Sabtu, 15 Desember 2018

Novel Frans Maki

Bab 6
Kelereng Besi 
Lanjutan

Permainan kelereng segitiga dengan garis melintang sepanjang 10 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan. Tapi makin jauh garis lemparan biasanya makin menantang. Kami meletakan dua kelereng masing-masing di dalam garis segitiga yang saling terhubung.

Hari, Jidon, Tama, Frans, dan bang Aris sudah memegang masing-masing satu Kelereng sebagai kelereng pemukul. Bang Aris melempar duluan, dengan kelereng besi bang Aris melemparkan dengan anggun seperti biasanya. Senyum licik selalu dia pasang untuk mengintimidasi kami yang menggunakan kelereng biasa. Lemparan bang Aris tepat mengenai tengah segitiga hingga 4 kelereng langsung terlempar keluar dan otomatis menjadi milik bang Aris. Kami berempat saling menatap. Gentar seperti biasa. Frans melempar kelerengnya dengan secermat mungkin. Di susul dengan Hari, Jidon dan Tama. Aro dan Nur melihat kami dengan cemas. Lemparan kami berempat tak ada yang bisa memukul kelereng dalam garis segitiga.

" Kalian akan kalah seperti biasa." Senyum bang Aris mengejek.

Selasa, 11 Desember 2018

Novel Frans Maki

Bab 6
Kelereng Besi 

Frans membawa tiga butir kelereng yang dibawanya dari rumah sisa pertandingan ponces (main gundu dengan beberapa orang dari 3 sampai 5 orang bahkan lebih) di sekolah. Soal kebiasaan dan cepat beradaptasi dengan kondisi, maka Frans dan teman-temannya tak kesulitan untuk berkumpul dalam satu titik dengan kecepatan rata-rata. Seperti siang ini selepas sekolah, setelah makan siang dan sholat zhuhur kami sudah berkumpul di bawah pohon Dukuh. Ada tanah lapang yang landai sedikit berlumut hingga memudahkan kelereng meluncur dengan kecepatan yang maksimal.

Kami duduk melingkar beralaskan sendal jepit, atau menggunakan daun kering pohon Dukuh yang banyak berjatuhan tak pamit. Jidon membawa sepasang Marmut Hitam yang masih jarang terlihat di pasaran anak-anak seusia kami. Hari membawa sepasang Burung Merpati lengkap dengan kandangnya. Biasanya selepas bermain gundu sepasang Burung Merpati itu akan dilepas. Nur dan Tama yang selalu berpakaian bersih membawa robot-robotan yang di belikan ayahnya di Jakarta. Sedangkan Frans dan Aro membawa Seekor Jangkrik jantan lengkap dengan kandangnya.

Minggu, 09 Desember 2018

Sabtu, 08 Desember 2018

Nyanyian Bintang

1. Mozaik Pertemuan
2. Mozaik Rencana
3. Perjalanan ke Angkasa
4. Sepatu
5. Makan malam pinggir jalan
6. Wartel Fathullah
7. Sang Penguasa
8. Helm Full Face
9. Rumah Sang Lurah
10. Lari Pagi
11. Belanja ke Kota
12. TPA Malam
13. Berburu
14. Tenda Darurat
15. Ronda Malam
16. Kerja Sosial
17. Cinta Tidak Buta
18. Lalu Lintas Perasaan
19. KBM yang konyol
20. Nyanyian Bintang
21. Bukan Dewa
22. Tumpul
23. Lomba
24. Bentrok Sinyal
25. Menuju Puncak
26. Napak Tilas
27. Sayonara

Novel Frans Maki

Bab 5
Kopi Anjing 
Lanjutan

Frans menoleh kebelakang sekali lagi untuk memastikan kalau benar sebuah suara telah memanggilnya dengan keras. Seorang teman lalu menyembul dari balik kerumunana pohon pisang. Senyumnya mengembang, Frans lega karena bukan hantu siang bolong yang ingin menyapanya.

" Rupanya kau Don, ku Kira hantu siang bolong" jidon merasa senang, karena sukses membuat Frans takut, bingung, dan culun.

" Kau takut ya." Cetus Don, sambil mengunyah buah Kopi Anjing yang seger.

Senin, 03 Desember 2018

ALDINO

Tregedi Pematang Sawah
Lanjutan
Aldino melihat Kanan dan Kiri sebagai prosedur manusia normal. Ada yang aneh dengan bulu kuduknya. Hujan sejenak berhenti dan berganti dengan lemparan batu yang mengarah kepada Frans.

"Hei!, Kau berhenti!". Sebuah suara tanpa wujud memanggil nama Frans.

