Minggu, 25 Mei 2025

Saat Guru Bercerita (2)

BABAK 60

Anak perempuan itu terus saja menempelkan wajahnya ke atas meja, dari pelajaran pertama kimia. Pelajaran yang menyebalkan itu. Kau pasti sepakat kan?, jangan munafik. Ingin saja keluar dari pelajaran itu ketika sepatunya yang sering dipakai tentara terdengar lebih keras dari sering dipakai. Guru Kimia itu sengajakah. Sekarang bukan saatnya membahasa tentang Guru Kimia, yang rambutnya bergelombang, senyumnya meradang. Lebih baik, mari dengarkan anak perempuan yang menunduk kelas, seakan ia ditinggal kenangan keras itu. Anak lelaki pada waktu itu masih tabu untuk menanyakan apakah ia baik-baik saja, bukan tak mau. Kami tak cukup kosa kata untuk memulai percakapan, atau hanya ini perasaan Gaza saja.

Pelajaran kedua juga tak kalah menyebalkan, Fisika. Hari senin memang neraka bagi Gaza. Ini salah siapa, tak perlu mengira-ngira. Ini kenyataan yang Gaza harus hadapi. Jam kedua ini sedikit melegakan, pengampunya wali kelas Gaza sendiri, seperti anak ayam di ampu Elang. Serem juga sih.

"Kau kenapa Bita, sakitkah?" Tanya Ibu Wali Kelas. Ia beranjak dari tempat duduk setelah selesai mengabsen.

Ia mendekati Bita yang kepalanya masih lengket dengan meja. Ia mengelus kepalanya seperti putrinya sendiri, apakah ia betul-betul melakukannya. Mungkin Gaza hanya kusut masai saja, hingga ia tak sempat membaca perubahan wali kelas akhir-akhir ini.

Ia mengangguk seperti dokter. Ia memberikan ultimatum. Pelan-pelan ada semacam gelembung di dada ini entah apa rasanya. Segera kalian akan tahu, perasaan macam itu. Dan perempuan macam apa yang akan saksikan nantinya.

"Yang dekat dengan rumahnya," Tanya Wali Kelas.

Tema-teman mulai mendengung seperti truk slender, entah apa yang mereka rencanakan.

"Gaza bu, ia dekat rumahnya dengannya," salah satu temannya mengusulkan. Di susul teman-teman yang lain. Ini mulai mengusik ketenangan di pagi hari. Tetapi menyenangkan, bisa mengantar gadis semanis itu. Walaupun bau keteknya cukup memusingkan kepala, Ups itu dulu ketika di MI, mungkin sekarang ia agak berbeda. Gaza tak pernah lagi mencium bau tubuhnya, atau tak ingin melakukannya.

Takdir seolah berkata; kau harus mengantarkan gadis itu. Meski itu bukan pilihan yang mudah, tetapi mungkin kau menginginkannya. Aduh, kok bisa begini.

Huuuuu, gemuruh suara itu mengadukan perihal-perihal picik sebenarnya, dan Gaza tak berani melirik barang sejenak pada teman-teman perempuan, apakah itu semacam pengampunan dan Gaza juga tak peduli pada urusan-urusan mereka.

Eng mengekor di belakang ketika mulai keluar dari kelas, Wali Kelas itu tersenyum. Ini hadiah terbaik dari seorang Wali Kelas, apakah Gaza dapat menangkapnya. Mungkin ini hanya kebetulan, kebetulan di hari selasa pukul 9.14 pagi 2000, ah mestinya tak perlu mengingat-ngingat dengan jelas.

Sepanjang Jalan keduanya terlibat adu mulut hangat, maksudnya pembicaraan. Mereka mesam-mesem pada saat tertentu. Lalu saling pandang beberapa detik, ini menjengkal. Tetapi menyenangkan.

Ketika mobil angkot oren berhenti dan mereka ingin sama-sama naik. Muncul seorang lelaki berseragam sama dengan yang mereka pakai, mengendarai motor. Ia kakak kelas begitu. Gaza sulit mencari kata-kata yang tepat untuk kejadian itu.

