Jumat, 12 Mei 2023

Frans Chu-Eng

Frans Chu-Eng adalah salah satu murid SMU Negeri Harapan, Jakarta. Hoby naik kuda delman, umur 17 tahun, sedang mondar-mandir tak karuan di tepi jalan sendirian mirip Tom yang kesel sama Jery. Bentar-bentar ia ngliat jam di hape yang nada deringnya ayam betina sedang berkokok. Sudah jam 06: 45 tapi ia belum juga dapat menyetop bus ataupun angkot yang lewat di depannya. Ia  mondar –mandir  kaya mandor nungguin gajian dari bos yang pelit.

Frans bukan berangkat kesiangan tapi sengaja nungguin ke tiga sahabat karibnya yang biasa naik bus atau angkutan umum bareng-bareng. Frans sudah sampai di halte jam 6 pagi. Rambutnya sudah klimis mirip para pejabat bermobil mewah. Tas cangklongnya mirip tukang kridit  tahun 70-an. Frans anti dengan minyak rambut modern yang bermerk. Sebelum berangkat ke sekolah rambut tebalnya ia olesi dengan air dari bonggol pisang yang ia kumpulkan semalam. Frans ingin hidup dengan cara-cara yang alami. Kebiasaan ini sering mendapat tegoran dari teman-temannya, tapi frans menganggap teguran itu sebagai bahan ujian. Frans mungkin salah asuh mengenai konsep Go Green.

Bukan hanya panik karena merasa akan telat sampai sekolah,  Frans ternyata pagi ini begitu tidak beruntung. Sejak dari jam 6 pagi ia nungguin ke tiga sahabat yang begitu lucu-lucu dan sedikit norak. Tahu-tahu ketiga sahabatnya lewat di depannya dengan nebeng motor temannya masing-masing. Frans jadi pusing sendirian kaya gangsing mau kalah. Ke tiga sahabatnya bukannya pasang wajah melas tapi malah meledeknya dengan dada-dada alas artis Hollywood. Lalu menjulurkan lidahnya masing-masing. Frans yang mau marah kembali senyum. Daya imajinasinya langsung keluar ke tiganya mirip sepupunya serigala yang kelaparan.

Ketiga sahabatnya yang bernama Baim, Bama, dan Mona sudah berlalu dari harapannya. Frans masih suka tak peda kalau naik angkot atau bus sendirian. Baginya kaya sapi hendak di sembelih di idul Adha. Pernah Frans di pelototin gadis di depannya. Frans langsung ciut nyalinya. Kaya bocah SD kehilangan duit Gopean. Bahkan Frans pernah nyasar jauh dari sekolahan karena bengong naik bus sendirian.  

Berapa kali angkutan umum, atau bus langganannya ia cuekin. Frans tak habis pikir kenapa ke tiga sahabatnya itu pergi meninggalkan dirinya sendirian. Frans merasa bersalah karena menggagap mereka bertiga sudah mulai bosan dengan dirinya. Frans meras ada yang salah dengan penampilannya, ia memelototi dari ujung sepatu hingga mengusap-usap rambutnya sendiri. “Jangan-jangan karena minyak rambut gue nie...”. ucap   Frans lirih.  

Hape di sakunya bergetar, sementara jarum jam menunjukkan jam 7 kurang 10 menit.  
  “ Sory Frans gue duluan ya..., lue belum mandi ya..., kok tampangya kucel banget. Mandi sana pake kembang 7 rupa. Terus pake tanah jangan lupa. Hati-hati jangan sampai salah pilih tanah, ntar ada kembang pasirnya. He-he-he.” 

 

“Emang Gue kena najis apa..., Frans ngebales SMS Mona.

“Emang...”.  Bales Mona.

“Emang apa Mon.” Bales Frans.

“ Emang Najis..., he-he-he. Selamat jadi tarzan ya...?.”

L”.  Bales Frans  

Frans gondok tapi ketawa. Perhatian Frans sekarang tertuju pada angkutan umum dan Bus yang makin membludak penumpangnya, sampai bergelantungan mirip tarzan kota. Sudah 5 angkutan umum dan Bus yang ia coba berhentikan. Tapi tidak satupun yang mau berhenti. Cuma lampu depan mobil aja yang kedap-kedip kaya mata kelilipan.

