Minggu, 19 November 2017

Novel Radio Mini

Setiap sabtu malam anak-anak muda duduk-duduk di piggir jalan bersama teman-teman untuk bersenda gurau, atau yang lebih bermanfaat biasanya menanyakan NDAUT (membersihkan sawan dari tanaman liar). Sebenarnya suasanya cukup sunyi cenderung menyeramkan, tapi hanya dengan cara seperti itu anak-anak muda selalu "waras" dalam menghadapi situasi buruk atau menghimpit ubun-ubun manakala pekerjaan tak kunjung ada.

Woro-woro dari kota dengan cara berkeliling menggunakan mobil pick up menyebarkan pamflet masih menunggu cemas. hiburan layar tancap menjadi barang mahal, ini seperti hajatan besar seorang lurah atau orang terpandang.

Salim tinggal di desa Kaligondang, dibawah kecamatan Purbalingga. Sebuah kota yang sangat dicintai Salim. Udara yang segar, pohon-pohon menjadi payung teduh, dan alam yang menyenangkan.

Selesai makan bakso, Salim, Kak Tiwi, dan adiknya Wara, menghabiskan sisa malamnya mendengarkan wayang kulit dari radio mini hadiah dari ayahnya yang bekerja di Tanjung Pinang Riau.

Hiburan mata berupa menontot TV adalah hal yang istimewa bagi kami, sngat jarang nonton hiburan anak, melihat langsung gambar-gambar bergerak indah. TVRI adalah teman setia kami, melihat Ketoprak, Album Minggu Kita, Gareng, Petruk, Semar dan Bagong beraksi dengan bedak tebal putih menutupi wajah.

Bila libur telah tiba, biasanya Film kartun yang membuat dada kami berdebar-debar. Tak ada suara berisik dan komentar menyebalkan, karena kami memang jarang melihat film kartun dari Disney.

Kegiatan di Pagi hari terutama hari libur sangat menyenangkan, mencari ikan di sungai-sungai kecil pinggir sawah, berburu burung puyuh untuk di jadikan lauk makan siang, atau sekedar mengumpulkan mainan dari biji-biji yang jatuh dari pohon Mahoni.

Seperti pagi ini, hari minggu sangat di tunggu. kabar bahwa TV tetangga yang biasanya menjadi tempat "nongkrong" sedang mengisi Aki agar TV tetap hidur. sungguh kabar yang buruk. terpaksa kami memutar otak bersama teman-teman untuk mencari permainan yang lain.

Setelah diskusi yang alot akhirnya kami memutuskan untuk berpetualangan mencari bayi-bayi Jangkrik atau bila sedang beruntung Jangkrik Sungu, Jaliteng, atau Jlabang bisa kami dapatkan.

" Lim jam berapa kita kumpul"

" Jam Tujuh kumpul dan langsung berangkat, jangan lupa membawa peralatan berburu itu penting."

" Adik kau ikut lim?"

" Lagi sakit."

" Aku tunggu kalian dua puluh menit dari sekarang."

Sabtu, 18 November 2017

Gempar 6

" Kau harus perbaiki sikap kamu Gem?"
" Contohnya"
" Bersikap baiklah dengan hewan peliharaan kakek, kau tahu kejadian kamu memberikan balsem pada kuda kakek, sekarang kuda kakek ngambek ngga mau keluar"
" Bukannya seru kek"
" Dzolim namamnya gempar"
" Dzolim bukannya tukang tahu gejrot yang jarang mandi itu."
" Bukan Gempar, dzolim itu bisa diartikan memberikan perlakuan tidak adil."
" Adil bukannya minuman hangat yang nikmat."
" Itu candil gempar!, yuk kita sholat maghrib berjamaa, ingat malam ini kamu jaga sikap."
" OK."

Minggu, 05 November 2017

Novel Radio Mini

Sepanjang jalan Pelita masih terdengar suara musik yang enak didengar. Suara Andre Stinky terdengar merdu dalam versi yang lain, anak muda berkumpul di depan rumah sambil memainkan gitar menyanyikan lagu mungkinkah dengan sangat menjiwai.

Kami bersama kakak perempuan ingin menikmati bakso ujung jalan, tak lupa adik tergenggam erat berjalan disisi yang lain. Adikku terlihat tegang, baru kali melintasi jalan di kampung malam hari.

"Mau kemana kak Tiwi".

Minggu, 22 Oktober 2017

Gempar 5

Ki Amat dan Gempar dalam perjalanan pulang ke rumah. Terjadi hal yang menggelikan dan sedikit ganjil, seekor kuda memang di berikan kemampuan untuk berlari dengan kecepatan pacu, bagi Gempar yang kadang bertindak di luar nalar manusia biasa, salah satu contohnya adalah mengoleskan balsem ke (maaf)pantat kuda. Kuda yang menarik delman lari kesetanan seperti hendak diterkam seekor singa.

" Gempar kau apakan kuda kakek, kau ingin membunuh kakek ya!"

" Justru gempar ingin menolong kakek, kau lihat pengunjung pasar seperti ingin menghajar kita!"

" Gempar kau apakah kuda kakek!"

" Gempar olesi pakai balsem kek, hebatkan?

" Bukan hebat, tapi dzolim!, Menyiksa binatang dilarang oleh agama!"

Pejuang

Seorang pejuang Jepang pernah berkata. "Beladiri adalah belajar untuk memaksimalkan energi lawan, dan lihat bagaimana alam bergerak"- (disadur dari sebuah film laga yang dibintangi Jet lee, dalam redaksi yang sedikit berbeda).