Angkot sudah berhenti. Bita beralih ke kakak kelas dan naik motornya. Meninggalkan Gaza yang amat apa ya, sebentar mungkin Cengo, atau apalah.

Perpisahan yang merobek keakraban mereka sebentar. Lalu Gaza naik angkot duduk dipojok, memandangi Bita yang tersenyum lebih merekah dari pada perjalanan tadi. Sejak saat itu, Gaza menyebut gadis sebagai penjelmaan Kirik Busik, dan itu sejarah panjang kehidupannya.

Sebuah penipuan yang terencana.

Dan itu menjijikan...Cuih....

Saat Guru Bercerita (1)

BABAK 59

Seorang Presiden yang kedengaran lebih seniman. Duta kebudayaan lebih tepatnya. Pernah mendapat rentetan pertanyaan yang bertubi-tubi dari tukang obat pinggir jalan. Konon katanya tukang obat itu ketika mencari barang belanjaan harus menyarter pesawat ulang-alik, karena ada barang yang laku keras tak terdapat di bumi. Melainkan pada tempat dimana syetan-syetan pernah dilempar dengan bintang ketika ingin mencuri berita langit. Ada yang percaya ada yang tidak. Dia hanya tukang obat, dari mana mendapat uang sebanyak itu.

Tukang obat tak menghiraukan omongan pedas dari para netizen. Mereka mungkin sering-sering mengkonsumsi es mambo rasa rujak dengan isian mangga muda asam. Sebaik-baik melawannya dengan membuat bukti yang nyata, katanya. Ia bilang; "senyata-nyataya. Kalau bisa buat mereka terdiam dengan kata-katanya sendiri. Mungkin mereka perlu belajar pada burung Nuri yang mengucapkan kata seperlunya saja, kadang tindakan mereka lebih pelit dari ucapan yang berbuih-buih itu, buih lautan itu rasanya lebih guruh," tuturnya pada satu waktu ketika seorang pengunjung tampak arogan.

Hari itu benar-benar hari yang cerah. Seorang presiden datang secara tak terduga menunggang seekor rajawali. Maaf, maksudnya pesawat pribadai bergambar rajawali, o bukan itu benar-benar pesawat berdesain seekor rajawali lengkap dengan suaranya yang melegenda. Pada paruhnya seekor pitonoba tengah terkulai lemas. Tukang manggut-manggut ketika merasa ular itu masih hidup selamat dari terbarkarnya hutan. Sebuah hutan yang kata-kata dari ketua adat telah diingkari sedemian rupa. Manusia kadang lebih buas dari hewan pengerat sekalipun.

"Bagaimana penjualanmu hari ini," tanya Presiden sambil menggulung lengan bajunya yang bersih, dan menarik hidunnya karena ia tengah dilanda flu yang berat. Ajudan dan orang yang menyertainya mencegahnya ketika ingin blusukan ke pelosok-pelosok desa. Mereka terbungkam ketika mendegar ujaran; "Aku tak makan gaji buta, karena aku bermimpi tadi malam leherku dijerat oleh trilunan uang yang terus berteriak dan mengancam," Tuturnya di satu pagi sebelum kepergiaannya blusukan mengunjungi rakyatnya. "Ini kedengaran wagu, tapi apa boleh, hari yang mendebarkan itu segara menyerbu, kalian paham maksudku," tambahnya sambil tersenyum. Mata yang agak sipit tampak berwibawa, hanya itu kewibawaannya. Selain itu tampak seperti kanak-kanak berlari-berlari mengejar layangan petel.

"Tikus-Tikus itu telah mencuri obat mujarab yang menjadi bahan dasar dari semua obat yang kujual." Jawab tukang obat.

"Mustahil, mereka sudah kenyang."

"Tidak, bahkan mereka sudah mengusai lumbung-lumbuh tidakkah bapak perhatikan. Tapi, aku heran sebagian dari mereka tetap tampil dengan bulu-bulunya, sebagian lain begitu subur dengan kuku-kuku yang terawat.