" Jangan hancurkan pematang sawahku!, Teriakannya kembali membuat remang-remang bulu kuduknya."

Aldino terus saja berlari dan sampai di hutan tebu. Aneh. Anto sudah sampai duluan dan sedang duduk santai mengunyah daging tebu.

" To, Kita tinggalkan tempat ini. Ada yang aneh tadi di belakang."

" Duluan saja. Tak ada yang aneh."

Jumat, 30 November 2018

AlDINO

Tregedi Pematang Sawah

Satu jam memancing, hasil lumayan cukup banyak. Ada ikan Sepat, Lunjar, dan beberapa Udang. Buat makan malam rasanya sangat nikmat dengan sambal mentah. Terakhir segelas teh panas hasil racikan orang-orang tulus di negeri aman.

Hujan turun tiba-tiba, deras sekali. Sampai susah membedakan antara umpan dimakan oleh ikan, atau gelombang guyuran hujan

" Dino, Kita pulang yuk." Anto berteriak diantara derasnya hujan.

" Bentar."

" Apa hujan telah menenggelamkan sebagainya akal sehatmu. Kau tidak ingat kisah bulus yang keluar di saat hujan deras." Ancam Anto

Selasa, 27 November 2018

Novel Frans Maki

BAB 5
Kopi Anjing

Pulang sekolah pukul satu siang lewat sawah yang terungkap kejelian untuk memaknai setiap jengkal kehidupan. Frans berjalan tanpa teman-teman akrabnya. Frans memang lebih suka sendiri daripada beramai-ramai. Kesendirian adalah kebahagiaan baginya. Kadang kala keramaian membuatnya bingung untuk menentukan peran. Kecuali bermain bola kampung, Frans Tak pernah menolak, bahkan beberapa kali Frans mencari teman untuk beberapa posisi penyerang. Baginya punya lebih sedikit teman setia akan lebih menguntungkan dari banyak teman yang mencederai dari depan dan belakang.

Langkah Frans terhenti ketika melihat orang-orang sedang memanen padi dengan cara tradisional. Mereka sangat bersemangat.

Senin, 26 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut 
Lanjutan

Frans merinding ketika mendengar langkah aneh yang terdengar hati-hati. Ayahnya disamping memberi kode agar diam tak bersuara. Mereka berdua sedang bersembunyi di balik semak tak jauh dari kandang Marmut. Seorang pemuda tengah menjulurkan tangan kanannya ke dalam kandang. Suara Marmut yang terintimidasi membuat Frans tidak sabar untuk berteriak. Tapi wajah ayahnya mencegah untuk melakukan hal konyol. Wajah sang maling tertutup oleh kain sarung, kedua matanya saja yang terlihat. Tangan kirinya memegang senter panjang untuk menerangi langkah tergesa-gesanya.

Seekor induk jantan sudah ada di genggaman tangan maling itu. Frans memasang wajah melas kepada ayahnya. Tapi ayahnya mengisaratkan untuk bersabar. Jari telunjuknya dirapatkan pada bibir.

" Hei Kau!, Mau dibawa kemana Marmut itu, dasar maling norak!"

Maling itu kaget dan panik, langkah seribu di lakukan tanpa memikirkan hal yang lain.

"Kenapa nggak dikejar ayah, maling itu kabur!"

Suara erangan terdengar keras. Mereka berdua lari ke sumber suara, jebakan yang dibuat oleh ayah Frans mengenai sasaran. Sampai di area jebakan maling itu bisa kabur, meninggalkan Marmut Jantan yang depresi. Ada bercak darah yang tertinggal, tapi Frans dan ayahnya tak menulusuri jejak itu sampai ke tempat persembunyian. Frans mengambil Marmut Jantan itu hati-hati. Lalu pulang diikuti ayahnya dari belakang.

Senin, 19 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut
Lanjutan

Malamnya Frans Maki terjaga dari lelapnya tidur. Langkah kakinya yang semangat membanggakan ayahnya yang sedang mendengkur keras. Frans tidur satu kamar dengan adiknya. Ketika tangan Frans menyentuh tubuh ayahnya yang letih, yang terbangun malah ibunya sendiri.

" Kenapa, Kau takut, atau adikmu ngompl lagi." Ibunya berkata sambil menahan kantuk."

" Ngga, Frans ingin ngajak ayah Ronda."

" Ronda?, Untuk apa. Apa Kau takut kehilangan Marmut lagi."

" Lebih dari itu bu, Marmut itu terlalu lucu dan sangat biadab ada yang berani mencari."

" Kenapa kamu bicara kasar, sudahlah tidurlah.

" Ada apa Frans?, Kau mengganggu jam istirahat ayah?" Ayah Frans terbangun.