tiang Pohon

 

BABAK 50

Seorang lelaki dari Bogor, menurut kabar orang. Sehari-hari bekerja sebagai pedagang kembang. Lelaki tua itu sering kujumpai ketika melintas di sepanjang jalan pondok benda. Wajahnya sebagian tertutupi topi biru lecek. Ada bopeng bekas cacar yang ada dibagian hidungnya. Ia kerap istirahat di warung Mpok Lela untuk sekadar minum kopi. Warung Mpok Lela juga menjadi terkenal karena sering memberikan utangan dengan bayar ntar-ntar. Jika sudah kebangetan utangnya ia akan menyediakan Ten tawar meski pelanggannya memesan kopi, para pelanggan mafhum dan lebih banyak menutupi wajahnya dengan topi legen nya.

Setelah itu ia menjajakan kembang nya pada rumah-rumah yang pintunya tampak terbuka. Sebagian meladeni sabar tawarannya, tak sedikit yang menutup pintu sebelum kata pertama keluar dari mulut pedagang kembang itu. 

Setiap sore ia kembali ke warung Mpok Lela dan duduk di bawah pohon asem ketika secangkir teh datang dibawakan. 

"Hidup kok begini ya Mpok?"

"Memang begini hidup sabar ya, Allah punya caranya sendiri melindungi hambanya." 

"Tuhan telah meninggalkan saya sejak lama."

"Hussh, ngomong sembarang, tak pernah Tuhan meninggalkan hambanya yang ikhlas."

"Aku benci hidup ini."

"Cintailah hidup ini, jiwamu akan tenang, usahamu akan berkah."

"Tak ada gunanya."

Satu pekan kemudian. 

Seorang pelanggan datang tergopoh-gopoh. 
"Mpok!, pedagang kembang yang biasanya pesan teh tawar mati gantung diri!"

"Dimana!

"Pohon rambutan! dekat gang mandor!"

"Ya Allah, kita kesana."

Sampai di sana pedagang kembang itu sudah banyak di tonton orang, aku benci sekali kenapa harus ditonton. Wajah pedagang kembang itu lebam biru lidahnya menjulur. Memakai kaos lengan panjang biru juga. 

Mpok Lela mendekati gerobak yang ditinggalkan. Ada baju seragam SD yang terbungkus plastik transparan. Ada tulisan "maaf yak dek, bapak nggak bisa pulang"









Selasa, 29 April 2025

Orang Tua Perlu Bangun Motivasi Bacakan Cerita Untuk Anaknya

BABAK 48
Setelah menemukan kembali tulisan surat dari Jim Trelease, sekarang berlanjut kepada tulisan Roosie Setiawan yang masih tergabung dalam Komunitas Read Aloud Indonesia. Tulisan ini masih dalam satu bundel kliping yang sama. Mari sejenak luangkan waktu untuk membaca tulisannya, sekadar 20 menit dengan renungan dan ketekunan.

Saya kira ini tulisan berada di tahun 2008, sama dengan tulisan surat dari Jim Trelease.

Ketika dilahirkan, sel otak bayi terdiri dari triliun sambungan (sinapsis) antar neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Disamping gizi yang baik, diperlukan stimulasi yang berkualitas sejak diri agar ini tersambung dan membentuk manusia dengan manusia cerdas intelektual dan emosional. Kualitas otak anak sangat ditentukan oleh empat tahun pertama kehidupannya, karena 50 persen pertumbuhan otak tercapai di usia 4 tahun.

Orang tua menyadari tugasnya, mengantarkan anak menjadi manusia tangguh dan gemilang di masa datang dan mau berperan terhadap keberhasilan anak, tentunya akan mencari stimulasi yang berkualitas.

Membacakan cerita yang dimulai sejak dini di mulai dengan posisi memeluk/mendekap, terasa kedekatan orangtua dan anak. Juga merupakan stimulasi yang berkualitas, karena anak sudah mulai belajar membaca melalui telinga dan mengasosiasikan membaca dengan hal yang menyenangkan, karena yang terdengar adalah suara orangtuanya yang sudah dia dengar ketika masih dalam kandungan. Ini menimbulkan suasana nyaman dan menenangkan. 

Ketika orangtua membacakan cerita mengandung pesan yang jelas bahwa orangtua hadir untuk anak dan perhatiannya khusus untuk anak. Sebaliknya ketika kita melihat ke mata anak, terlihat mata berbinar gembira dan merasa orang tua menjadi perhatian anak. 

Dengan mendengar orangtua membacakan cerita, anak belajar mengenai arti sebuah kata dan kalimat, belajar mengucapkan sebuah kata (kalimat) dan tulisan. Memperkaya perbendaharaan kata (vocabulary), belajar struktur sebuah bahasa buku dan dengan irama suara ketika membaca (intonasi).