"OK, nanti aku akan sidak. Bapak jangan khawatir. Sekarang bagaimana kau akan berjualan,"

"Boleh aku pinjam pesawat bapak, aku ingin pergi ke tempat lain. Semoga barang yang ada dan lebih terjangkau harganya."

"Boleh saja, dengan apa kau akan membayar."

"Mungkin aku bisa membawa sekepal dua kepal batu-batu langit. Mungkin bapak bisa ke pengepul batu akik, harganya kutaksir bisa membeli tempat orang-orang dirampas."

"Kau banyak omong, bawakan saja yang dipesan oleh-oleh yang layak. Mungkin kau dapat piagam atau semacamnya. Atau bisa saja kau akan dikenal sebagai pahlawan. Mungkin dan ada kemungkinan lain."

"Aku tak tertarik jadi pahlawan Pak."

"Dasar penjilat, namamu siapa."

"Gaza."

Pesawat mendarat mengangkut sang Presiden. Lalu sunyi kembali.

Aku kembali ke rumah. Kujampai kakak perempuanku sedang memasak. Aroma ikan menyebar ketika pintu berderit panjang. Minyak singer yang dibeli dari toko sedang dipinjam oleh tetangga. Seorang tukang jahit tempo hari datang kerumah meminjam ini itu termasuk singer. Layaknya ia punya, Apakah ia tidak malu dengan profesinya sebagai pembuat baju sekaligus vermak levis.

"Dari mana, gini hari baru pulang," tanya kakaknya.

"Pasar, disana aku bertemu dengan presiden. Mengobrol cukup banyak, kau irikan?"

"Kakak tak tertarik dengan presiden, sama sekali tidak, ingat yang gaji mereka adalah rakyat, jadi kamu jangan ikut-ikutan, mengelu-elukan mereka, biasa saja lah, keadilan yang kami mau?"

"Ih, kakak serius amat, nanti cepet tua lho?"

"Negara ini sudah cukup main-mainnya, nggak perlu banyak drama, jika tak ingin langit murka dan orang-orang yang tak berdosa akan kena imbasnya."

Sepiring nasi yang masih berasap dihidangkan, sayur tak lupa, serta lima ekor ikan gurame, lengkap dengan lalapan dan sambal terasi.

"Besok kakak mau turun ke jalan, dan mungkin pulangnya lama, kau jaga rumah ya?"

"Siap kak"

Sabtu, 24 Mei 2025

KOTA MATI

Hanya beberapa menit saja

Sudah ramai gegap g
empita

Memenuhi selera

Memuaskan semua keinginannya

Cara terbaik menghilangkan perbedaan

Tentu saja melenyapkan dari peredaran

Agar tak muncul lagi

Damai dalam sepi

Entahlah, keramaian itu hanya seperlunya saja

Seperti buang hajat saja

Setelah puas

Hanya lengang yang tersisa

Esoknya kembali merenda

Menjadi sosok yang berbeda

Dari waktu ke waktu

Agar kita tak mati waktu

MATAHARI TAK PERNAH MANGKIR

Manusia berjalan tanpa pernah melangkah

Melangkah dalam kegoncangan demi kegoncangan

Selangkah dalam selangkah

Permata jatuh ke pelimbahan

Isu sains muncul dalam kegelapan

Matahari tak pernah jera untuk mengulan


Titah yang tak pernah mangkir

Dalam terang yang tak pernah mangkir

Meski Cahaya tak pernah gelap

Meski Cahaya pudar

Lalu lambat laun menjelma bentuk

Dalam sebuah perundingan-perundingan

Anak Yang Menakutkan Gurunya

BABAK 58
Ia mengibaskan tangan gurunya yang sedang memelukanya. Kaki kecilnya mengejar langkah ibunya yang tergesa-gesa menaiki motor. Gurunya menghampirinya, tangisan dari mulut yang kecil pecah di awal sekolah. "Ibu, aku ingin sama ibu, temani aku bu." katanya keras-keras.

