Senin, 24 Desember 2018

Tetap Berpijak

Ketika angin memanggil dengan kencang. Tak tahu arah kami melangkah.
Air membuncah tak tahu arah. Ia hanya jalankan perintah. Sekejap pecah berubah tumpah tangis dan nelangsa. Nafas tercekat, badan lunglai, mata nanar mencari cahaya kehidupan.

Selesai jalankan perintah. Air kembali ketempat asalnya. Berombak tenang seperti tak terjadi apa-apa. Sekali lagi Ia hanya jalankan perintah.

Sekejap porak-poranda. Semua fasilitas manusia rata mencium tanah. Nafas kembali membumbung, ada harapan sunyi.

Tetap berpijak meski sahabat karib terbujur kaku membisu. Semua kematian mestilah jujur akan ada masanya. Awal dan akhir, Allah yang tentukan. Mestilah berpijak pada rasa baik sangka kepada pemilik Air, Ombak, dan angin.

Ketika manusia tak lagi ingat pada tumpuan di mana ia berpijak. Mestilah berdoa sampai langit tujuh sana. Ada kekuatan yang memberikan keteguhan, kewarasan, dan pikiran yang nalar. Musibah adalah cara Allah "menegur" setiap insan agar tetap lurus, bijak, adil, memperlakukan dan menghormati alam.

Tetaplah berpijak meski dengan sisa tenaga yang ada. Badan remuk tulang nyeri. Tetaplah tegar meski kehilangan tumpuan terkasih. Setelah kesulitan ada kemudahan, setelah gelap terbitlah terang.

0 Comments:

Posting Komentar