Bab 7
Burung Puyuh
Lanjutan Cerita
Burung Puyuh
Lanjutan Cerita
Di benak kami sedang dilanda badai kecemasan. Tama terseret arus sungai kecil yang menguap. Hari dan Jidon berlari di belakang Frans dan bang Aris. " Bertahanlah Tama!, kami akan menolong!." Suara Frans menggema. Hari dan Jidon bergumam tak jelas. Mungkin saling menyalahkan, saat ini begini tak baik saling beradu siapa yang benar dan salah. Langkah besar bang Aris sedikit mengendurkan urat ketegangan. Hari yang badannya paling gemuk makin tertinggal jauh, Jidon mulai kelelahan. Hobinya bukan berlari, setiap menjelang tidur di malam hari, setelah mengerjakan PR, Jidon membantu orang tuanya membungkus ratusan "kacang bandung" kedalam plastik. Lalu diantarkan ketika liburan.
" Kenapa kamu berhenti bang!." Frans bertanya cemas.
" Lihat, Tama mulai kehabisan tenaga, abang akan mencegat di tengah arus. Di ujung sana ada tikungan, nah sekarang bantu abang." Bang Aris lari lebih cepat kearah tikungan setelah dialog singkat. Kami mengikutinya susah payah. Galah dari rotan yang panjangnya hampir lima meter ia ulurkan ke kami. Sementara ia sendiri memegang ujungnya dan melompat menceburkan tubuh jangkungnya kedalam sungai kecil yang berarus deras. Kami panik ketika bang Aris oleng tubuhnya, tapi kami sigap menarik galah yang terhubung dengan tangan bang Aris, ia pun cepat menyeimbangkan tubuhnya. Pada saat begini kami sepakat untuk melepaskan kebencian yang kami sematkan pada bang Aris bila moodynya kambuh.