Ibunya berpaling mencoba tegar. "Ibu harus kerja nak, sama Ibu guru ya?" tuturnya. Ia menghapus air mata cepat-cepat. Memeluknya sekali lagi, melepaskan cengkraman tangan mungilnya dan meninggalkannya. Tangisan ananda membuncah. Air mata tumpah. Ia duduk di lantai sambil memanggil nama ibunya berkali-kali.

Jumat, 23 Mei 2025

JALAN 'SAMURAI' SEORANG GURU

BABAK 57
Jalan 'samurai' seorang guru semacam perisai bagi siapa yang ingin menjadi pengajar (yang selalu memperbaharui cara mengajarnya), agar selalu menyediakan bergalon-galon air penyemangat seorang prajurit samurai yang melimpah tiada banding.

Semangat Bushido, mestilah menurun pada hidup seorang guru, melengkapi diri dengan seperangkat prinsip etika dan moral yang menjadi alas bagi seorang pendidik (jika sudah lulus menjadi pengajar). Marilah simak satu persatu semangat bushida yang bisa diserap dari mereka para pejuang samurai. Semangat membara mereka bisa ditagih pada semua elemen kegiatan belajar mengajar, dan bisa dipindahkan dari alam bushida kepada alam mengajar tanpa meruntuhkan penamaanya (mendidik).

Kesetiaan 

Komitmen kepada dunia ajar: Kesetiaan kepada dunia pendidikan sebagai tuannya (daimyo) dianggap sebagai elemen penting dimiliki seorang guru. Mendidik adalah Kesetiaan yang nilainya lebih besar daripada sekadar memenuhi jam pelajaran, target-target harian, nilai tinggi/rendah, dan seterusnya. kesetiaannya mendidik juga merupakan tugas dan pengabdian yang mengakar untuk melayani dan melindungi perkembangan siswa, seperti dari luka pengajaran, trauma dengan guru 'killer', dan seterusnya. 

Kehormatan 

Menjunjung tinggi Integritas. Kehormatan merupakan inti dari jati diri seorang guru. Mereka mengajar dengan rasa integritas, kejujuran, dan selalu berani  menguji skema pembelajaran, minimalnya gayanya mengajar. Menjaga kehormatan sebagai seorang guru ketika mengajar dan menjaga kehormatan akal pikiran mereka serta intiuisi merupakan alas setelah ruh mengajar.

Pengabdian terhadap sikap mengajar 

Menghormati sikap mengajar: Seorang guru  berani  menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap peserta didiknya, termasuk caranya dia mengajar, masukan-masukan penting dari siswa, dan kemampuan mereka. Rasa hormat ini berlaku untuk semua siswa, guru, kepala sekolah, unit,  tanpa memandang rendah nilai kurikulum.

Keberanian untuk memperbaiki sumber mengajar dan caranya mengajar 

Ketika menghadapi Kesulitan dalam belajar seorang guru perlu memberi jarak agar kembali memperoleh semangat bushida dalam mengajar. Isi kepala seorang guru adalah mental ice man. Dimana isi kepalanya menerima semua masukan dari rekan mengajarnya, muridnya, institusinya, situasi, dan semua elemen pembangun peradaban. Memperbaiki caranya mengajar adalah bentuk kerendah hatian seorang guru pada kemampuan otak masing-masing anak didiknya. Mereka punya kurikulumnya secara berbeda.  Mereka seperti hidup di medan perang dengan tuntutan kognisi, afeksi, survival di kehidupannya mereka sehari-hari. Mereka dituntut untuk 'menjawab' semua tantangan di kelas. Ini menghawatirkan.  Mengenali kesulitan siswa, keteguhannya, dari hal ini seorang guru seperti mengajarkan agar tak menyerah pada rasa takut atau ragu-ragu. Ini adalah misi untuk menampingi anak dalam meniti mendidiknya. 

