Senin, 05 Mei 2025

Puisi Lapar

Sebait puisi menunggu makan siang 

Sembara duduk memilah menu 

Hanya satu menu tersaji

Nasi kosong lauk orek 


Hikayat senja sempat menatap 

Peluk erat haus mencekik 

Bulu Roma meremang 

Menahan lapar sambil terkapar


Dentuman masih saja bertalu 

Bahkan mereka lebih gila dari para iblis

Menguji kematian dari balik udara 

Menyeringai menepis nurani 


Sabtu, 03 Mei 2025

Agar Api Tak Membakar Kepala

Api yang membakar kayu, seperti itulah yang sedang diperlihatkan seorang pendengki. Ia tidak menghendaki siapapun memiliki kekuatan untuk 'menundukkan' orang-orang dalam cengkraman nya. 

Tampak berseri manakala datang seseorang dalam rumah orang tuanya, bukan rumahnya sendiri. Ia selayaknya sudah pisah dari rumah orang tuanya. Agar otak terus tumbuh, tidak makin kerdil layaknya bocil. Tetapi setelah 'tamu' itu pulang, mulailah otak reptilnya bekerja secara jor-joran. Membentak-bentak ibunya sendiri karena telah memberikan barang (makanan) untuk dimakan putrinya sendiri yang sekarang sudah punya rumah sendiri di Bogor. 

Perkara apa yang membuat isi kepalanya betul-betul reptil, mungkin otak monyet adalah jawaban untuk membungkam perkataan yang sering menyakitkan ibunya sendiri. Seorang Ibu yang menangis adalah puncak dari ketidakberdayaan menghadapi anaknya berkepala 40 tahun itu. 

Mereka para pendengki tidur, berak, mandi, makan, numpang dengan orang tua. Sudah punya anak punya istri, tetapi sikapnya seolah ia penguasa dirumahnya, ia hanya numpang kawan, sekali lagi numpang, tetapi wataknya kayak pemilik rumah. Orang tuanya kasihan melihatnya ngontrak, tetapi sendirinya nggak ngotak. Otak-otak lebih enak, lebih mentul, jadi daging, sikap kalian yang nggak lebih dari otak-otak, tumpul, idiot, autism, mereka orang-orang yang telah mengkerut otaknya, jadinya seperti itulah keadaannya. 

Maaf kawan, hari ini hari yang aneh, kalian bayangkan saja, ada anak sudah menikah, numpang sama orang tua, tetapi lagaknya seperti raja. Tetapi mereka bukan raja, mereka orang 'goblok' yang pernah kami jumpai. 

Selain kepada Tuhan sebagai tempat mengadu, jurnal (blog) inilah yang membuatku tetap waras, wajar, normal, dan tak terbesit untuk bertindak kriminal, untuk apa mereka hanya pantas disejajarkan dengan penghuni ragunan, oh maaf, penghuni Ragunan saja lebih mulia, mereka mahluk yang tidak punya dendam, hanya naluri untuk bertahan. 

Api yang membakar kepala, pendinginnya adalah memuntahkan pada blog ini, pada jurnal ini, jika bermanfaat ambilah, jika tidak, buanglah di 'tempat sampah.'

Salam Peace and Love, seperti salam para petinju yang hatinya seputih kapas. Raganya panas, tetapi kepala tetap dingin, agar isi kepala tidak mendidih, dan mata segar, semuanya dimaksudkan agar Api Tak Membakar Kepala. 


