Sabtu, 31 Mei 2025

TIGA RATUS MILYAR GALAKSI

Lihatlah kawan...

Mereka bangun pagi

Membasuh muka, sarapan, lalu pergi-pergi

Tiga ratus milyar galaksi

Bima sakti salah duanya

Dua ratus lima puluh milyar bintang dalam bima sakti

Matahari salah duanya

Dunia...

Tidaklah lebih besar dari butiran pasir

Manusia, mahluk kecil penghuni bumi

Setiap orang...

Mati dikubur di lubang kecil bumi

Jika tidak mati muda

Akan kepayahan dalam tua renta

Hari, bulan, dan tahun telah berlalu

Lupa, kita tak pernah bisa menolah tua

Lupa, yang muda merasa lalai, usia tua masih lama menjelang

Mereka lari dari kenyataan, kebanyakan

Jeruk manis membusuk

Apel juga...

Kecantikan, ketampanan, juga memudar

Kulit menipis, kemudian mengendur

Bagaikan lumpur kering

Kencang di usia muda

Keriput di usia senja

Semua tampak mengerut

Pelan-pelan...

Lalu mati

Lalu dikubur

Lalu sendiri

Sepi...

H. Y

Jumat, 30 Mei 2025

RUANG TUNGGU

berderet kursi-kursi panjang

mesin tik memukul-mukul sepanjang

seorang ibu terjebak

dalam rentang

menguar bebauan dari mesin pabrik

tenggelam dalam hutang menumpuk

jeda berkisah untuk harap

jendela-jendela usang

ruang tunggu tembok coretan

pasien teguh menunggu dokter lembar uang berkeringat dalam genggaman

keluar melepas beban

Kamis, 29 Mei 2025

Pohon Sirkus

pohon sirkus menjuntai mengawal

menjajah jalan sepanjang kelas

mengeja rasa semusim penuh

mengurai derai sepeluk rindu

pada waktu lengah yang sempit lagi tiris

lewat sedang kuah mia dalam mangkuk

lewat sedu tapi riak

jungkir balik lewat tatap

sebongkah dendam turun temurun

Rabu, 28 Mei 2025

DEMAGOGI

Tampak terdengar seperti pecundang!

Membisu dan kaku!

Tak berekspresi dan tak mau presisi!

Menjalari setiap peredaran kepala!