Kebajikan Seorang Guru

Kasih sayang dan kebaikan seorang guru adalah dua hal yang nggak bisa dipisahkan: Seorang guru dianggap sebagai orang yang memiliki kebajikan yang kuat. seorang guru didorong untuk menunjukkan perhatian detil pada setiap gerak gerik tubuh seorang siswanya, kebaikan hati, dan empati terhadap mereka, membuat siswa terhindar dari mental yang lemah, sekaligus menjauhkannya dari mental bunuh diri, dan hal-hal yang amoral. 

Ruh Mendidik Yang Kuat

Kejujuran dan ketulusan adalah elemen dasar yang mesti dimiliki seorang guru. Ia ruh yang membebaskan diri dari mental menghina (murid) dengan menolak kebenaran (resisten terhadap masukan dari siswa, tidak coba cek dan ricek).  Integritas bagian dari ruh seorang pendidik. Ia menjunjung tinggi dalam mengajar dengan Spirit Bushido. Seorang Samurai diharapkan untuk bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya dalam berurusan dengan orang lain, menepati janji, dan selalu menjaga prinsip moral mereka, begitu juga seorang guru. "Bushido" dalam dirinya tidak boleh mudah terbakar dan lenyap begitu saja, ketika langkah pertama di ruang kelas. 

Pengendalian Diri Yang Tinggi 

Seorang guru menyatakan dirinya sebagai pendidik, ia masuk dalam era pengendalian diri melimpah. Ini dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan ketertiban. Semangat samurai mengajarkan disiplin diri, pengendalian diri, dan penguasaan emosi, yang memungkinkan mereka bertindak dengan tenang dan rasional bahkan dalam panasnya pertempuran atau di bawah provokasi, begitu juga dengan seorang guru. Ia memerlukan ketenangan di bawah tekanan situasi. 

Kejujuran 

Kebenaran dan keadilan: kejujuran mengacu pada komitmen samurai terhadap kebenaran, keadilan, dan kejujuran moral. Mereka menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika dan menentang ketidakadilan, korupsi, dan penindasan, terlepas dari risiko pribadi.

Kematian Mengajar adalah seni terburuk 

Penerimaan terhadap kemampuan siswa membuat seorang guru belajar untuk tidak mati terlebih dulu ketika mendapati seorang murid yang berkali-kali mengajukan tangannya untuk bertanya. Jika ia menyerah, sama saja dunia pendidikan dengan kematian mengajar yang membuat seni juga tercoreng.  Kematian. Jalan samurai seorang guru sebuah keniscayaan dan mereka sudah mempersiapkan dengan disiplin. Guru hendaknya selalu mengingatkan diri agar punya cara untuk menambah metode mengajar sebagai tantangan, dan memperbaharui caraya mengajar. Agar kematian tidak datang tiba-tiba dan siswa sudah tidak lagi menjadi murid dalam kelas. Mereka menjadi murid guru lain. Begitulah kematian mengajar selalu saja datang silih berganti. Marilah  merenung. 

Kecerdasan Spiritual

Keselarasan olah rasa membuat siswa memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan kecerdasannya tanpa pernah merasa digurui dan dituntut. Pada tahap ini semangat Bushido dalam diri seorang guru telah melampui pengabdiannya. Ia melihat sudut pandang yang tidak bisa oleh mata biasa. Untuk siswa, perkembangan bukan hanya memenuhi target harian tetapi ia sedang membangun dinasti tentang konsep diri dan hunian untuk cita-cita sekaligus raksasa tanggung jawabnya untuk menemani perjalanan hidupnya yang masih panjang.  

Warisan Moral

Pengaruh yang kuat akan melekat, abadi, pada diri setiap siswa ketika mengingat gurunya  mengajar. Bahkan setelah tidak diajar oleh sang guru awal. Tetap sambungan-sambungan dalam otaknya akan memperbaharui terus menerus tanpa pernah lelah. Kenapa?, karena ruang dalam kepalanya sudah merasa menerima, nyaman, dan energi gurunya hadir tidak hanya saat mengajar tetapi saat menyapa dan bertegur sapa. 

