Selasa, 08 Januari 2019

Air

Walau lembut mengalir sesuai dengan objek yang dilaluinya. Melewati sungai-sungai yang dangkal maka air menggericik seperti tiupan suling. Luwes seperti gerakan para penari, gemulai seperti para bangsawan berjalan menuju singgasana. Adakah mahluk yang tidak memerlukan air, sejatinya tak ada yang tidak memerlukan air. Elemen di bumi mutlak membutuhkan air.

Kalkulator manusia tak sanggup menghitung jumlah air hujan yang turun dari langit. Tak sanggup menghitung secara akurat seberapa banyak bumi menghisap air. Lalu berapa juta kubik air yang ada di lautan. Seberapa kuat hempasan air hingga mampu merusak, melahap, melontarkan tanah. Air sangat diperlukan, tapi kalian harus tahu bahwa air adalah mahluk Allah yang paling taat. Tak pernah melanggar perintahnya. Ketika Nabi Musa memukulkan tongkat untuk menjaga jarak dari sang pengaku Tuhan, maka air laut segera patuh membentuk jalan agar Nabi Musa dan para teman setianya mampu berjalan diantara air laut yang terbelah.

Air bentuk yang mudah untuk dikenali. Walaupun pada tempat yang sederhana, ember bekas, pot bunga, ceruk tapak Harimau, genangan air yang telah dirusak habitatnya. Sampai tergenang pada danau buatan. Semuanya membuktikan sifat air yang fleksibel, bijak, luwes, toleran, tapi bisa sangat tegas bila mahluk di bumi meremehkan air. Tunggu saja, air akan berlaku adil seadil-adilnya.

Novel Frans Maki

Bab 6
Kelereng Besi  Lanjutan

Bang Aris membidik kelereng terakhir. Kami tegang, rekor tak terkalahkan selama ini akan di sandang oleh bang Aris. Sambil membidik bang Aris bersiul untuk memojokkan mental Frans. " Belum berakhir Frans sebelum pertandingan selesai." Cetus Tama. Hari dan Tama mengamininya. " Ya benar." Kompak Hari dan Tama.

Kelereng besi anggung meluncur, roda berputar. Takdir berkata lain. Kelereng besi tak di sangka tak di duga menghantam batu kerikil hingga lajunya berganti arah. Kelereng besi milik bang Aris meluncur keluar dari sasaran. Dia bersumpah serapah dengan kata-kata memaki ketidaktepatan bidikannya. Persepsi dirinya mulai goyah. Melihat bang Aris yang kehilangan fokus. Aro adik Frans berkata lantang berwibawa, " kau bisa kalahkan hari ini anak muda."

Senin, 07 Januari 2019

Lelah

Tarik nafas hingga perut membuncit, lalu hembuskan lewat rongga mulut. Tercipta sebuah harmoni yang klimis akan jati diri, kejantanan para pria, wibawa para wanita yang mengasuh anak-anak tanpa bantuan asisten rumah tangga. Lelah adalah bentuk kita manusia sebagai rasa yang normal, terasa diawal dan sejatinya, penyegaran yang lebih dini.

Derap kaki tak pernah lelah ketika tujuan belum tercapai, tujuan adalah kelelahan yang tak pernah menua, semakin tinggi target, maka rasa lelah akan terkristalisasi dalam keringat bercucuran, otot tegang, dan kadang keseleo yang tak berujung. Demam tinggi adalah bentuk lelah dari tubuh yang terus memperbarui ketahanan agar tak mudah dehidrasi.

Dendam adalah bentuk kelelahan hati yang tak cerdas memaknai setiap pertikaian yang selalu terjadi, formasinya selalu sama, setiap kejadian yang menyulitkan hati akan terjawab dendam yang menguras kelelahan, bila selalu saja tak memakai baju baik sangka.

Bila lelah terakumulasi dalam sangka maka akan lahir rasa tanggung jawab, dendam berubah menjadi damai, frustasi berubah menjadi harmonisasi, pada akhirnya lelah adalah bentuk yang sangat normal sebagai manusia biasa.

Lentera pagi

Sejenak mengirim sumpah atas nama kepercayaan dunia. Dimana gerangankah secuil kemesraan yang hadir di pelupuk mata. Mengorbankan segala hiruk pikuk keduniawian dan mengalahkan rasa gentar untuk sombong pada penciptaan ego yang dapat meluluhlantakan sebuah negara.