Bibir terkunci rapat

Seolah hendak rapat-rapat

Bersama wejangan yang hangat

Atau dalam dekapan rapat


Ia selemah-lemahnya keyakinan

Ia serapuh-rapuhnya pertahanan

Ia sekeropos-keroposnya pikiran

Ia setepo-teponya jalinan

Selasa, 27 Mei 2025

PERANG

Mereka melemparkan granat-granat yang mengeluarkan asap-asap

Kumpulan-kumpulan lari kocar-kacir

Bubuk-bubuk mesiu bertebaran memenuhi udara

Jalan bersemut bersepatu besi

Kebencian yang mendarah daging

Bahkan tidur dalam dendam

Makanan lezat hanya mampir ditenggorokan

Tak mengubah apapun

Istana putih itu gempar

Mereka menyalakan rokok bersama-sama

Menyundut bersama-sama

Puas dalam tawa

Pengorbanan menjadi titik perjuangan

Dimana darah tak lagi menakutkan

Ada iblis berlapis-lapis

Berbaju dan berjas menyilaukan mata

Ia berada dalam kamar yang gelap

Sedikit cahaya

Hatinya bahagia

Lapang dadanya

Sayap-Sayap Mengepak

Sebutir telur dipeluk hangat oleh bulu-bulunya

Kedua matanya tampak mengkilat

Kembang kempis

Mematuk sesekali pada lehernya yang jenjang

Ia enggan keluar, menikmati betul peranannya

Mungkin ia manahan lapar

Rela mempertaruhkan nyawanya

Meski lehernya terkoyak gigitan musang

Meski tak sempat ia melihat kelopak

Sayap-sayap mengepak

Langkah-langkah gembira

Paruh-paruhnya yang mungil

Pola Pikir dan Pola Tindak

BABAK 63
Asal bunyi, begitulah orang bicara. Saat pikiran belum sampai diolah ia akan berujung pada penghakiman yang tak berkesudahan. Selanjutnya pola tindak yang tidak beralas pada pola pikir, bisa serampangan tanpa memikirkan efek selanjutnya. Meski begitu, ada banyak hal yang bisa dilatih untuk menemukan ritme berpikir dan bertindak sama kuatnya. Jika belum bisa, maka pertajamlah pikiran agar nantinya bisa menjawab pertanyaan yang mengandung propaganda pikiran juga. Ada pembelaan dengan pembelaan lain, yang nantinya berujung pada ketajaman intelektual. Untuk selanjutnya biar kami cari sendiri formula yang bisa dijadikan alas berpikir lebih kuat dan tajam.

Ada baiknya mari merenung kebanyakan dari manusia kuat dalam pikiran dan minim pola tindak. Pada tataran ini keterbukaan pada kenyataan kegiatan agar nantinya bisa menyudahi kemalasan yang datang bertubi-tubi. Kemalasan yang terstruktur lebih membahayakan dari pada mager kerena situasi yang menghampirinya.

Agar pola pikir mempertajam gerak dan pola tindak memperbagus karakter, maka pikir-pikir apa yang perlu disiapkan dan tindak-tindak apa yang kudu di jaga. Karena konsiten menjadi jawaban atas semua pola pikir dan pola tindak. Lalu bentengnya adalah ada keselarasan Doa dan Usaha, wilayah yang sering terdengar bahwa usaha tidak menghianti hasil, kelimat seperti itu agar tidak menjadi 'cacat' iman, perlu dibubuhi kalimat setelah tangan Allah, usaha tidak menghianti hasil. Itu salah duanya. Bagian ini menjadi paradigma posisi agar cermat menempatkan mana wilayah pola pikir dan pola tindak. Ada saatnya porsinya pada pola pikir saja, mengerem pola tindak untuk sejenak. Begitu juga sebaliknya. Cekap Semanten.

Saat Guru Bercerita (4)

BABAK 61

"Itu motor hilang sengaja dihilangkan atau benar-benar hilang," tanya Bedil pada pemilik motor yang telah percayakan padanya hilang. Ia mangkir dari pekerjaannya sebagai satpam parkiran. Ia malah menitipkan pada salah seorang tetanggta sekolah. Yang bukan tetangga aslinya.

"Maksud bapa apa!" Ucap suami sambil menaikkan alisnya tinggi.

Senin, 26 Mei 2025

Malu Belum Baca Buku Apa

BABAK 62
Malu belum baca buku apa adalah Life Style yang jadi pola prilaku umum sebagai guru dan bukan guru. Sinapsis kepalanya selalu ketagihan dan menagih buku apa yang belum dibaca. Tidak hanya buku pelajaran yang dibawa kemana-mana, setidaknya di meja kerjanya ada satu buku yang perlu dibaca bukan hanya sebagai hobi semata, mengisi senggang, klangenan, tetapi membaca buku adalah sebagai paradigma kultural yang hendaknya dijadikan pedoman ketika menjadi seorang pendidik, meski ia bukan seorang guru. Membaca buku apa hari ini mutlak diperlukan untuk semua orang yang merasa berbudaya dan beragama. Ahli bahasa, ahli cerpenis, dan seterusnya. Membaca buku bukan sekadar ia lulusan sastra, tetapi ada persoalan yang lebih serius yaitu menguji nalar kritis seorang pendidik.

Proyek membaca bukan sekadar ranah linguistik, tetapi ia menjadi hidup dikepala setiap saat, dan pendidik seyogyanya menyadari. Tidak ada kata terlambat. Semuanya bisa memulai dari awal. Karena kadang kala karya bukan karena bentuk dan isi semata, tetapi situasi lah yang kadang membuat buku tersebut menjadi melegenda. 

