Sabtu, 08 Desember 2018

Nyanyian Bintang

1. Mozaik Pertemuan
2. Mozaik Rencana
3. Perjalanan ke Angkasa
4. Sepatu
5. Makan malam pinggir jalan
6. Wartel Fathullah
7. Sang Penguasa
8. Helm Full Face
9. Rumah Sang Lurah
10. Lari Pagi
11. Belanja ke Kota
12. TPA Malam
13. Berburu
14. Tenda Darurat
15. Ronda Malam
16. Kerja Sosial
17. Cinta Tidak Buta
18. Lalu Lintas Perasaan
19. KBM yang konyol
20. Nyanyian Bintang
21. Bukan Dewa
22. Tumpul
23. Lomba
24. Bentrok Sinyal
25. Menuju Puncak
26. Napak Tilas
27. Sayonara

Novel Frans Maki

Bab 5
Kopi Anjing 
Lanjutan

Frans menoleh kebelakang sekali lagi untuk memastikan kalau benar sebuah suara telah memanggilnya dengan keras. Seorang teman lalu menyembul dari balik kerumunana pohon pisang. Senyumnya mengembang, Frans lega karena bukan hantu siang bolong yang ingin menyapanya.

" Rupanya kau Don, ku Kira hantu siang bolong" jidon merasa senang, karena sukses membuat Frans takut, bingung, dan culun.

" Kau takut ya." Cetus Don, sambil mengunyah buah Kopi Anjing yang seger.

Senin, 03 Desember 2018

ALDINO

Tregedi Pematang Sawah
Lanjutan
Aldino melihat Kanan dan Kiri sebagai prosedur manusia normal. Ada yang aneh dengan bulu kuduknya. Hujan sejenak berhenti dan berganti dengan lemparan batu yang mengarah kepada Frans.

"Hei!, Kau berhenti!". Sebuah suara tanpa wujud memanggil nama Frans.

" Jangan hancurkan pematang sawahku!, Teriakannya kembali membuat remang-remang bulu kuduknya."

Aldino terus saja berlari dan sampai di hutan tebu. Aneh. Anto sudah sampai duluan dan sedang duduk santai mengunyah daging tebu.

" To, Kita tinggalkan tempat ini. Ada yang aneh tadi di belakang."

" Duluan saja. Tak ada yang aneh."

Jumat, 30 November 2018

AlDINO

Tregedi Pematang Sawah

Satu jam memancing, hasil lumayan cukup banyak. Ada ikan Sepat, Lunjar, dan beberapa Udang. Buat makan malam rasanya sangat nikmat dengan sambal mentah. Terakhir segelas teh panas hasil racikan orang-orang tulus di negeri aman.

Hujan turun tiba-tiba, deras sekali. Sampai susah membedakan antara umpan dimakan oleh ikan, atau gelombang guyuran hujan

" Dino, Kita pulang yuk." Anto berteriak diantara derasnya hujan.

" Bentar."

" Apa hujan telah menenggelamkan sebagainya akal sehatmu. Kau tidak ingat kisah bulus yang keluar di saat hujan deras." Ancam Anto

Selasa, 27 November 2018

Novel Frans Maki

BAB 5
Kopi Anjing

Pulang sekolah pukul satu siang lewat sawah yang terungkap kejelian untuk memaknai setiap jengkal kehidupan. Frans berjalan tanpa teman-teman akrabnya. Frans memang lebih suka sendiri daripada beramai-ramai. Kesendirian adalah kebahagiaan baginya. Kadang kala keramaian membuatnya bingung untuk menentukan peran. Kecuali bermain bola kampung, Frans Tak pernah menolak, bahkan beberapa kali Frans mencari teman untuk beberapa posisi penyerang. Baginya punya lebih sedikit teman setia akan lebih menguntungkan dari banyak teman yang mencederai dari depan dan belakang.

Langkah Frans terhenti ketika melihat orang-orang sedang memanen padi dengan cara tradisional. Mereka sangat bersemangat.

Senin, 26 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut 
Lanjutan

Frans merinding ketika mendengar langkah aneh yang terdengar hati-hati. Ayahnya disamping memberi kode agar diam tak bersuara. Mereka berdua sedang bersembunyi di balik semak tak jauh dari kandang Marmut. Seorang pemuda tengah menjulurkan tangan kanannya ke dalam kandang. Suara Marmut yang terintimidasi membuat Frans tidak sabar untuk berteriak. Tapi wajah ayahnya mencegah untuk melakukan hal konyol. Wajah sang maling tertutup oleh kain sarung, kedua matanya saja yang terlihat. Tangan kirinya memegang senter panjang untuk menerangi langkah tergesa-gesanya.

Seekor induk jantan sudah ada di genggaman tangan maling itu. Frans memasang wajah melas kepada ayahnya. Tapi ayahnya mengisaratkan untuk bersabar. Jari telunjuknya dirapatkan pada bibir.

" Hei Kau!, Mau dibawa kemana Marmut itu, dasar maling norak!"

Maling itu kaget dan panik, langkah seribu di lakukan tanpa memikirkan hal yang lain.

"Kenapa nggak dikejar ayah, maling itu kabur!"

Suara erangan terdengar keras. Mereka berdua lari ke sumber suara, jebakan yang dibuat oleh ayah Frans mengenai sasaran. Sampai di area jebakan maling itu bisa kabur, meninggalkan Marmut Jantan yang depresi. Ada bercak darah yang tertinggal, tapi Frans dan ayahnya tak menulusuri jejak itu sampai ke tempat persembunyian. Frans mengambil Marmut Jantan itu hati-hati. Lalu pulang diikuti ayahnya dari belakang.

