Selasa, 06 April 2021

DISTORSI KLARIFIKASI

Tak terasa kita sudah melewati masa-masa sulit yang kadang menjungkalkan akal sehat pada jurang yang menghawatirkan. Masa-masa sulit terjadi karena alam yang menghendaki, takdir yang menentukan setiap perjalanan manusia. Tetapi di luar jangkauan kita sebagai manusia, ada sejumlah kesulitan karena hasil desain dari tangan-tangan miskin kasih sayang. Bisa hasil kebencian yang mendalam atas sebuah agama tertentu. Di mana idiologi semakin mengeras, "tak lagi" membuat kebahagiaan. Memakai baju agama untuk menghasilkan kekerasan yang menyakitkan. Lalu dengan enteng membawa agama tertentu untuk menjadi pelindung diri. Bisa juga hasil dendam yang tak berkesudahan. Atau yang paling eman adalah hasil dari penyimpangan data yang tak masuk akal.

Perang membuat luka yang terus menganga sepanjang masa. Meninggalkan kengerian yang membuat sebagian sakit jiwa. Mimpi-mimpi indah menjadi semakin jauh dari jangkauan. Tak segan-segan mereka menjungkalkan sisi kemanusian atas dasar pendangkalan kemanusiaan yang menurutnya perlu diperbaiki. Alih-alih membuat nyaman atas sisi-sisi lainnya. Meski berbeda keyakinan, tetapi mereka juga adalah manusia yang haram ditumpahkan darahnya, tanpa alasan yang kuat. Bagaimana mereka pulang ke rumah tinggal nama, dengan dibaluri jeritan dan kepanikan yang melanda seluruh anggota keluarga. Tulang punggung mereka meregang nyawa di tangan "orang" yang mengaku pada agama yang cinta damai. Ini akan terjadi secara berlarat-larat jika ada yang menginginkan demikian. Apalagi melukainya atas dasar kesadaran bukan keterpaksaan di bawah lesatan peluru atau tajamnya kilatan pedang.

Genangan darah tak membuat ciut untuk mengurungkan niat busuknya. Apalagi sekedar untuk klarifikasi atas sebuah pesanan. Mungkin terlalu jauh pada data yang diterima. Apalagi kotak-kotak penuh perhiasan ada dalam genggamannya. Membuatnya mabuk kepayang yang langkah-langkahnya menjadi terhuyung-huyung. Tertawa sepenuh tenggorokan dan makan sepenuh mulut, kedua tangannya menggenggam sekerat daging bertabur kezaliman. Ini zaman di mana sebagain orang suka menyembunyikan kebenaran, dan menertawakan kebenaran  di depan mata.

Penyimpangan data yang "parah" membuat anak kecil harus berangkat ke sekolah lebih awal, padahal gema subuh belum juga terdengar. Tembok-tembok rakitan membuat kakinya lincah memilih jenis tanah yang nyaman bagi kakinya, atau ia pulang dengan kehilangan salah satu kakinya. Pada dadanya terselip keberanian yang putih, tak pernah takut mengangkat wajahnya pada orang-orang berseragam yang telah kehilangan pegangan hidup. Pada dunia lain, ada kerumunan yang tak membawa apa-apa kecuali yang melekat di tubuhnya. Sambil memikul seorang ibu yang telah kehilangan kekuatan, karena uzur. Ini adalah jenis pertarungan yang memilukan. Di mana yang senjata memiliki kekuasaan yang mudah sekali terkena bujuk rayu, hanya menyisakan sedikit kekuatan setelah dilemahkan jika tak ingin mendengar "kebiri".

Mungkin kita perlu "tenang" sejenak, jika tak ingin menggunakan kata "diam" untuk mendapatkan jenis kontemplasi yang apik untuk menghadapi gempuran apapun. Untuk menajamkan pikiran sekaligus menjernihkan kata-kata. Agar apa yang terjadi, katakan terjadi. Agar yang tidak terjadi, katakan juga tidak. Sebelum "tangan" Tuhan bertindak, karena mendapatkan banyak laporan dari kemarahan alam yang terus dianiaya, darah terus ditumpahkan, dan kebenaran terus saja ditertawakan.

0 Comments:

Posting Komentar