Minggu, 08 Juni 2025

NERACA

BABAK 69
Lihat saja perbandingan kamu ketika masuk lembaga pendidikan dan menemukan dirimu dalam situasi yang membuatmu makin hari makin tak menemukan Apa yang sebenarnya kamu cari ketika menjadi guru. Sekadar profesi dari sekian pekerjaan sampingan yang membuat dompetmu makin menggembung sulit ditutup. Bahkan merusak retsleting mahal yang dibelinya dari dalam Mall ternama. Menghabiskan sebagain gaji yang kamu tunggu selama sebulan, dan kamu menghabiskan dalam ukuran menit di kasir yang mbanya selalu tersenyum S.O.P banget, dan itu sangat menyebalkan. Atau sekadar menghabiskan waktu-waktu luang karena kamu sudah mendapatkan sertifikat dari pemerintah dan membunuh pelan-pelan waktu terbaik dalam hidupmu. Atau memang kamu tertarik untuk menghimpun sekaligus membandingkan apa yang kamu nanti dapatkan dan yang nanti tidak didapatkan selama menjadi guru, begitukan neracamu sebagai seorang guru? lalu kenapa begitu memaksakan diri untuk menjadi guru?

Jawabannya ada pada dirimu yang memiliki neraca yang tersimpan diantara otak hati gerak tubuh dan juga tujuan hidupmu, semuanya akan membentuk neracamu apakah akan miring ke kanan dan ke kiri. Setiap hari neraca itu akan bergerak sesuai dengan apa yang ada dalam benakmu yang menjadi tujuanmu mengajar. Ia akan bergerak ke kanan manakala pengabdiamu pada pendidikan dan dunia ajar mengandung ketulusan tiada banding, jarum neraca itu akan bergerak menuju langit, semuanya yang dilakukan membawa pada kebajikan luar biasa yang tidak bisa diukur meski dengan ratusan gepok uang. Tak ada manusia yang tidak suka uang, tetapi uang bukan jaminan untuk membeli hak didik siswa yang mereka peroleh sejak bel berbunyi atau sejak jam pelajaran pertama berkumandang. Jika bergeser ke kiri, ada kemungkinan pundi-pundi dari lebelmu sebegai seorang guru dapat mudah dikeruk di lahan basar, yang kamu paling tahu dari mana sumbernya.

Neraca guru bukan soal hitam putih saja, tetapi wilayah abu-abu yang mereka munculkan di depan matamu ketika baru masuk kelas dan belum juga mengucapkan salam pembuka. Ada banyak hal yang mereka selundupkan ketika kamu mulai mengucapkan salam. Mereka mengantongi ribuan jejak pada dirimu ketika mengajar. Bahkan sidik jarimu menempela kuat pada sinapsis, neuron, atau memory jangka panjang. Mereka telah mengalahkanmu ketika kamu meresa telah memenangkannya. Itulah anak-anak didik sekarang yang memiliki kemampuan untuk membaca kebiasaan seorang guru di kelas.

Neraca yang terus hidup dalam sanubari seorang guru memudahkan dirinya untuk memindahkan alam bawah sadar secara berganti-ganti tanpa perlu mengganti peran, siswa akan membenci seorang guru yang begitu munafik dengan dirinya sendiri. Menempatkan diri pada kategori selalu benar adalah salah dua bukti bahwa seorang guru mestilah rendah hati di hadapan murindya, bukan untuk mendiskon terlalu banyak dan mereka bisa mengulitimu bagian demi bagian, tetapi satu misi yaitu kekuatan membujuk hati mereka dan menaklukan ego mereka yang sedang meluap. Setelah berhasil meringkus hati mereka, seorang guru dapat mengisi hati mereka dengan ketaatan pada tuhan, kepalanya dengan pengetahuna, dan fisiknya dengan kekuatan. Tiga hal tadi menjadi pilar-pilar asasi yang mesti disuntikan kepada setiap siswa didik. Semuanya dimaksukan agar timbangan tetap stabil tanpa menutup mata.

Sabtu, 07 Juni 2025

Gesture Ceremony

BABAK 66
Bahasa tubuh ketika mengajar merupakan salah dua kunci untuk mendapatkan ikatan dengan para siswa. Setiap siswa dapat melihat dengan jelas bahasa tubuh guru sedang memperlihatkan apa. Apakah guru sedang memiliki masalah di luar kelas ( keuangan, relasi antar teman, keluarga, atau dirinya sendiri). Hal itu dapat dibaca oleh murid-muridnya tanpa perlu pidato berbuih di hadapan murid-muridnya.