Semangat Bushido terus menginspirasi kekaguman dan penghormatan di sekolah dan rumah. Prinsip-prinsipnya yang abadi tentang kesetiaan, kehormatan, keberanian, dan kasih sayang berfungsi sebagai cahaya penuntun bagi siswa yang ingin hidup dengan integritas dan tujuan hidup yang mulia.

Inti semangat Bushido melampaui kecakapan mengajar belaka.  Api tekad seorang guru meliputi pendekatan holistik terhadap kehidupan di luar kelas, pengembangan moral, dan bagaiman mereka survival ditengah gempuran teknologi. Melalui pengembangan pendampingan universal, api tekad seorang guru berusaha mewujudkan cita-cita agung ki hajar dewantara sebagai pilot projeknya.  Semangat Bushido (kurikulum) dan guru (samurai) dan meninggalkan warisan nilai abadi yang kelak bisa diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sampai menuju ke generasi gemilang. Cekap Semanten. 


Apa Yang Bisa Saya Bantu

BABAK 58
Seorang guru tengah mencabuti sedotan dari gelas plastik hasil pemberian temannya. Ia ingin membekali muridnya untuk mencintai lingkungan dengan membuat kincir angin dengan barang bekas pakai, tetapi waktu sudah semakin senja. Seorang kepala sekolah melihatnya dari meja kerja. Guru itu terus mencabuti sedotan terampil. Membuang air yang masih sisa.

Sepuluh menit lagi azan maghrib berkumandang. Seorang kepala sekolah melepas kacamatanya dan melepaskan kertas yang sedari tadi ia corat-coret untuk kebutuhan pembelajaran berikutnya. Ia pun mendatanginya pelan-pelan sambil membawa pisang goreng diatas piring.

"Ada yang bisa saya bantu."

Seorang guru menoleh, wajahnya yang tadi lusuh, berubah sedikit segar.

"Terimakasih bu."

Bahasa Sebagai Paradigma Umum

BABAK 56
Indahnya nyanyian serupa bahasa, mengajarkan permisalan, serupa cara dalang bertutur, mengetuk bilah bambu pada kotak pandora. Pelajaran contoh berbahasa pada tahap yang meningkat pada pemahaman aturan petatah-petitih. Kekurangannya ada pada ritme merdu atau tidaknya berbahasa. Dengan caranya sendiri menjadi alami serupa serbuk kayu lapuk oleh rengas.

Hal-hal buruk, hal-hal baik seringkali menimpa pada manusia tertua di dunia, maksudnya pada banyaknya asam garam kehidupan. Kehidupan pada kenyataan kehidupan pada imajinasi (suka berangan-angan).

Produk budaya berupa hati-hati di jalan, penuturan paling ringan saat perpisahan, ia menggenapkan kegelisahan sekaligus kelegaan melepaskan orang-orang terdekat, lalu mendekap sedikit mendepak perasaan was-was, syak wasangka, balutan emosi sekaligus doa hilir mudik penggenggam langit dan bumi. 

Nyanyian bahasa melantur membentuk dimensi sendiri dalam benak. Luntur dalam era, menguatkan dalam cerita, semuanya dimaksudkan untuk membelah arogan, menciptakan kehatian-hatian, dan tumbuh pilar nalar, dan berita acara dalam versi lain. 

Kamis, 22 Mei 2025

Selanjutnya Biar Kami Cari Sendiri

BABAK 55

Untuk apa membaca 'sejarah?' jika yang ada di kepala kalian bagaimana caranya membantah.

