Rabu, 04 Oktober 2017

Gempar 3

Peristiwa gempar memimpin sholat berjamaah secara konyol dan tak sesuai dengan cara sholatnya Nabi Muhammad Saw menjadi perbincangan panas sepanjang orang berkumpul. Baik di warung, pasar, kebun,pengajian, tukang ronda, kuli pasar, para karyawan pabrik, PNS berbagai profesi, bahkan tongkrongan anak-anak pulang sekolah.



Bagi Gempar(akal sehat),Perbincangan mengenai dirinya terasa sangat menyiksa, lahir dan batin. Kadang kala Gempar berpikir untuk menjadi Gempar(lost control) saja, dari pada menanggung perasaan bersalah seumur hidup.

" Hai anak muda sudah cukup!, Tiga jam lagi sholat dzuhur, kakek tidak ingin tertinggal jamaah."

" Sudah cukup jengkolnya kek!"

" Iya, sekarang kau turun. Kita sama-sama kumpulkan jengkol-jengkol ini, lalu kita bawa ke rumah kakek."

" Kita kek, kakek aja kali."Gempar bercanda.

" Kau bisa bercanda juga (kakek tertawa). Cepat kau turun!"

" Iam Coming, grandpa"

Kakek tertawa, tapi hatinya menangis, sepuluh tahun yang lalu kakek kehilangan partner hidup. Seorang istri yang baik. Memiliki penyakit epilepsi yang sekarang hingga pada pemuda itu, Gempar.

Empat puluh lima menit gempar dan kakek sudah berada dirumah kakek tentunya. Dua karung besar berisi jengkol muda yang akan dibawanya ke pasar. Gempar sendirilah yang memanggul dua karung jengkol di atas bahunya. Peringatan dari kakek berlalu begitu saja tentang bahaya memaksakan diri.

" Kit berangkat anak muda, naiklah. Kita gunakan delman agar menghemat waktu."

" Let's gooo, kita berangkat kek?, Tak ada angkot delmanpun jadi."

Mereka berdua tertawa. Tertawa dengan cara yang berbeda. Sejarah tentang kemanusiaan berawal dari sini.

0 Comments:

Posting Komentar