Tutur verbal akan terbawa oleh lapisan bahasa tubuh yang menyelimutinya. Tak perlu ditutup-tutupi semua itu bisa dirasakan oleh hati seorang murid. Apakah verbal seorang guru ketika memberikan pengetahuan sebatas pemenuhan kewajibannya sebagai seorang guru, sekadar memenuhi jam mengajar, dan lainnya, maka caranya menyampaikan layaknya penjual menjajakan barang dagangannya, kalau sudah laku ngapain repot-repot menanyakan barangnya awet atau nggak. Lain hal jika seorang guru menyampaikan ilmunya dengan bahasa tubuh ketulusan pengabdian seorang guru, 🔥 api tekadnya dapat terasa hangat sampai menyentuh hati yang paling dalam. Ada perasaan khusus yang sulit terucapkan manakala bahasa tubuhnya ketika mengajar bukan sekadar ceremony saja, tetapi lahir gerak tubuh, olah batin, seorang empu yang menyepuh keris agar ampuh dan tajam.

Gesture ceremony menawarkan kepalsuan yang akan retak sebelum gelas itu diisi air hangat. Bahkan retaknya bisa pecah sekaligus tanpa sentuhan kasar, pada titik berikutnya akan menimbulkan luka batin dan menyembuhkan perlu waktu yang lama. Maka, sekuat mungkin seorang guru meningkatkan kewaspadaan manakala berhadapan dengan murid-muridnya, agar gesture ceremoninya tidak terbaca. Caranya bagaimana, hilang framing pada diri siswa dengan label-lebel tertentu. Lalu bangun ikatan hati yang kuat antara guru dan murid, pada titik selanjutnya bangunan itu menimbulkan kekuatan untuk merubah diri pada diri siswa tanpa perlu lelah untuk terus melakukan pengawasan berlebih.

Setelah itu lahirlah perasaan mudah dikendalikan hasil ikatan hati yang kuat antara murid dan guru pada hal-hal yang berkarakter. Tanggung Jawab, disiplin, pembelajar, taat pada Allah dan Rosulnya, dsn segudang karakter lain yang bisa muncul ketika mengibaskan sedikit demi sedikit gesture ceremony dalam di seorang guru. Jika satu waktu guru terjebak pada gesture ceremony yang sulit terelakkan, maka itu ia anggap sebagai kebutuhan situasional.

Jumat, 06 Juni 2025

'Lagak' Guru Sebagai Seorang Detektif

BABAK 67
Doakan mereka ketika hati kalian sedang diliputi oleh kegelapan berburuk sangka. Dengan berdoa hati menjadi lebih bersih terbebas dari prasangka yang berlebihan. Sejatinya sedang mengikis semua keluhan yang sempat mampir dalam beberapa detik, menit, jam, bulan, bahkan mungkin ada yang bertahun-tahun. Semuanya tergantung pada hati yang besar, hati yang selalu melimpah memberi ampunan pada orang-orang disekitar. Apalagi sekitar itu adalah murid-murid yang pernah membersamai sewaktu mereka kecil, TK-SD-SMP. Hati mereka seakan hijau oleh bongkahan kasih sayang melimpah dari orang-orang dewasa-guru, orang tua, bahkan nantinya dosen-dosen mereka.

Berapa dari mereka seringkali membuat jengkel, entah itu sifatnya, tanggung jawabnya, sudut pandangnya, semua tampak mentah dan kolot. Ya mereka masih hijau soal-soal karekter, setidaknya dengan hati yang besar dan menularkan sedikit demi sedikit perasaan mereka tergugah dan mulai membangun karakter dalam kasadaran maksimal. 

Ia selalu mencari kontradiksi dan hati yang besar agar memungkinkan dirinya berpikir- untuk lebih banyaknya jeda diantara hal-hal yang tampak memusingkan. Seorang anak murid kedapatan 'menembak' perempaun teman satu kelasnya. Isi kepala seorang guru mengatakan: "bahwa rasa suka memang datang dengan sendiri tanpa pernah diminta, bagian elemen dari fitrah seorang laki-laki dan perempuan. Jeda saja dulu, katakan pada mereka. Saat ini kalian berteman saja, rasa suka itu fitrah. "Kalau pacaran nanti saja dulu" ada banyak hal yang bisa kalian lakukan tanpa perlu repot-untuk melibatkan diri dalam status pacaran. Isi kepala guru seperti berhak mendapatkan apresiasi secara sosial, tanpa perlu berkoar-koar kepada seluruh rekan gurunya.