Seorang siswa 'ditendang' oleh seorang pemimpin sekolah gara-gara tak mengerti 'sejarah', mereka sedang mencetak sejarahnya sendiri tanpa pernah menilai kedalam, sejarah apa yang mereka hendak katakan. Pada tiap pandangan menghasilkan kedengkian kian mengarat, lupa kalau sang pemimpin pernah di asuh oleh kehidupan. Darimanakah keberanian untuk tidak mengatakan apa-apa, hanya untuk menghasilkan keberanian lain, sebut saja bertindak membodoh-bodohkan sendiri, lantaran khawatir ada yang mengusik pohon sirkusnya. Lalau melenggang kangkung sambil cuci tangan tanpa mengelap dengan kacu, sengaja menyisakan tetes pengecut tiada tara. sepenggal sejarah tangah dicetak.

Ken Arok dulu menghadiahi ken Umang dengan cetak-cetak melimpah hasil keberanian diri menantang situasi yang sedang berkobar, tanpa pernah merasa menitipkan secuil pengecut pada keadaan, ia sendiri yang melawan kemustahilan, sembari mengintip setiap celah yang bisa menghasilkan perubahan sejarah, ia mengkudeta diri sendiri, sambil menyiapkan keris yang digunakan untuk mencetak sejarah.

Kemanakah larinya nurani, apakah ia sembunyi dibalik seragam yang dibelinya dari hasil kentut sana kentir sini, sambil petantang-petenteng menghina martabat sekaligus menolak nilai. Seberapa mahal petuah dari jenis kursus yang mentornya para badut-badut berteknologi tinggi, sambil memantau satelit radio yang telinga lebar, hingga bisa memancar mendeteksi setiap kebohongan yang bisa dilihat dari peta jalan gelap tentang sebuah hunian 'rumah' belajar untuk para kepala keluarga yang anak-anaknya masih membutuhkan uluran tangan beasiswa pendidikan.

Jika dihadapkan para ahli-ahli komunikasi, psikolog, psikiater, ulamawaro, maka jenis-jenis kudapan ringan yang dibuat dari fermentasi kedegilan hasilnya tape-tape busuk yang raginya minggat dari tiap punggung singkong yang di belinya dari tengkulak yang selalu mengurangi timbangan sekian kecil. Tanpa merasa terbebani lari lintangpukang, setelah mereka melepas paksa topeng yang menutupi wajahnya rapat-rapat. Bahkan Pak Dhe tidak bisa bersabar setelah tahu duduk perkaranya, ikut menyalakan mesin mobil dengan membawa drigen-drigen bahan memasak, dan menyuruh menggantinya dengan oli samping yang wangi itu.

Ini pertarungan siapa saja, yang masih menyisakan wisdom meski sekecil biji atom, agar langit tetap menjadi pendengar, bumi jadi tempat curhat, guru-guru tak lagi mencari kegiatan sampingan agar dapurnya tetap mengebul meski hanya hari ini. Untuk besok hari, selai usaha dan doa, selanjutnya biar kami cari sendiri.

Rabu, 21 Mei 2025

NEW ERA

BABAK 54
Ini era dimana guru-guru pada fase yang berbeda. Merekalah yang akan menjadi penentu bagi seluruh kebijakan yang digelontorkan oleh pemilik yayasan. Entah itu 'menyenangkan' atau tidak sesuai dengan dirinya-kebutuhan pribadinya. Pandailah untuk menatap seluruh kebijakan agar tidak jatuh kedengkian memandang segala sesuatu dengan kacamata kuda, dengan lensa lalat. Yang muncul kemudian kedunguan untuk menepati seluruh janji-janji dirinya pada yayasan dan memilih merusaknya dengan cara licik dan picik. Meragukan mereka sebagai pengampu kebijakan sama saja memberikan tali kekang pada seorang gila, kecuali mereka ini sudah melakukan kezoliman terstruktur, hingga kezoliman menurunkan harkat dan martabat seorang inci demi inci, sampai titik guru layaknya sebagai buruh pabrik, bahkan robot untuk melakukan pekerjaan menyewakan jasa.

Hal diatas sekelumit saja jika mau diteruskan bisa mendapatkan pengalaman berpikir yang dalam tentang bagaimana memperlakukan pikiran kita atas nama kebijakan.