Jumat, 02 Mei 2025

Hati

Bertepi sekaligus mewarnai 

Jengkal muram perjalanan 

Bila tidak ditangkis perasaan mandiri

Pada masa 


Dalam tanpa bentuk 

Datar tanpa makna 

Bila hitam, hitam

Bila putih, putih 

 

Jembatannya padi akal 

Jembatannya pada Budi 

Gajah mati meninggalkan gading 

Manusia mati meninggalkan cerita 

Rabu, 30 April 2025

Sekali Waktu Di Tiang Pohon

 

BABAK 50

Seorang lelaki dari Bogor, menurut kabar orang. Sehari-hari bekerja sebagai pedagang kembang. Lelaki tua itu sering kujumpai ketika melintas di sepanjang jalan pondok benda. Wajahnya sebagian tertutupi topi biru lecek. Ada bopeng bekas cacar yang ada dibagian hidungnya. Ia kerap istirahat di warung Mpok Lela untuk sekadar minum kopi. Warung Mpok Lela juga menjadi terkenal karena sering memberikan utangan dengan bayar ntar-ntar. Jika sudah kebangetan utangnya ia akan menyediakan Ten tawar meski pelanggannya memesan kopi, para pelanggan mafhum dan lebih banyak menutupi wajahnya dengan topi legen nya.

Setelah itu ia menjajakan kembang nya pada rumah-rumah yang pintunya tampak terbuka. Sebagian meladeni sabar tawarannya, tak sedikit yang menutup pintu sebelum kata pertama keluar dari mulut pedagang kembang itu. 

Setiap sore ia kembali ke warung Mpok Lela dan duduk di bawah pohon asem ketika secangkir teh datang dibawakan. 

"Hidup kok begini ya Mpok?"

"Memang begini hidup sabar ya, Allah punya caranya sendiri melindungi hambanya." 

"Tuhan telah meninggalkan saya sejak lama."

"Hussh, ngomong sembarang, tak pernah Tuhan meninggalkan hambanya yang ikhlas."

"Aku benci hidup ini."

"Cintailah hidup ini, jiwamu akan tenang, usahamu akan berkah."

"Tak ada gunanya."

Satu pekan kemudian. 

Seorang pelanggan datang tergopoh-gopoh. 
"Mpok!, pedagang kembang yang biasanya pesan teh tawar mati gantung diri!"

"Dimana!

"Pohon rambutan! dekat gang mandor!"

"Ya Allah, kita kesana."

Sampai di sana pedagang kembang itu sudah banyak di tonton orang, aku benci sekali kenapa harus ditonton. Wajah pedagang kembang itu lebam biru lidahnya menjulur. Memakai kaos lengan panjang biru juga. 

Mpok Lela mendekati gerobak yang ditinggalkan. Ada baju seragam SD yang terbungkus plastik transparan. Ada tulisan "maaf yak dek, bapak nggak bisa pulang"









Selasa, 29 April 2025

Orang Tua Perlu Bangun Motivasi Bacakan Cerita Untuk Anaknya

BABAK 48
Setelah menemukan kembali tulisan surat dari Jim Trelease, sekarang berlanjut kepada tulisan Roosie Setiawan yang masih tergabung dalam Komunitas Read Aloud Indonesia. Tulisan ini masih dalam satu bundel kliping yang sama. Mari sejenak luangkan waktu untuk membaca tulisannya, sekadar 20 menit dengan renungan dan ketekunan.

Saya kira ini tulisan berada di tahun 2008, sama dengan tulisan surat dari Jim Trelease.

Ketika dilahirkan, sel otak bayi terdiri dari triliun sambungan (sinapsis) antar neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Disamping gizi yang baik, diperlukan stimulasi yang berkualitas sejak diri agar ini tersambung dan membentuk manusia dengan manusia cerdas intelektual dan emosional. Kualitas otak anak sangat ditentukan oleh empat tahun pertama kehidupannya, karena 50 persen pertumbuhan otak tercapai di usia 4 tahun.

Orang tua menyadari tugasnya, mengantarkan anak menjadi manusia tangguh dan gemilang di masa datang dan mau berperan terhadap keberhasilan anak, tentunya akan mencari stimulasi yang berkualitas.

Membacakan cerita yang dimulai sejak dini di mulai dengan posisi memeluk/mendekap, terasa kedekatan orangtua dan anak. Juga merupakan stimulasi yang berkualitas, karena anak sudah mulai belajar membaca melalui telinga dan mengasosiasikan membaca dengan hal yang menyenangkan, karena yang terdengar adalah suara orangtuanya yang sudah dia dengar ketika masih dalam kandungan. Ini menimbulkan suasana nyaman dan menenangkan. 

