3. Sepeda Onta
Sepeda Onta melaju menembus jalanan sepi desa Kaligondang. Di belakangnya ada seorang wanita yang tengah membonceng sambil memeluk pinggang Umar. Suasana masih gulita, mereka berdua di temani oleh bintang dan rembulan. Dingin sekali, ini musim kemarau yang panjang. Bunyi khas dari roda yang terus bergerak menciptakan alunan nada yang harmonis.
Melewati persawahan dan bulak panjang mereka sesekali berpapasan dengan para pedagang yang ingin berjualan ke pasar terdekat. Gerobak penuh muatan sayur dan mayur sedang di jalankan oleh seorang laki-laki paruh baya yang terlihat kekar. Umar menyapa sebagai bentuk kepercayaan sebagai sesama pedagang.
Pukul 5 pagi Umar dan istrinya sampai di pasar. Umar pamit untuk melakukan kegemarannya berkeliling kota Purbalingga sambil menikmati denyut nadi kehidupan sampai keletihan mendera lalu ia akan kembali menjemput istrinya setelah matahari menghangatkan punggungnya. Tangan kanan Umar membelai lembut stang sepeda. Sayang ia harus membagi kenyamanan dengan terus berpacu dengan kehidupan. Kehidupan tak selalu mulus ada saja cacat yang menguji setiap detiknya. Kita tak bisa melawan kejadian yang sudah terjadi, itu bagian dari penguatan mental agar tak mudah tenggelam dalam arus penghinaan, fitnah, iri, dengki bahkan makar-makar yang menyakitkan. Salah satu tetangga yang punya profesi yang sama dengan Umar dan Istrinya selalu membuat rekayasa yang menguras kesabaran.