Kata-kata yang tidak mungkin dipelajari melalui bahasa lisan dengan anak, dipelajari melalui buku-buku cerita yang dibacakan orangtua, juga pengetahuan, pengalaman yang didapat dari tokoh-tokoh dalam cerita menambah pengetahuan dan memperkaya pengetahuan si anak. Membacakan cerita sekaligus merupakan salah satu cara membuat anak siap belajar membaca nantinya. 

Membaca cerita merupakan 'hadiah terindah' yang bisa diberikan orangtua kepada anak. 

Anak merupakan 'reading role model' yang tak lain adalah orangtuanya sendiri. Orangtua yang mencintai anaknya dan dengan penuh cinta menyediakan waktunya untuk membacakan cerita untuk anaknya. Ini merupakan modal kuat untuk keberhasilan menjadikan seorang anak yang gemar membaca. 

If you are a parent you already have the major ingredient to infect a child with the reading bug-love. You love your kids and children love to be loved. 

Inject this into the reading situation and you Will succedd. 

( Paul Jennings-the reading bug-love and how to help your child catch it)


Senin, 28 April 2025

Hard On Your Self Easy On Other


BABAK 49

Ada kalanya mendidik diri dengan beragam latihan untuk mencapai satu skiil tertentu, harus mengobarkan sebagian usia dan waktu yang berharga. Pendidikan diri itu meliputi kemauan keras, kesungguhan berlapis, ketabahan sekokoh gunung dan seterusnya. Semuanya itu dimaksudkan untuk memperoleh pengakuan diri sendiri, bahwa kelak tak ada yang mengenali itu bagian dari sebuah perjalanan Hard On Your Self. 

Seorang bintang film ternama telah menghabiskan sebagian kehidupan untuk melatih aktingnya agar semua film memilihnya untuk menjadi aktor, ia tidak memberi celah pada dirinya untuk sekadar istirahat, menyeruput teh hijau sore hari dan mendengarkan kicau burung peliharaannya, semuanya dimaksudkan untuk memicu dirinya pada level berikutnya. 

Kepak sayap rajawali yang dilatihnya setiap pagi menjelang berburu, supaya nantinya bisa melesat mencengkram kepala kelinci dan membawanya jauh terbang dan mencabik-cabiknya untuk dua anaknya yang akan meneruskan masa depannya. Entah bisa atau tidak, pohon-pohon besar sekarang mulai tumbang dan ada keengganan untuk menanam kembali, akan ada hak pohon yang terus dikebiri sampai kapan, dan hak burung untuk hinggap juga seringkali terabaikan tak masuk list untuk jadi perhatian. 

Belajar dari semua itu, orang tua dan guru-guru sama-sama mendidik diri begitu keras agar tak mudah untuk melebeli orang-orang sekitar dan peserta didik dengan perlambang yang semakin melupakan jati diri yang di didiknya. Mereka yang belum mengalami latihan kehidupan begitu keras seringkali terseok-seok untuk mengukur apa yang diucapkan oleh orang tua dan guru-gurunya di sekolah. 

Seorang guru yang terbiasa mendidik dengan begitu keras, ketika siswanya menegus cara berpakaian, kepalanya terbiasa dengan latihan-latihan pertanyaan yang sering menyedot sebagian tidur malamnya, tak begitu mudahnya naik pitam. 

"Bapak celananya isbal?" begitu salah seorang siswi menegurnya. 
"Yang Isbal bila sampai...tahu nggak!, tahu nggak!, tangan kananya menunjuk siswi tersebut. Mereka menelan kekalahan begitu cepat. Kemampuannya memberi jeda adalah indikasi guru tersebut terlatih untuk menangkap isi pertanyaan siswinya. Bisa jadi bukan bermaksud untuk merontokkan kewibawaannya di depan muridnya, sekadar untuk membuka percakapan yang kerap kali gagal pada kalimat pertama. 

Keras pada diri sendiri juga pada orang lain. Dalam kondisi tertentu bisa jadi tepat, tetapi dalam situasi percakapan wajar antara seorang guru dan murid, ia perlu lemah lembut, agar pengetahuan tentang isbal tidak hitam putih, tetapi bisa memahami pada isi teks dan juga konteks. Hingga bisa melahirkan kalimat: "Sabar ya, semua ada kabiakannya, Allah tak menyiakan hambanya." aduhai indah sekali, ketika seorang Ibu menjenguk salah seorang kenalannya di rumah sakit. Ada pelukan ketika anak ibu itu yang berjenis kelamin laki-laki, lahir tak ada anusnya. Jika tak pernah Hard On Your Self, yang keluar kalimatnya bisa jadi: "Itu karena kurang gizi, jadi begitu." Yang ada berikutnya si Ibu makin berlinang air matanya.