Ketika orangtua membacakan cerita mengandung pesan yang jelas bahwa orangtua hadir untuk anak dan perhatiannya khusus untuk anak. Sebaliknya ketika kita melihat ke mata anak, terlihat mata berbinar gembira dan merasa orang tua menjadi perhatian anak. 

Dengan mendengar orangtua membacakan cerita, anak belajar mengenai arti sebuah kata dan kalimat, belajar mengucapkan sebuah kata (kalimat) dan tulisan. Memperkaya perbendaharaan kata (vocabulary), belajar struktur sebuah bahasa buku dan dengan irama suara ketika membaca (intonasi).

Kata-kata yang tidak mungkin dipelajari melalui bahasa lisan dengan anak, dipelajari melalui buku-buku cerita yang dibacakan orangtua, juga pengetahuan, pengalaman yang didapat dari tokoh-tokoh dalam cerita menambah pengetahuan dan memperkaya pengetahuan si anak. Membacakan cerita sekaligus merupakan salah satu cara membuat anak siap belajar membaca nantinya. 

Membaca cerita merupakan 'hadiah terindah' yang bisa diberikan orangtua kepada anak. 

Anak merupakan 'reading role model' yang tak lain adalah orangtuanya sendiri. Orangtua yang mencintai anaknya dan dengan penuh cinta menyediakan waktunya untuk membacakan cerita untuk anaknya. Ini merupakan modal kuat untuk keberhasilan menjadikan seorang anak yang gemar membaca. 

If you are a parent you already have the major ingredient to infect a child with the reading bug-love. You love your kids and children love to be loved. 

Inject this into the reading situation and you Will succedd. 

( Paul Jennings-the reading bug-love and how to help your child catch it)


Senin, 28 April 2025

Hard On Your Self Easy On Other


BABAK 49

Ada kalanya mendidik diri dengan beragam latihan untuk mencapai satu skiil tertentu, harus mengobarkan sebagian usia dan waktu yang berharga. Pendidikan diri itu meliputi kemauan keras, kesungguhan berlapis, ketabahan sekokoh gunung dan seterusnya. Semuanya itu dimaksudkan untuk memperoleh pengakuan diri sendiri, bahwa kelak tak ada yang mengenali itu bagian dari sebuah perjalanan Hard On Your Self. 

Seorang bintang film ternama telah menghabiskan sebagian kehidupan untuk melatih aktingnya agar semua film memilihnya untuk menjadi aktor, ia tidak memberi celah pada dirinya untuk sekadar istirahat, menyeruput teh hijau sore hari dan mendengarkan kicau burung peliharaannya, semuanya dimaksudkan untuk memicu dirinya pada level berikutnya. 

Kepak sayap rajawali yang dilatihnya setiap pagi menjelang berburu, supaya nantinya bisa melesat mencengkram kepala kelinci dan membawanya jauh terbang dan mencabik-cabiknya untuk dua anaknya yang akan meneruskan masa depannya. Entah bisa atau tidak, pohon-pohon besar sekarang mulai tumbang dan ada keengganan untuk menanam kembali, akan ada hak pohon yang terus dikebiri sampai kapan, dan hak burung untuk hinggap juga seringkali terabaikan tak masuk list untuk jadi perhatian. 

Belajar dari semua itu, orang tua dan guru-guru sama-sama mendidik diri begitu keras agar tak mudah untuk melebeli orang-orang sekitar dan peserta didik dengan perlambang yang semakin melupakan jati diri yang di didiknya. Mereka yang belum mengalami latihan kehidupan begitu keras seringkali terseok-seok untuk mengukur apa yang diucapkan oleh orang tua dan guru-gurunya di sekolah. 

