Minggu, 01 Oktober 2017

Gempar 2

Setelah diusir dari mushola. Gempar berjalan kaki menuju suatu daerah yang banyak ditumbuhi dengan pohon jengkol.

Gempar melihat dirinya tak begitu dihargai. Penyakit epilepsinya membuat dirinya sering melakukan kesalahan di luar kontrol dirinya.

Pohon Jengkol banyak tumbuh di sekitar tempat istirahatnya. Seorang kakek masih cekatan memetik buah jengkol dengan galah yang panjang, di ujung galah diberi pengait untuk memutuskan ranting berisi kumpulan jengkol-jengkol muda.
Gempar mendekati kakek yang sedang diatasi pohon yang tingginya delapan meter dari permukaan tanah.


"Apa yang kakek sedang lakukan!"

"Tentu saja memetik jengkol, kau tahu anak muda akhir-akhir ini kakek cepat lelah dan letih."

"Sebuah pertanda kek?"

"Maksud anak muda."

"Kematian, sebuah kematian kek."
" Hati-hati kau bicara, hahhh, tapi kau benar juga. Kakek tak pernah melihat kau di kampung sini, kau dari mana."

" Orang menyebutku si Gempar, saya tidak tahu dari mana saya berasal, saya memiliki penyakit aneh, orang menyebut epilepsi."
"Bicaramu sangat santu. Sekarang kau bisa menggantikan kakek untuk buah jengkol."

"Tentu kek, akan saya lakukan, berapa banyak yang ingin kakek petik?"

" Sebanyak mungkin."

0 Comments:

Posting Komentar