Tindakan guru detektif memungkinkan dirinya berjalan seperti biasa, tidak cepat juga tak buru-buru dari guru yang lain. Tetapi pikirannya melangkah seratus kali lipat lebih cepat tanpa merendahkan orang lain dan selalu menolak kebenaran (sombong), berlimpah simpati tanpa melanggar kode etik dirinya sendiri, dan tidak dibutakan oleh mahkota reputasi, semuanya berjalan tampak wajar sesuai api tekadnya.

Sebagi guru yang detektif, selalu mencari sudut pandang yang lain. Beragam paradoks ia pelajari, ambiguitas ia simpan rapat-rapat, menyambut hangat siswa yang terlambat dan menanyakan kabarnya, menatap matanya tanpa tedeng aling-aling, menatap jahitan pada celanan yang benangnya yang nabrak warnanya, tanpa perlu menegurnya cepat-cepat. Karena kadang, membangung bonding antara siswa tanpa perlu 'berteriak' kencang-kencang. Guru hanya perlu menunggu di sudut mata mereka yang ragu, senyum yang malu, dan gerak yang kikuk, lalu pelan-pelan memdampinginya agar tampak teratur dan menuntun mereka (siswa/i) menemukan logika pikir sekaligus tindak pada tataran yang utuh.

Struktur pikir guru detektif selalu menemukan kebenaran pada seorang murid dimulai dari detil yang jarang disapa. Tas yang talinya rusak, warna bajunya yang pudar, bibirnya yang selalu tampak kering, dan bau tubuhnya yang sangit, pada mereka terdapat sejuta alasan yang bisa diambil sebagai panduan menentukan sudut pandang kebenaran, bahwa guru lebih pelan menunggu, tak perlu cepat-cepat memberi label malas, bodoh, bau, kusam, dan seterusnya.

Ia tampak tak tertarik pada murid yang bersalah-mencontek-, ia lebih percaya pada bagaimana menemukan kreatif pada dirinya dan membuatnya sedikit untuk percaya pada kemampuannya sendiri. Didaktik boleh, tetapi tak ada manusia di bumi yang tahan bila setiap pagi mendapat 'ceramah' terus menerus tanpa memberinya jeda untuk memikirkan tindakan yang sedang mereka lakukan. Ia lebih tertarik pada strategi apa yang cocok buatnya dan meningktakn setiap detil kemamapuan yang tersembunyi dari tiap siswanya. Ini cara berpikir detektif seorang guru yang hatinya besar.

Ini mengingatkan bahwa kesalahan tak selalu dimulai dari kesadaran melakukannya, tapi luka pengasuhan orang tua yang kerap diserapnya setiap ia berganti seragam. Juga dari ketidaktahuan bagaimana caranya memulai sebuah kegiatan. Bahkan tangisan adalah pintu terakhir dari kebingungan yang sedang melanda isi kepala, terkadang begitu. Luka pengasuhan yang sering kali keliru menimbulkan beban tersendiri bagi anak didik. Mereka seperi mendapatkan dunia baru, setelah besar oleh dunia lama (pengasuhan tanpa arah dari orang tua), hal ini terus tumbuh dalam diam, dan tugas guru adalah bukan hanya menebak isi kepala murid, tapi menguak selubung kepala mereka, dan pelan-pelan membuktikan kalau tindakanmereka keliru dan mengantarkan pada kesimpulan yang bisa mereka terima, setidaknya begitu 'lagak' guru sebagai seorang detektif.

Kamis, 05 Juni 2025

Predictable Plot

BABAK 68
Hari senin sebagian menganggap hari yang penuh tantangan. Ia mesti ditaklukan karena merupakan hari pertama masuk kerja (jika memang punya kerjaan) setelah libur akhir pekan, sabtu dan minggu. Atau bahkan liburnya dari kamis, jika ada kondisi khusus.

Tantangan berikutnya adalah perpindahan azam. Dari semangat menikmati liburan akhir pekan kepada semangat memulai aktivitas rutin yang telah menjadi alur kehidupan kerjanya. Semuanya tergantung pada respon spontan pada masing-masing guru.