Seorang guru yang terbiasa mendidik dengan begitu keras, ketika siswanya menegus cara berpakaian, kepalanya terbiasa dengan latihan-latihan pertanyaan yang sering menyedot sebagian tidur malamnya, tak begitu mudahnya naik pitam. 

"Bapak celananya isbal?" begitu salah seorang siswi menegurnya. 
"Yang Isbal bila sampai...tahu nggak!, tahu nggak!, tangan kananya menunjuk siswi tersebut. Mereka menelan kekalahan begitu cepat. Kemampuannya memberi jeda adalah indikasi guru tersebut terlatih untuk menangkap isi pertanyaan siswinya. Bisa jadi bukan bermaksud untuk merontokkan kewibawaannya di depan muridnya, sekadar untuk membuka percakapan yang kerap kali gagal pada kalimat pertama. 

Keras pada diri sendiri juga pada orang lain. Dalam kondisi tertentu bisa jadi tepat, tetapi dalam situasi percakapan wajar antara seorang guru dan murid, ia perlu lemah lembut, agar pengetahuan tentang isbal tidak hitam putih, tetapi bisa memahami pada isi teks dan juga konteks. Hingga bisa melahirkan kalimat: "Sabar ya, semua ada kabiakannya, Allah tak menyiakan hambanya." aduhai indah sekali, ketika seorang Ibu menjenguk salah seorang kenalannya di rumah sakit. Ada pelukan ketika anak ibu itu yang berjenis kelamin laki-laki, lahir tak ada anusnya. Jika tak pernah Hard On Your Self, yang keluar kalimatnya bisa jadi: "Itu karena kurang gizi, jadi begitu." Yang ada berikutnya si Ibu makin berlinang air matanya. 

Lebih Dekat Dengan DUNIA Konseling

BABAK 49
Ada baiknya dalam keseharian sebagai seorang pendidik akrab betul dengan buku-buku psikologi. Entah itu ditulis oleh orang Indonesia atau orang asing. Semua itu bisa menjadi panduan untuk menertibkan logika pikir para guru juga bisa menuntut prilaku pada pola asuh yang diharapkan bersama. Mari coba simak bersama-sama. 

Langkah-Langkah Penyuluhan Sesi curhat berbeda dengan konseling. Curhat bisa ngalor ngidul bahkan ada unsur ngibul jika kepepet, kata si anu, anuan, bahkan pada kondisi tertentu menjadi ajang taruhan karena curhatnya sudah memasuki era non personal. Adu jotos mungkin yang dialasi oleh curhat berbau ngibul, isinya fitnah. Sudah selazimnya bahwa fitnah kadang lebih keji dari pembunuhan itu sendiri. Konseling, ia membutuhkan seperangkat aturan yang kedua belah pihak sudah sepakat. Ilmu pengetahuan menyebutnya sebagai metode, yang diarahkan pada si klien atau konseli mendapatkan satu kesimpulan bagaimana ia akan memperlakukan kehidupan nantinya.

Cara mereka berkomunikasipun beralas pada kesepakatan untuk mencari jalan keluar bukan memperumit masalah seperti yang terjadi sesi curhat, jika kebablasan. Muncul kemudian ghibah tak berujung jika curhat dibungkus oleh konseling. Yang dilakukan kemudian antara konselor sebagai wadah dan klien sebagai pemilik masalah sama-sama berperan pada tempatnya masing-masing.

Si klien (konseli) memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahannya yang rumit kepada konselor tanpa kecurigaan berlebih. Sehingga nantinya rintangan dapat teratasi, muncul pondasi yang kuat, dan kondisi psikis lebih tertata.

Dalam curhat minim sekali prosedur yang disepakati, bisa jadi ada loncatan tema yang berganti-ganti, misalnya sedang membahas si A yang sedang tanya tentang penyakit Panu pada temannya, coba saja berendam saja di kolam kutub utara. Sembuh nggak, tanya temannya. Nggak, mati iya, jawabnya. Hal-hal seperti tak bisa dielakan ketika curhat, jauh dari prosedur. Jika mampir dalam dunia psikolog, maka obrolannya dikenal dengan konseling yang tertata dan terukur sesuai tingkat kasusnya.