Kidung 'Cinta' Para Pembalap

Dari Prancis Hingga Inggris.
Setelah Zarco bisa backlips di kampung sendiri dengan gaya tinggi di tambah senyumnya yang lebar, Zarco berhasil menyudahi paceklik ratusan hari tanpa podium. Dengan hampir 20 detik meninggalkan para pembalap lainnya, Zarci seolah menyatakan bahwa eranya masih berlaku, tidak perlu selalu terpusat pada Ducati, si merah yang selalu 'menyebalkan' ketika di lintasan lurus. Bagiku ini lebih banyang perang mesin, memang untuk mengebuli pembalap lain dibutuhkan skill rata-rata. Bagi saya, penonton, yang mulai mendengar nama pembalap Valentino Rossi dari seorang teman yang siarannya bisa nyampe, saat itu untuk melihat Rossi membalap, mungkin membutuhkan parabola. Lalu pernah sayup-sayup melihat para pembalap di satu koran olaharaga yang dibawakan seorang teman yang punya uang saku berlebih. Perkenalan saya dengan mereka bisa dibilang cukup lama, mungkin di tahun (94-95) saat saya duduk dibangku MI sambil rebahan di antara dua kakinya. Bukan nonton pembalap Motogp, tetapi nonton Motor Tril yang bisa terbang sana terbang sini.

Kembali ke Zarco, ia berhasil mempercundangi ducati lantara insting yang ciamik, berdasarkan pengamatan anak kampung sendiri, ia berhasil mengamati satu tanda cuaca. Iapun memutuskan untuk ban setingan hujan, keputusannya tepat, ia pun berhasil menjadi juara 1 dan meninggalkan pembalap lainnya yang sibuk untuk mengganti bannya. Sebuah intuisi cemerlang berkata latihan dan kerendahan hati.

Setelah Zarco mengukir jalan ceritanya, kini giliran Bezzecchi yang memahat namanya di podium satu, race inggris. Ia pun berhasil mengebuli ducati dengan caranya sendiri. Setelah puasa gelar, selama lebih dari 600 hari, ia pun menggeber motornya setelah tahu bahwa pembalap yamaha mengalami 'masala' dan bannya ngerem sendiri. Tararo pun mojok di satu satu sirkuit sambil dimotivasi oleh 'rekannya' yang paling penting murid-muridnya berhasil mengimbangi ducati dengan caranya, meski sama-sama membela ducati, saya pikir mereka punya misi pribadi yang tidak ingin diceritakan, setidaknya sekarang.

Saat Guru Bercerita (3)

BABAK 61

Sebuah cara adalah cara itu sendiri. Fikir itu adalah tindakan yang tak pernah terselesaikan. Apapun alasannya, alasan adalah cara terbaik untuk menyembunyikan keburukan dirinya sendiri, seperti gajah koma di akhir pekan karena tidak bisa mengenali ekor dan jejaknya sendiri.

Ia ingin menyapa sahabat pena, ada di nun jauh disana. Cara apa yang bisa sampai. Jika sayap bisa dibeli di toko, maka ia akan berencana membeli selusin sayap agar bisa berganti secara berkala. Lalu terbang melintasi udara luas, kotak-kotak kubus berasap, yang sesekali menggigil ketakutan karena pemerintah lupa memberi kupon sembako.

Ia berdiri dan menatap tusuk konde yang melingkar tegap tinggi sampai matahari tak leluasa untuk menyinari hamparan pasir panas.

"Kau kenapa Gaza, kota ini memang seperti tak ada harapan. Apakau kau setuju."

Suatu siang ia mendapati suara yang terdengar dari balik bebatuan hitam yang sering disinggahi singa pada malam hari.

"Sahabat penamu, bagaimana?"

Suara lain muncul dari arah angin yang menampar-nampar.

Mereka sibuk dengan apa yang mereka cari. Janganlah kalian mempermasalahkan sesuatu yang sudah disepakati.

Janganlah dicari-cari kesalahan. Masalah kita bukanlah yang itu-itu saja, darah kita lebih berharga dari apa yang mereka kira. Tak perlulah kita membuat semuanya lemah. Inilah yang membuat Tuhan mempecayakan tanah kepada kita semua.

Janganlah membuat kecewa.

Gaza mengangguk. Ia pergi menggendong tas mulai mengukur tembok raksasa, mencari jalan tembus peluru menghadang. Ia sibuk mengira-mengira, apakah mereka tak pernah takut tentang hari penghisaban.