Diantar banyak fase, mari sejenak ambil fase dimana guru-guru sedang ditantang untuk mempertajam rasa 'malu' atas dirinya, pikirannya, dan juga fisiknya. Bukan bermaksud untuk melukai diri dengan beragam kegiatan, tetapi melatih pikir untuk daya juang yang lebih panjang. Agar nantinya pengabdiannya dihitung dan timbang pada derajat yang tak terhingga, hingga lapang semua tempat istirahat, dan beroleh senyum seindah air jernih dari pegungungan. Cekap semanten.

Selasa, 20 Mei 2025

Bagaimana Seorang Guru Mengabdi

BABAK 53
Seorang guru datang pagi-pagi untuk memastikan keadaan kelas sesuai yang telah direncanakan bukan grabag-grubub, kayak orang dikejar anjing liar dari balik bukit. Setelah sebelumnya ia memastikan kertas jurnal sudah terpotong rapi untuk kegiatan jurnak esok pagi dan siang, berapa lama kertas untuk bertahan dari gempuran tangan-tangan mungil untuk sekadar mencorat-coret isi HVS dengan gambar-gambar lucu dan imajinatif, atau sudah menuangkan gagasan pagi berupa ungkapan mendasar tentang suasana hatinya. Mungkin akan bertahan sampai satu pekan, itu bagus pikirnya setidaknya bisa mendampingi anak dari mulai kedatangan sampai ia pulang, tanpa perlu izin pada mereka untuk mengambil kertas HVS dan mengguntingnya di depan mereka. Itu menandakan belum terkoordinasi persiapan untuk esok hari. Minimal menyiapkan lima belas menit sebelum kedatangan, hingga kata LANCAR tidak hanya pada urutan kata saja, tetapi sudah pada aplikasi, jatuh bangun itu biasa, karena semuanya membutuhkan proses ketika menjalankan kata LANCAR sebagai bagian dari komitman.

Datang di kelas, sekadar menyapu ringan, membereskan map, menyiapkan kegiatan pembelajaran berikutnya, lalu menyambut siswa-siswa dan menyelami setiap wajahnya, siapa tahu ada anak yang berangkat dengan masalah rumah yang belum terseleseaikan. Jika ada si guru akan mencatat di buku catatan khusus tentang perkembangan anak. Tanpa pernah berniat meningalkan mereka di kelas ketika pendampingan betul-betul diperlukan saat transisi dari rumah ke sekolah seringkali mengalami suasana berbeda. Ia maksudkan kegiatan dirinya yang tak pernah lepas dari pandangan semua siswanya sebagai wujud memupuk kekayaan peradaban. Mereka yang masih terlihat lucu dan menggemaskan suatu saat akan menjadi dewasa dengan sejuta 'beban' yang mungkin tak mudah untuk mereka taklukan.

Guru tersebut yang mencicil dirinya dengan kesetiaan menemani anak-anak pada tiap waktunya, dan tak pernah berpikir untuk mangkir dari jam kerja dengan sekadar ke kantor, mengambil perlengkapan, dan sejuta tetek bengek yang dimaksukan untuk mengurangi pendampingan, atau untuk mengurangi jam mengajarnya sama saja sedang mengajarkan kepada para muridnya untuk hipokrit dan berlagak sok apalah. Ini pola prilaku umum yang dihasilkan oleh kebiasaan bukan habit yang baik tetapi pada kemudahan pencapaian dengan prosedur orang dalam.

Seorang guru yang melatih dirinya agar mendekati prilaku-prilaku kenabiaan dan berusaha keras untuk mengamalkan dengan kekuatan yang ada, meski sering jatuh bangun, sejatinya si guru itu sedang melatih paradigma umum yang dimiliki oleh pada sahabat. Mereka bintang dan guru-guru para pemetik bintang, meski jauh, tetapi keindahannya bisa di rasakan. Guru mengabdikan semua elemen bukan untuk dirinya tetapi untuk sebuah peradaban besar nanti. Saya pikir begitulah, bagaimana seorang guru mengabadi. Cekap semanten.