Mereka, para ahli dunia jiwa menyebutnya sebagai prosedur konseling. Meski sering terjadi dalam konseling kedua belah pihak sama sekali tak saling kenal. Kebajikan seorang konselor yang dimiliki membuat sekat-sekat emosi bisa hilang dalam hitungan menit pertemuan pertama, bahkan pada titik ekstrim sekat itu telah hilang saat mereka membuat janji, si konselor sudah memenangkan hatinya meski si klien belum mengutarakan kondisi jiwanya. Dalam prosedur, yang lebih enak disebut sebagai jalan atau langkah, di kepala terbayang apa yang dilakukan setelahnya dari kata; langkah, Jalan. Dari pada memakai istilah prosedur, kadang keterlambatan untuk memperlakukan kata tersebut, sebab ‘kerumitan’ nya, katakanlah seperti itu. Sedangkan konseling lebih akrab ditelinga sebagai penyuluhan, peran yang melekat pada dirinya ketika sedang konseling, lebih dekat dengan kata pembimbing daripada konselor. Ini memungkinkan terjadinya pembacaan dekatnya nantinya, jika teman-teman membaca buku bertema psikologi yang sering bertemu dengan banyaknya istilah psikologi. Sebagai pembaca buku psikolog sering tersandung kata-kata psikologi yang bertebaran di banyak psikologi. Langkah strategis kemudian, tak perlu menagih pada mereka (penulisnya) karena pembaca dan penulis punya jarak tertentu. Tugas pembaca adalah berpikir dan mencari istilah yang ‘menyebalkan’ dengan cara kalian masing-masing.

Mari kembali kepada bagaimana langkah penyuluhan itu dapat didekati dengan cara yang lebih sederhana, meski kadang ujungnya menemukan kendala dalam menerjemahkan apa maksud dari penulis tersebut. Tetapi itu wilayah lain.

Langkah penyuluhan bisa berjalan maksimal, manakala antara si konselor (pembimbing nasihat) dan penerima nasihat bisa saling terbuka satu sama lain. Langkah-langkah penyuluhan dapat mencapai hasil yang yang maksimal, apabila hal-hal yang telah dirumuskan betul-betul dilaksanakan secara sungguh.

a. Adanya komunikasi yang ajaib, isi kalimat-kalimatnya membangun persepsi diri tentang kehidupan yang sedang dihadapinya. Si konseli makin terbuka dengan permasalahan yang sedang di hadapi, sementara si konseler memberikan respon yang tidak bertele-tele, langsung pada intinya. Hal ini akan berpengaruh pada keadaan fisik, jika ia pemabuk, maka ia mulai menyadari bahwa fisik yang ia miliki tidak serta merta diperlakukan begitu saja tanpa pernah merawat; dengan cara menjaga kesehatannya. Pada tahap penting lainnya, struktur psikologi konseli semakin meningkat seiring dengan berjalannya konseling. Bahwa mentality adalah membutuhkan perawatan agar ia tetap waras untuk menghadapi berbagai tumpukan masalah. Dalam ranah yang lain, kenapa disebut sebagai komunikasi ajaib, karena konselor menjadi orang pertama yang harus menggunakan perangkat pendengarannya, agar konseli merasakan betul bahwa ia mendatangi orang yang tepat dan benar. Bukan malah bertambah masalah, yang ujung-ujungnya tidak mendapatkan solusi atas permasalahan yang sedang menerpa kehidupannya.