Senin, 19 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut
Lanjutan

Malamnya Frans Maki terjaga dari lelapnya tidur. Langkah kakinya yang semangat membanggakan ayahnya yang sedang mendengkur keras. Frans tidur satu kamar dengan adiknya. Ketika tangan Frans menyentuh tubuh ayahnya yang letih, yang terbangun malah ibunya sendiri.

" Kenapa, Kau takut, atau adikmu ngompl lagi." Ibunya berkata sambil menahan kantuk."

" Ngga, Frans ingin ngajak ayah Ronda."

" Ronda?, Untuk apa. Apa Kau takut kehilangan Marmut lagi."

" Lebih dari itu bu, Marmut itu terlalu lucu dan sangat biadab ada yang berani mencari."

" Kenapa kamu bicara kasar, sudahlah tidurlah.

" Ada apa Frans?, Kau mengganggu jam istirahat ayah?" Ayah Frans terbangun.

Jumat, 16 November 2018

RINDU AYAH

Gemetar tangan ini menggenggam aura ayah yang tengah dalam perjalanan ke Riau menggunakan Kapal Pelni dari priuk.

Wajahnya keras tiap kali berlayar. Jalannya khas timbul tenggelam suara sendal sepatu.

Tiga hari sudah berlalu. Ayah mungkin sedang menulis surat untuk mengabarkan selamat sampai tujuan.
Ayah, Frans di rumah menunggu tahun depan...

Rabu, 14 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut
Lanjutan

Frans kecil tak menyerah. Kedua induk Marmut yang masih gemetar tak membuat langkah Frans canggung. Semangat membara bercampur sedih melihat bola mata induk jantan dan betina yang tampak berkaca-kaca kehilangan anak semata wayangnya hilang tanpa jejak.

Pagi yang masih berkabut tak menyurutkan langkah dingin Frans untuk mencoba bergerak menyusuri semak-semak rendah yang berjarak tiga puluh langkah dari rumah. Setiap jengkal dia amati betul kalau ada tetesan darah, bulu, atau sisa kaki yang masih segar.

Matahari menghangat ketika langkah Frans kecil menjauh dari rumah sejauh seratus langkah. Bola mata Frans menangkap satu sudut semak yang terlihat ganjil. Sisa bakaran yang masih hangat, ada asap mengepul dari balik tumpukam kayu khusus yang bisa dibakar ketika basah. Frans mengambil posisi jongkok untuk memastikan keganjilan dapat tersimpulkan melalui pengamatannya.

Beberapa jengkal dari Frans jongkok ada beberapa bulu yang dipaksa untuk mengelupas dari tubuh mungilnya. Bercak darah menempel pada daun yang berembun. Air mata meleleh manakala melihat kepala Marmut yang terpisah dari tubuhnya. Keempat kaki mungilnya berserakan di dekat kepalanya. Dadanya naik turun melihat kebiadaban yang terpampang jelas.
Tangan kanannya mengepal keras lalu sambil berteriak memukulkannya ke atas tanah. Tangan kirinya memegang bilah bambu yang sengaja diserut untuk memanggang Marmut yang baru berusia belia oleh pencuri misteri yang pengecut.

" Kau kenapa Frans!"

" Lihat,ada yang begitu kejam memanggang Marmut kecil ini Ayah"

" Jangan terlalu cepat kita menyimpulkan. Nanti malam Kita Ronda, yang kamu simpulkan betul atau tidak."

Frans melangkah meninggalkan tempat eksekusi yang menyebalkan. Ada angin jahat yang menyelusup menampar-nampar, hingga menimbulkan aroma dendam kesumat.

Selasa, 13 November 2018

RINDU AYAH

Ayah, maafkan anakmu ini yang jarang telphone. Untuk telphone saja ku berusaha keras agar bisa.

Aku Tak pernah menyalahkan ayah, yang saat ini belum pegang hp canggih.

Kusisihkan gaji ku untuk dapat membelikan Hp untuk ayah

Aku rindu ayah, suara ayah yang sengau. Aku ingin bersenda gurau dengan ayah seperti dulu.

Yah, ku ingin buatkan novel untuk ayah. Mungkin Tak sebagus karya Andrea Hirata. Tapi tetap akan ku buat. Janji ya yah...agar ayah dapat membaca novel berisi tentang ayah.

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut
Lanjutan

Hari ahad adalah Hari yang ditunggu-tunggu oleh Frans. Marmut yang Makin besar makin menggemaskan saja. Setelahnya sarapan bubur merah Frans keluar dengan alas sandal jepit. Tanah masih lembek karena diguyur hujan semalam. Hati- hati Frans melangkah ke kandang. Jarak dua meter menuju kandang mata Frans membulat ada banyak jejak telapak kaki Anjing yang membekas pada permukaan tanah. Debar jantung betul hingga telapak tangan Frans berembun.

Sebagai laki-laki yang tercelup oleh tanggung jawab, maka ku langkahkan kaki menuju kandang. Rasa curiga berbalut takut akhirnya terjawab, keberadaan Marmut yang sedang tumbuh besar it tak diketahui rimbanya. Hanya ada dua induk yang sedang ketakutam bersembunyi di balik rumah kayu mungil. Beberapa jam yang lalu mungkin seekor Anjing tengah mengintimidasi di bawah guyuran hujan. Lutut Frans gemetar mencoba berpikir logis. Karena tak ada bercak darah atau bulu yang tertinggal.