Lazimnya guru akan memerangi kemalasan akhir pekan dan melawannya sekuat mungkin agar bisa masuk kerja di hari senin. Entah ada jam mengajar atau mendampingi kegiatan pagi saja. Semuanya dimaksudkan untuk mengawal api tekad seorang guru demi peserta didik dapat tumbuh sesuai yang dicita-citakan. 

Sebagian dari mereka memenangkan pertarungan dan mengkanvaskan kemalasan dan membuangnya dalam tong sampah. Sebagian lain, terpuruk dan kalah dalam pertarungan batin, dan pada pagi buta dia akan merencanakan maksud yang sudah bisa di perkirakan oleh para pengampu kebijakan. 

Serasa akan luput dari pengamatan dan merasakan sensasi kemenangan dari tugas harian seorang guru. Memilih meringkuk dalam kamar setelah meringkus empati dan memasukan api tekad seorang geru kedalam bejana kebodohan.

Keesokan harinya, ia mengatakan pada teman-teman beberapa alasannya. Temannya mengangguk, mau bagaimana lagi katanya. "saya harus mengkondisikan badan saya dulu" ucapnya, ini alasan yang sama saat tidak masuk kelas. Kepala sekolah yang tahu hal ini menatapnya pelan. "Alasanmu selalu sama" tapi kata ini tak pernah diucapkan. Ia tipe damai, tak ingin membuat kegaduhan. Seperti kegaduhannya keluar dari sekolah (berhenti) lalu masuk kembali setelah misi dari pemerintah berhasil ia bekuk dan memiliki selembar serifikat sakti. 

Pilihan itu selalu ada, bahkan yang paling buruk sekalipun. Membikin beragam alasan agar mangkir dari pengabdian adalah bukti kesetiaan pada pendampingan perlu dipupuk lagi agar subur dan rawan penyakit. Mangkir dari kerja pendidik adalah alasan yang klise membuktikan apa, ingin membikin suasana tak kondusif atau memang begitulah adanya. Tak ingin keluar dari zona lama, dan kembali membara menunjukan api tekad seorang guru, jika tak mau alur ceritamu sebagai seorang guru begitu mudah untuk ditebak. 

Mimpi Itu...

Mimpi pandang mimpi kelam

harap jadi buaian

melangkah tuju harapan

langkah kecil pun besar

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Kadang membuai

Kadang membuat senyum

Kadang membuat luka

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Harapan menjadi busur yang mulia

Besar kecilnya tergantung doa

Tuhan maha bijaksana

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Semua yang bernyawa menanti

Entah dunia

Entah surga

Entah neraka

Mungkin hanya sebentuk senyuman...

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Menjadi pelita, jika merenda sabar

Menjadi petaka, jika terburu nafsu

Semua hal bisa saja terjadi...

Rabu, 04 Juni 2025

SURAT DARI PARA KOMANDAN

dulu orang kaya jarang tersenyum

sebagai bagian dari prestise

sebagai akal bulus

menunjukkan siapa mereka

senyum rupa rupa

aib yang mesti dijauhi

jarak yang mesti di jaga

agar wibawa tak runtuh

meski wibowo mendapat surat

surat dari para komandan

tuk mundur dari jabatan

jabatan dari hasil blingsatan

gocek sana gocek sini

taruh harga sana sini

demi akal bulus

mulus tanpa cacat

demi kuasa demi harta

padanya serapuhnya timbunan

tak dibawa mati

mati meninggalkan nama

turunkan turunkan

mencederai kuasa

berak sekebon

janji tinggalah janji

HARAP TENANG ADA UJIAN

BABAK 66
Harap tenang ada ujian. Sebuah papan hitam berdiri di kursi berisi tulisan empat kata itu. Suasana seketika hening, angin berhenti berhemb
us, ketika papan hitam itu sudah beraksi dengan narasi hemat namun sakti.

Sekolah SMP Muhammadiyah 06 Kalidondang sedang mengadakan ujian. Papan hitam itu menjadi penanda siapapun yang lewat di depan sekolah harap menjaha etika (sopan dan santun). Bahkan penjual es goyang segan untuk membunyikan lonceng. Pedagang itu lewat begitu saja dan menunggu tekun di bawah pohon dadap persis di depan lapangan rumput sepakbola.