b. Konselor memerlukan penilaian terhadap hasil diskusi selama dalam proses penyuluhan, ia sebagai pendamping memerlukan mata lain sebagai matanya sendiri. Menggali informasi yang cukup terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh konseli adalah bentuk profesionalnya sebagai seorang konselor. Apakah dengan melakukan perubahan kalimat, struktur bahasa, dan pendekatan dapat membuat konseli bisa mengungkapkan permasalahannya dengan cara wajar, tidak ditutupi, atau malah semakin tertekan. Melakukan refleksi, apakah muncul kesadaran untuk menerima masalah sebagai suatu kenyataan yang tidak bisa terelakkan. Kepiawaian dalam membatasi masalah setelah konseli mengungkapkan semua permasalahannya agar nantinya bisa dipilah dan dipilih mana yang perlu menjadi prioritas utama.

c. Adanya tujuan yang ingin di capai. Penulis lebih menyukai jika keduanya bisa berjalan beriringan ketika mereka sudah bertemu dalam satu meja diskusi. Kadang kala konselor menjadi penggerak utama manakala masalah begitu banyak dihadapi oleh konseli, hingga konseli perlu menetapkan uji kelayakan masalah (skala prioritas). Atau cara yang lain, konseli mengajukan sebuah permasalahan yang paling pelik lalu meminta masukan arahan dari konselor sebagai bagian dari pekerjaannya. Tujuan mesti rinci agar nantinya bisa menyelesaikan masalah tanpa ada masalah lagi, mirip pegadaian.

d. Setelah penetapan tujuan tercapai, konselor perlu melaksanakan kegiatan lain yaitu skema konseling, salah satunya memberikan contoh penyembuhan diri dari kehidupan sehari-hari. Misalnya konselor memastikan bagaimana tahap-tahap berhenti dari merokok (in vivo). Skema konseling yang dilakukan di dalam ruang diskusi untuk mencari dan menemukan masalah serta jalan keluar dalam tradisi konseling bisa disebut sebagai metode in vitro.

e. Kearifan seorang konselor dapat dilihat dari kemampuannya menakar situasi, apakah konselingnya bisa dilanjutkan atau sebaiknya diputuskan untuk berhenti melihat beragam kondisi. Setelah rangkaian pendekatan personal, penilain individu, tercapainya tujuan tertentu, strategi konseling bisa diterapkan, dan konseli terlihat adanya perubahan ke arah positif, maka konselor memerlukan serangkain uji coba kepada konseli apakah ia menjalani kehidupannya dengan mental pejuang (tidak mudah menyerah). Jika kecenderungannya berjalan di tempat, konseli makin tidak keluar dari sergapan masalah, pilihannya tetap dilakukan konseling dengan jangka waktu tertentu, dengan pendekatan lain. Dalam tradisi konseling tidak ada konsep tunggal untuk mendakati psikologi seseorang dan mengabaikan metode lainnya. Hal itu terlalu naif dan mengunci diri dari sudut pandang lain.

f. Terakhir tahap Terminasi, penghentian konseling bisa dilakukan secara bertahap setelah melihat perubahan positif dari konseli. Dalam terminasi ini, salah satu aktivitas yang bisa diterapkan adalah tranfer learning, pengubah suasana belajar dari wilayah meja diskusi pada kehidupan sehari-hari. Konseli bisa menerapkan apa yang didapat selama proses konseling atau kembali pada kebiasaan semula.

Esai Psikologi Dengan Metode Pembacaan Dekat

Sumber Teknik-Teknik....(menyusul melengkapi)

Minggu, 27 April 2025

Judul-Judul SKRIPSIku

Tahun 2008 saat semester delapan jurusan Tata Negara Islam, aku sempatkan menulis list judul skripsi, dari judul itu belum ada yang masuk pikiran sang dosen waktu itu. Meski begitu tetap kuabadikan dalam blog ini, semoga ada yang klik dan dosen kalian bisa menerimanya, silakan disimak kawan dan silakan dikopas dan disesuaikan kembali ya, mengingat judul di bawah ini melintas saja di kepala sambil membaca buku-buku tata negara dan turunannya :)

