BAB 7
Burung Puyuh
Lanjutan cerita
Burung Puyuh
Lanjutan cerita
" Nama teman kamu siapa." Bang Aris bertanya sambil memasukan ketapel kedalam belakang celana, seperti gerakan memasukan keris kedalam warangkanya. Kalau dirunut dari jejak persahabatan kami dengan bang Aris tak begitu baik, kami seperti terjebak dalam dunia bang Aris, dia seperti punya daya magis agar kami para anggota kopi anjing selalu mau menjadi "temannya". Hanya pada saat ini dia menjadi tulang punggung pencarian teman kami yang menghilang. Satu yang kami tidak begitu menyukainya adalah bang Aris selalu berubah-ubah emosi, kadang sulit sekali mengontrol keadaan dirinya, satu saat dia bisa menjadi teman yang baik, saat yang lain di suka marah tak jelas, kadang juga salah satu dari kami pernah di bully entah apa alasannya. Esok harinya dia akan meminta maaf secara laki-laki.
" Faisal." Kata Frans.
Kami ingin menjauhinya, tetapi pada saat yang lain kami tak bisa lepas dari sepak terjangnya. Seperti minyak dan air. Tak pernah akrab, tetapi tak bisa dipisahkan.
Hutan Tepi sawah masih seperti biasa. Letaknya mudah untuk dicapai, kalau sudah masuk kedalam seperti melewati jembatan purba walau sekilas sama situasinya. Kami mulai masuk kedalam mencari jejak Faisal yang sudah satu pekan tak pernah kesekolah, kami mulai bergerilya mencari jejak sekecil apapaun.
Kami di di bagi dua kelompok, kelompok pertama bang Aris dan Frans, sementara kelompok dua Hari, Tama, dan Jidon. Frans dan bang Aris menyurusuri hutan tebu dan melihat rumah pohon yang pernah kami buat susah payah. Hari, Tama, dan Jidon menyisir kawasan hutan kelapa, Sengon dan Alba.
Satu jam kami bertemu kembali. Kami tercenung tak ada gerakan yang mencurigakan. " Frans, kau sudah kunjungi rumah pohon yang kita bangun di seberang sungai kecil di balik hutan tebu." Tanya Jidon.