Harap tenang ada ujian menjadikan kabut hiruk pikuk berhanti sejenak. Para penduduk yang lewat di depannya hanya berbisik manakala ingin berbicara, bahkan untuk membuang ludah mereka urung, kira-kira seperti itu.

Seorang pelajar MI lewat di depan sekolah tersebut. Mereka sedang bercanda gurau dan menertawakan seorang temannya yang menginjak tembelek lancung. Seorang dari mereka mencolek bahu temannya. "Tenang, ada ujian, jangan berisik." Mereka berubah sikap, langkah mereka terlihat pelan, bahkan untuk sekadar tertawa mereka membekap mulut agar suara hanya sampai ditelinga mereka sendiri.

Aib jika merusak suasana ujian sekolah. Seorang pedagang bahkan tak lagi meneriaki anak-anak TK agar membeli barang dagannya, berupa balon-balon indah warna-warni. Ketika seorang guru menulis papan pengumuman ujian dan nongkrong diatas kursi, sejak saat itu mereka mulai menata diri agar otak, hati, gerak tubuh bisa membawa anak-anak yang sedang dapat mengerjakan soal-soal dengan lancar. Ujian sekolah bukan soal nilai saja, tetapi soal harga diri sebagai anak bangsa. Nyontek adalah keharaman tingkat tinggi setingkat kejujuran. Nyontek adalah perkara gaib, hanya manusia yang berkomplot dengan bisikan jin dan syetan yang bisa melakukannya.

Selasa, 03 Juni 2025

TERIAKAN DARI DALAM BUMI

Yang kita hirup adalah bongkah harapan agar mati secara terhormat

Yang kita tiduri adalah alas bumi kejujuran agar hati tetap lapang

Yang kita pijaki adalah ketuluasan agar mati dalam tenang

Yang kita makan dan minum bisa jadi rangkaian hasil keprihatinan, jika kalian muak dengan kata kesengsaraan.

Yang kita pakai, apapun itu bisa jadi hasil pengorbanan, jika kalian tak ingin menyebutnya sebagai tumbal.

Di seberang sana, orang meski melawan 'alam' agar bertahan hidup

Meski berates-ratus kali jasmaninya direnggut paksa

Lelehan air mata hanya menjadi tontonan yang memilukan

Mungkin hanya jadi aib, lemah di mata orang bersih.

Alam sesungguhnya tengah terseok-seok

Mempertahankan eksistensinya

Kencing mereka sembarangan

Hingga segala yang berair jadi comberan

Yang berakar dipangkas menjadi bonsai jutaan

Dari para otak yang duduk-duduk lama di meja kuliahan

Mereka menguliti otak kanan dan otak kiri

Yang ada hanyalah kekosongan

Di balik selimut yang nyaman

Ada sederatan luka yang menganga

Air mata yang selalu menetes

Darah yang tak berhenti mengucur

Air mata yang menetes untuk dunia

Seolah hanya tawa semata

Hanya ilusi yang terdampar

Pada jiwa yang miskin rasa

Minggu, 01 Juni 2025

Ucapan Perpisahan Dari Siswa

BABAK 65
kita pernah sebel-sebelan, benci, marah, dan saling tidak tegur sapa dalam waktu lama. Semuanya pernah dilakukan bersama, dan itu meninggalkan kesan yang mendalam bagi kita semua.

perjalanan menjadikan kita lebih kuat dan lapang dada, lebih bisa memaafkan dan sabar menjalani rutinitas, antara sekolah, teman, guru, dan meja belajar, semuanya membuat perjalanan itu semakin beragam.

Tidak ada pesta yang nggak bubar, begitu juga dengan pertemuan pasti ada perpisahan,  di hari yang spesial ini, mari rengkuh kembali semangat untuk memperbaiki diri dan belajar tiada henti, agar nantinya bisa berjalan meski kegelapan datang silih berganti. Bagaimana dengan sahabat, sahabat akan hidup meski kenangan terus melambat untuk diingat, kenangan akan hidup bila dirayakan dalam benak, dan abadi dalam buku harian. 

Kita pernah senang bareng, jalan bareng, makan mi instan bareng, kita juga pernah sedih bareng, sepatu rusak saat naik gunung, perbekalan habis padahal hari pertama ngecamp belum juga ganti hari. Suasana seperti bisa jadi terulang, tapi dengan teman baru, dan yang pasti semua itu tak bisa terulang kembali dalam memori yang sama. 