1. Studi tentang bentuk negara dan lembaga kekuasaan

2. Kekuatan negara yang otonom serta implikasinya terhadap ekonomi rakyat

3. Politik belah bambu dari parpol hingga anggota dewan

4. Tujuh kata monumental dan pengaruhnya terhadap sistem pemerintahan indonesia

5. Penegakan hukum dan implikasinya terhadap para pelaku politik

6. Penegakan hukum dan pengaruhnya terhadap negara kesatuan republik indonesia

7. Politik ekonomi dalam pandangan partai keadilan sejahtera

8. Politik Isolatif Muhammadiyah

9. Kompetensi Ombudsman dalam menangani permasalahan politik di Indonesia

10. Etika Politik, berkaitan dengan kebebasan, persaudaraan, dan pluralisme

11. Sistem Pemilu menurut Undang-Undang Pemilu dalam menentukkan kedemokrasian suatu negara

12. Efektivitas pemilu dalam menentukkan pemimpin yang sesuai dengan keinginan rakyat

13. Peluang dan tantangan otonomi daerah pada era reformasi

14. Studi tentang pengangkatan kepala negara dan bentuk pemerintahan

15. Kekuatan negara yang otonom dan pengaruhnya terhadap ekonomi rakyat

Sabtu, 26 April 2025

OUTLINE NOVEL THE TALE OF CHU-ENG

Tulisan ini dikonsep dini hari tanggal 14 Juni 2008, pukul 22:45 sampai 01:15 WIB, di vila kos tercinta, ciputat molek. Sebagai bahan untuk penulisan novel keluarga. Ide ini muncul pertengah tahun 2005. Ketika menjadi penjaga wartel mawar, dan sedang membaca AAC. Sesekali diingatkan oleh teman kos agar fokus dengan skripsi baru mengerjakan yang lain.

BAB 1 Cerita Indah dalam keluarga

a. Reuni Jagung Bakwan dan Pisang Goreng

b. Menghibur dengan sulap kue kemplang

c. Cerita ayah waktu kecil

d. Cerita Ibu waktu kecil

e. saat Ibu dilamar

f. saat ayah melamar

g. Kisah hidup anak manusia (AMI)

h. Kisah hidup anak manusia (SITI)

i Meniru suara tukang sol sepatu, ayah tersenyum

j. Sepeda Onta

k. Bernyanyi lagu bapak pucung

l. Pengorbanan yang tulus

Jumat, 25 April 2025

MELEWATI FASE

BABAK 46

"Pindah sekolah belum tentu bisa menyelesaikan masalah,"Ucap sang ayah menenangkan.

"Nggak!, pokoknya pindah, kenapa nggak ia naik kelas empat saja." Pekik sang anak.

"Kalau kamu nggak nyaman bicara saja."

"Nggak, ia penginya ngajak ribut terus, malas banget yah."

Perdebatan itu membuktikan bahwa dunia anak tak sebanding dengan apa-apa yang bisa kalian tebak secara mudah. Mereka cenderung menghadapi persoalan dengan bekal dari rumah. Bila ia dibesarkan dengan cercaan fisik maka ia sedang mengembangkan diri dengan bahasa tubuh yang berisi intimidasi. Terutama pada anak-anak yang bisa ia kendalikan dengan remote controlnya. Ia memegang kendali penuh atas apa-apa yang berlalu di bawah usianya. Ia sendiri belum bisa membawa diri dalam peraasaan-perasaan tabu yang seyogyanya dimiliki. Seperti kasih sayang atau semacamnya.

Ia sendiri menangis sesenggukan: "Kamu senang, jika teman-teman menyayangimu" ucap salah seorang dewasa. Anak yang sering di labeli sebagai pembully di sekolahnya, seperti vampire yang mencoba menantang pikuk. Ia sibuk menggigiti jarinya (mungkin untuk menangkan kekalutannya). Rupanya ia punya mimpi-mimpi buruk yang tak bisa ia halangi. Ia mungkin bisa menghindari, tetapi dengan cara apa. Ia masih teramat kecil untuk memikul tanggug jawab besar, seperti anak-anak pada umumnya.