Peluh jadi daki bila tak rajin menggosok di waktu mandi, perasaan menjadi tumpul bila selalu memandang peristiwa dengan logika yang terbatas. Langkah menjadi tersandung bila mata tertutup oleh candaan yang menghina.

Hanya Lentera yang punya hak preogratif sebagai salah satu penerang dalam gulita. Dapat merobek malam seperti sayatan yang tak bertuan. Bahkan Ronin punya kesempatan untuk mendapat lentera, meski sang majikan telah terbunuh lebih awal.

Lentera semacam Boomerang yang dapat menetralisir kesempatan yang hilang, dapat meluncur kembali. Walaupun gerakan Boomerang tak selogis yang kita pikirkan. Lentera adalah logika terbalik dari peristiwa sehari-hari. Dia tidak hanya bercahaya tapi berharap ketika tak punya kesempatan untuk bercahaya.

Minggu, 06 Januari 2019

Novel Frans Maki

BAB 6
Kelereng Besi 
Lanjutan

Bang Aris tak percaya kalau tembakannya meleset. Kepongahannya sekarang berada di tanganku. Jakunnya terlihat naik turun, kedua bola matanya menyiratkan kecemasan, baru kali ada laju kelereng besi tak berhasil merengkuh keberhasilannya.

Frans mengelap jarinya yang berkeringat. Nasib permainan selanjutnya adalah tinggal menunggu moment. Kalah dan menang adalah hal yang biasa, bila permainannya adil. Sejauh ini, sejarah perkelerengan telah tecoreng oleh permainan bang Aris yang menggunakan kelereng besi sebagai gacoannya.

Sebuah tembakan terakhir akan melanjutkan permainan berikutnya jika Frans berhasil membidik dua kelereng terakhir. Hari, Jidon, Tama, Nur, dan Ara memberi semangat. Konsentrasi dimulai, Frans tak ingin buru-buru menuntaskan permainan, Frans ingin mengaduk-aduk emosi bang Aris seperti yang sering dilakukannya kepada kami. Frans menarik nafas dalam-dalam, tembakan pertama dilesatkan dengan konsentrasi penuh, hasilnya kelereng mampu membidik dengan tepat, satu kelereng menjadi miliknya. Frans kembali fokus, tembakan kedua dilesatkan, hasilnya luar biasa, bidikannya tepat. Bang Aris tak percaya, posisinya terancam. Permainannya mungkin akan berakhir. Sebuah peraturan lama, kalau pemain terakhir dapat membidik kelereng terakhir maka pemain tersebut punya hak untuk "membunuh" lawan terlebih dahulu, bila meleset masih punya kesempatan berkali-kali bila musuhpun tak jitu menembak pemain terakhir. Frans menembak terlebih dahulu, hasilnya nihil, kelerengnya hanya menembus angin, kelereng besi tak bergeming. Bang Aris kembali dengan kepongahannya, walau begitu kenapa Bang Aris diterima ketika bermain, itu rasa khawatir kami mendapat hal-hal buruk darinya.

" Permiananmu akan berakhir Frans." Kata bang Aris.

" Belum tentu." Sewot Frans menjawab."

Senin, 31 Desember 2018

Novel Frans Maki

Bab 6
Kelereng Besi 
Lanjutan

Pertarungan kelereng tinggal Frans dan bang Aris. Frans merasa khawatir kalau kelerengnya tak bisa diatur, malah akan merugikan diri sendiri. Ada empat butir kelereng yang jadi target tembak. Giliran bang Aris yang membidik, jemarinya yang kukuh mampu melesatkan kelereng besi seperti kapas. Bidikan pertama bang Aris mampu merenggut dua kelereng sekaligus tanpa kesalahan. Frans menahan nafas. Hari, Jidon, Tama, Nur, dan Ari menatap Frans tegang.

Bidikan kedua, bang Aris tersenyum sengak, lagaknya tengik, kantong celananya penuh biji-biji kelereng. "Kau sudah siap untuk kalah Frans." Kata-katanya mengintimidasi.

" Kita lihat saja nanti." Jawab Frans mencoba menguatkan diri.