Meski begitu hidup harus terus berjalan. Kita akan bertemu kembali jika memang dipertemukan oleh situasi. Kita akan menjalani kelas-kelas baru, teman-teman baru, dan guru-guru baru, semua menandakan ada babak baru yang mesti kita lewati bersama. 

Ini adalah awal bukan akhir, ada banyak pengalaman menunggu di sana sembari menoleh kanan kiri adalah yang bisa dijadikan partner baru untuk mengerjakan PR, projek ilmiah, dan diskusi bersama. Perjalanan itu tidak berakhir hanya berhenti, sementara waktu terus berlalu. 

Perpisahan bukan sekadar melepas, tetapi juga mendewasakan, tidak perlu berlarat-larat sedih, tetapi belajar untuk terus tumbuh. Meski itu sulit, tetapi ruang kedalaman mestilah diselam. Agar nanti nanti kita bertemu dalam mode dan versi terbaik.

saat kelas 7, seorang guru bertanya dan kita masih menjawab dengan ragu. Padahal hanya memastikan kalau kita sudah siap atau belum. Pada diri kita muncul was-was, kalau nantinya akan kena 'hukuman.' Tetapi guru kita tidak pernah memberikan 'hukuman' hanya mengajarkan tanggung jawab. Apalah arti 'hukuman' kalau tidak mengajarkan tanggung jawab, disiplin, peduli, sabar, dan berbagi. 

selamat jalan teman-temanku. Semoga jalan terbentang untuk menapi cita-cita. Pupuk mimpi agar hidup indah meski terjal seringkali datang bertubi-tubi. 

Terimakasih guru-guruku, tanpamu apalah jadinya aku. Jasamu tak bisa kami balas. Semoga pelita selalu menarangi jalanmu. 


Jadilah Versi Terbaikmu

BABAK 64
"Maafkan kami ya Pak," begitu seorang Ibu berucap pada seorang guru di acara perpisahan kelas 9 pagi hari itu. Sementara bapaknya tersenyum pada guru itu sambil mengangguk pelan.

"Tak apa, lain waktu bisa diselesaikan hafalannya di jenjang lain (SMA PT)."

"Mungkin kurang fokus, dan tak banyak waktu pengulang."

"Saya sudah senang banget, putri Ibu memberikan kejutan indah di hari pelepasan."

"Tapi maaf ya, dia belum selesai tugas dari bapak."

"Hari ini putri bapak sudah menjadi versi terbaiknya, dan ini menjadi 'obat' bagi bapak, dan ini pencapaian terbaiknya."

obrolan itu berlangsung dalam hitungan menit. Obrolan dalam durasi singkat mengandung magnet perubahan tanpa perlu merasa besar hati dan sombong. Perubahan itu tidak perlu nuansa kesombongan, karena kesombongan itu akan melukai kebaikan yang sudah dibangun dengan susah payah. Perubahan itu mutlak diperlukan tapi tanpa perlu menggembar-gemborkan suasana pengakuan sana-sini. Itu tak perlu, bisa jadi akan mengurangi penilaian dari langit.

Mereka sedang membuktikan lewat gerak dan sikap yang kadang membuat sakit perut, pedih mata, kaki letih, dan air mata keluar. Belum keluhan-keluhan yang sering meninabobokan semangat yang telah dibangun lama, lalu runtuh begitu saja tanpa pernah untuk berpikir untuk menata ulang kembali. Itulah siswa remaja yang sedang beranjak dewasa, mereka akan melakukan yang bisa lakukan, sebatas itu saja tanpa perlu memedulikan hal lain dulu. Itulah fokus yang sedang mereka kerjakan dalam tahap yang 'kadang' membingungkan gurunya. Manipulasi sudah mereka kuasai sejak mereka berucap mamah-papah, itulah awal mula mereka mengenali jenih perlawanan dalam hal yang paling lemah sekalipun-itu ketika mereka masih bayi.

Tidak semua hal yang menjadi landasan dalam menentukan jenis kemampuan apa yang akan dimunculkan menjadi sesuatu mutlah untuk semua anak, mereka punya jenis kemampuan tertentu yang anak-anak lain belum tentu miliki. Modal yang mereka miliki pun berbeda. jadi tunggulah agar mereka mencapai versi terbaik mereka dalam rentang waktu yang tidak singkat.