Ia mungkin ingin bercanda sewajarnya, tapi ia tak mengetahui atau belum mengetahui bagaimana memulai sebuah pembicaraan. Ia mungkin kebingungan sendiri mengenai tata letak pertemanan dan bagaimana membuka sebuah pembicaraan. Ia mungkin baru satu cara yaitu yaitu kontak fisik dengan tipe yang sama dengannya. Masalahnya pesannya tak terbaca dengan baik. Ia sendiri mungkin masih bingung cara berekspresi, karena dirumahnya ekspresi adalah aib yang mesti dijauhi, seperti koreng.

Ini menyedihkan tetapi ada hal yang bisa kalian nikmati sebagai para ayah. Kalian bisa menikmati dari sudut pandang yang lain. Meski kadang jangkauan itu terlalu jauh, hingga sulit untuk mengenali jenis pendekatan apa yang sedang mereka pakai. Mereka seolah punya komunikasi yang enggang diketahui oleh orang dewasa. Bahkan diantara mereka yang menjadi korban bully seringkali sulit untuk berkomunikasi dengan selayaknya, tak coba untuk menyelaraskan apa yang ada dalam kepala lalu diverbalkan secara berurutan. Setidaknya seperti harapan orang dewasa di sekitar, tetapi masih jauh dari kenyataan. Ia mesti diajak dialog dari hati-hati (kata agamawan) agar semua unek-unek tentang ketidaknyamanan dengan teman sebangku menjadi cair dan hangat.

Beri ruang pada mereka agar apa-apa yang luput bisa kalian dekati secara wajar. Bukan 'nasib' sang pembully yang sering kalian 'kutuki' sebagai anak antisosial dan yang dekat dengannya. Jangan lupa mereka masih anak-anak yang perlu pendampingan yang eduparenting. Dari sana mereka merasa mencintai dan tidak mencoba membunuh kehangatan dengan membully sebagai bentuk pelampiasan. Percayalah bahwa tidak ada anak yang ingin membully, mereka mungkin masih mencari bagaimana sebaiknya berkomunikasi. Soal nanti, ia bilang anak nakal, nggak bisa diatur, dan bla-bla-bla. Itu urusan nanti, yang penting keberadaannya mampu mengundang 'perhatian' orang dewasa. Apakah itu benar? atau ini bahasan lain.

Yang dikuatkan lagi-lagi adalah objeknya (korban). Agar ia bisa berbicara pada subjek (pembully) bahwa apa yang dilakukan tidak memberikan rasa aman, mungkin saja berbahaya. Soal diterima atau tidak, itu urusan waktu. Biarlah waktu yang mendewasakannya, setidaknya itu, jika kalian belum/tidak menyepakati. Ketika dipikir-pikir, keduanya harus dikuatkan. Bahwa keyakinan untuk memulai yang baik adalah sebuah keniscayaan. Keduanya yang masih anak-anak, yang menakjubkan dan perjalanan masa depan masih jauh. Pendampingan yang tepat adalah salah satu keniscayaan. Bagi mereka yang jadi pembully dan korban bully.

Fase adalah lumbung mental yang mereka mesti lewati. Jika Fase itu terlewati, mereka bisa menjadi sahabat yang baik. Karena mereka mudah untuk berkomunikasi setelah sekian lama tersendat. Satu lebih hati-hati, sementara yang lain terlalu agresif tanpa pernah bisa mengerem tindakannya.

Bisa jadi mereka mengambil katering kelas bersama sambil ngobrol ringan, setelah mereka beradu argumen masing-masing. Setelah beberapa puluh menit yang lalu mengambil peran sebagai pembully dan korban, tanpa pernah mereka maui. Orang dewasa memberikan arah agar mereka jalan tanpa gelap, dan tetap memperhatikan eduparenting yang seluas-luasnya. Mestiah kalian sering-sering membersihkan kacamata agar pandangan kalian tetap jernih dan tan menebak-nebak arah mata angin.

Tulisan ini produksi 14 Mei 2023