..."penyakit kegaduhan ini salah satu penyebabnya adalah adanya berbagai kesenjangan hidup yang tidak hanya di Jakarta tetapi di luar ibukota. Mari kita bangun ketahanan diri dari berbagai penyakit yang ada... ( Dikutip dari dialog pagi di stasiun tv swasta dalam redaksi yang sedikit berbeda. 22 10 17

Beladiri diciptakan bukan untuk saling mencelakakan, melainkan untuk mengenal sejauh mana kita bisa meregulasi emosi dan mempergunakan dalam kondisi yang tepat.

Kamis, 19 Oktober 2017

Ayah Ibu

Abi, Ayah, Abah, Bapak, Papa, Pipi, Babah, Babeh, yang selalu tangguh di segala kondisi dan tak pernah mengeluh untuk nafas panjang setiap hentakkan permulaan.

Umi, Bunda, Ibu, Mama, Mimi, Nyak, Yang selalu tulus memberikan yang terbaik pada setiap permulaan dan setiap penutupan.

Ayah dan Ibu adalah dua perpaduan kata yang tak pernah bisa dipisahkan oleh apapun. Garis turunan ada pada mereka walau kadangkala terpisahkan oleh prinsip dan keegoisan sendiri dan berkelompok.

Ridho Allah ada pada mereka berdua, garis sambung langsung pada sang pemberi kuasa, tak bisa ditawar-tawar.

Semoga kelak kita, kamu, aku, dan semua bisa berbakti dengan cara yang mulia dan beradab. Ayah dan ibu dua mahluk yang diciptakan untuk membedakan kita yang muda dan menitik beratkan pada perlakuan yang semulia-mulianya.

Ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu. Tiga banding satu. Satu ketangguhan, tiga ketulusan dan pengorbanan tiada terhingga. Paket mulia yang paling mulia, semoga kelak kita bisa mulia, karena memuliakan yang mulia, ayah dan ibu.

Senin, 16 Oktober 2017

Memo

Seperti kapas ketika dilihat, tetapi berat berat ketika dibawa
Ringan seperti air, tetapi menyegarkan ketika amanah.
Sebuah perjanjian yang tak melulu pada kemuliaan, sejarah yang akan mencatat perbedaan-perbedaan.
Tetes peluh dan keringat akan sia-sia manakala berambisi pada ilusi.

Sorak sorak hanya tataran permukaan, tak semuanya murni dan suci. Adakalanya memelihara musang berbulu serigala.
Wujud dan kasat mata hanya beda pengucapan. Tetapi gerak dan langkah sama persis.
Tatapan mata punya banyak makna. Mata khianat, mata kasih sayang, Mata jujur, ada mata kotor.
Prinsip dan norma jadi teronggok sia-sia, manakala tak dilapisi norma keadilan.

Setiap hari kita bernafas, tuhan maha melihat. Sejarah tak pernah luput dari kalbu yang belum mati.
Maka kemana kita akan pergi, ke Utara, Selatan, timur atau ke barat.
Sejarah lalu mengulang, mencatat, menulis dan menyimpan.

Minggu, 15 Oktober 2017

Spion

Spion tak luput jadi percobaan monolog yang sangat menarik. Bagi Qaiser hal-hal yang sederhana jadi lebih menarik. Lihatlah bagaimana pola berpikir Qaiser yang membuat ayahnya tersenyum.

" Hai aku Eza?" Di sebelah kaca spion yang kiri.

" Hai aku QQ?" Di sebelah kaca spion yang kanan.

Begitu sampai merasa bosan. Lalu Qaiser akan tersenyum tertawa. Turun dari sepeda motor dan bertanya tentang sesuatu yang menjadi kebiasaan.

" Apa ada film kartun Tayo ayah?"

" Sepertinya ada, ayo kita cari."

Gempar 4

Pasar sabuk masih ramai pengunjung. Pasar di ujung desa simalakama ini menjadi Pasar sretegis karena dekat dengan desa-desa yang lain. Teriakan, tertawa, juga ada di pasar ini. Terdengar negosiasi yang halus, tinggi,bahkan tak segan-segan bernada ancaman.

"Turunkan harganya sedikit Ki Amat, masih terlalu mahal. Kau tahu sendiri kan, para penikmat jengkol akhir-akhir ini beralih ke menu yang lebih murah, gadung. Belum lagi upeti kepada para penjaga perbatasan desa."

"Aku turunkan sedikit, tapi kau akan membeli gadung-gadungku nanti ya!, Kalau tidak jengkol-jengkol ini akan langsung aku turunkan di desa yang lain, kau bisa melakukannya Ki Bindo."

" Kita bukan anak kecil lagi, kita sama-sama sudah dekat dengan pacul."

Sabtu, 14 Oktober 2017

Api Unggun

Nyalanya berwarna-warni
Selalu menunjukkan warna yang sebenarnya
Warna yang tak sempurna
Warna yang tak hakiki

Masih campuran duniawi
Ruhnya masih tergantung tak jelas
Berakhir tak jelas di akhir penantian
Tinggal menunggu waktu saja

Batang kayu kokoh berwarna
Api merubah warna dunia
Tinggal hitam jadi arang
Gosong tak berharga

Tak bersisa di pagi hari
Tak bersisa di akhir acara
Seperti pemanis suasana
Lalu hilang ditelan ingatan

Minggu, 08 Oktober 2017

Duplikat


Martabak  telor menjadi menu pilihan ketika kesibukan sudah tak terelakan. Seperti malam ini ayah, bunda, qaiser, dan queena membeli martabak yang telornya tiga untuk makan malam kakek dan nenek.

Di belakang tenda penjual martabak berdiri gagah bengkel mobil yang lampunya terang menyinari setiap sudut ruang yang gelap. Sambil menunggu pesanan jadi sebuah pernyataan muncul dari mulut qaiser.