Senin, 24 Desember 2018

Tetap Berpijak

Ketika angin memanggil dengan kencang. Tak tahu arah kami melangkah.
Air membuncah tak tahu arah. Ia hanya jalankan perintah. Sekejap pecah berubah tumpah tangis dan nelangsa. Nafas tercekat, badan lunglai, mata nanar mencari cahaya kehidupan.

Selesai jalankan perintah. Air kembali ketempat asalnya. Berombak tenang seperti tak terjadi apa-apa. Sekali lagi Ia hanya jalankan perintah.

Sekejap porak-poranda. Semua fasilitas manusia rata mencium tanah. Nafas kembali membumbung, ada harapan sunyi.

Tetap berpijak meski sahabat karib terbujur kaku membisu. Semua kematian mestilah jujur akan ada masanya. Awal dan akhir, Allah yang tentukan. Mestilah berpijak pada rasa baik sangka kepada pemilik Air, Ombak, dan angin.

Ketika manusia tak lagi ingat pada tumpuan di mana ia berpijak. Mestilah berdoa sampai langit tujuh sana. Ada kekuatan yang memberikan keteguhan, kewarasan, dan pikiran yang nalar. Musibah adalah cara Allah "menegur" setiap insan agar tetap lurus, bijak, adil, memperlakukan dan menghormati alam.

Tetaplah berpijak meski dengan sisa tenaga yang ada. Badan remuk tulang nyeri. Tetaplah tegar meski kehilangan tumpuan terkasih. Setelah kesulitan ada kemudahan, setelah gelap terbitlah terang.

Sabtu, 15 Desember 2018

Novel Frans Maki

Bab 6
Kelereng Besi 
Lanjutan

Permainan kelereng segitiga dengan garis melintang sepanjang 10 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan. Tapi makin jauh garis lemparan biasanya makin menantang. Kami meletakan dua kelereng masing-masing di dalam garis segitiga yang saling terhubung.

Hari, Jidon, Tama, Frans, dan bang Aris sudah memegang masing-masing satu Kelereng sebagai kelereng pemukul. Bang Aris melempar duluan, dengan kelereng besi bang Aris melemparkan dengan anggun seperti biasanya. Senyum licik selalu dia pasang untuk mengintimidasi kami yang menggunakan kelereng biasa. Lemparan bang Aris tepat mengenai tengah segitiga hingga 4 kelereng langsung terlempar keluar dan otomatis menjadi milik bang Aris. Kami berempat saling menatap. Gentar seperti biasa. Frans melempar kelerengnya dengan secermat mungkin. Di susul dengan Hari, Jidon dan Tama. Aro dan Nur melihat kami dengan cemas. Lemparan kami berempat tak ada yang bisa memukul kelereng dalam garis segitiga.

" Kalian akan kalah seperti biasa." Senyum bang Aris mengejek.

Selasa, 11 Desember 2018

Novel Frans Maki

Bab 6
Kelereng Besi 

Frans membawa tiga butir kelereng yang dibawanya dari rumah sisa pertandingan ponces (main gundu dengan beberapa orang dari 3 sampai 5 orang bahkan lebih) di sekolah. Soal kebiasaan dan cepat beradaptasi dengan kondisi, maka Frans dan teman-temannya tak kesulitan untuk berkumpul dalam satu titik dengan kecepatan rata-rata. Seperti siang ini selepas sekolah, setelah makan siang dan sholat zhuhur kami sudah berkumpul di bawah pohon Dukuh. Ada tanah lapang yang landai sedikit berlumut hingga memudahkan kelereng meluncur dengan kecepatan yang maksimal.

Kami duduk melingkar beralaskan sendal jepit, atau menggunakan daun kering pohon Dukuh yang banyak berjatuhan tak pamit. Jidon membawa sepasang Marmut Hitam yang masih jarang terlihat di pasaran anak-anak seusia kami. Hari membawa sepasang Burung Merpati lengkap dengan kandangnya. Biasanya selepas bermain gundu sepasang Burung Merpati itu akan dilepas. Nur dan Tama yang selalu berpakaian bersih membawa robot-robotan yang di belikan ayahnya di Jakarta. Sedangkan Frans dan Aro membawa Seekor Jangkrik jantan lengkap dengan kandangnya.

Minggu, 09 Desember 2018

Sabtu, 08 Desember 2018