“Wah gawat niiii. Bisa telat lagi ni....” Frans berguman lirih di tengah deru-deru mesin mobil angkutan dan Bus yang melaju saling mendahului. Dari dulu memang Bus sama angkot jarang akurnya berantem mulu, rebutan sewaan. Tapi jam-jam segini biasanya mereka pada akur dan saling damai. Hanya bus dan angkutan umum yang bandel saja, yang tetap berantem. Kata orang tau, ngga baik berantem pagi-pagi.

Frans panik tapi bisa berpikir waras. Frans trauma melihat orang yang panik kelihatan seperti OGI. Frans ngga mau mengikuti jejaknya. Frans selalu ingat pesan mama, kalau panik tetaplah berpikir jernih. Untuk nasihat yang satu ini Frans benar-benar tancepin dalam otak. Bukan di tancepin dalam perut, alias otak-otak. Itu mah enak kang.    

Frans mulai aksi gokilnya. Ia acungkan jari jempolnya seelegan mungkin. Ia buat semirip mungkin dengan aktor hollywood yang sedang tersesat di jalan. Beberapa pengendara motor yang ngliat aksinya malah ketawa, dan tersenyum geli. Frans makin salting melihat respon para pengendara motor yang lewat. Tapi Frans tetaplah Frans tidak menyerah dengan para pengendara yang menertawakan ulahnya. Frans tetap mengacungkan jari jempolnya.

Melihat para pengendara motor yang tak satupun berhenti. Tak sengaja Frans mengacungkan jari jempolnya ke bawah. Apesnya ketika muncul gerombolan anak STM yang sedang naik motor menuju ke sekolahan. Frans gelagapan ketika melihat jari jempolnya bukan teracung ke atas tapi ke bawah. Gerombolan anak STM itu langsung berhenti. Frans makin keki. “Mana sendirian lagi. Bakal tinggal nama gue ni.., Batinnya berucap.”

Salah satu anak STM yang motornya paling depan berhenti di depan Frans yang sudah pucat mirip mayat.

“Maksud Lo apa, ngacung-ngacungin jempol ke bawah.” Salah satu anak STM mengitrograsinya dan masih menutupi kepalanya dengan Helm. Dan semua rombongan masih memakai helm pembalap yang menutupi wajahnya.

“ Ngga bang..., Cuma salah ngacung aja bang.” Frans mencoba menutupi jepernya agar tidak ketahuan ketakutan.

“ kenapa ngga ke atas tapi malah kebawah!. Itu namanya nantangin! Sudah bosen hidup Lo,” anak yang lain ikut mengintograsi dengan galak. Mirip guru matematika SMP dulu.

  “ Tangan saya pegel bang, kalau keatas mulu. Jadi saya ngga sengaja ke bawah. Ehh abang rider pada lewat.” Frans mencoba ngakrabin diri. Tapi muka Frans makin pucat aja. Dan keringat dingin mulai keluar dari tengkuknya dan dari pori-pori tubuhnya.

“ Udah! Ngga usah banyak cingcong Lu, teman-temen buka Helm Lo-Lo pade. Biar dia ingat wajah-wajah kita-kita ini.! Salah satu anak yang menurut Frans ketua gengnya menyuruhnya untuk membuka helm dan menghajar dirinya.

Mendengar gelagat anak STM itu, Frans sebenarnya pengin lari. Tapi Frans malu di katain pengecut. Makanya dia mematung. Berusaha untuk melawan semua gerombolan anak STM itu. Babak belur ngga papa. Yang penting melawan. Jangtungnya makin berdegup kencang. Frans pengin kencing di celana tapi ia tahan sekuat mungkin. Takut kebocoran malah tambah berabe entar.

Semua gerombolan anak STM itu mulai membuka helm satu persatu. Frans sudah pasrah apa yang terjadi terjadilah. Yang dia tahu Tuhan penyayang umatnya. Sempat-sempatnya Frans ingat lagi Titik Puspa itu.

Ketika Helm sudah di buka semua. Frans makin tegang. Sedetik kemudian. Semuanya pada bengong. Termasuk Frans sendiri. Lalu semuanya ketawa ngakak keras sekali. Frans yang sudah pucat berubah jadi cair mukanya.

“Pada ngerjain Gue ya...!, Frans meninju lengan kanan ketua geng itu. Lalu salaman ala anak masa kini bukan masa lalu.

“Sory-sory. Lagian ngapain Lo belum berangkat sudah jam berapa? Masih nyelon pinggir jalan.”

“ Dah ngga usah di pikirin, gue nebeng ya. Udah kesiangan ni.” Frans tak mau nyritain kisah pagi-pagi ini. Ternyata semua gerombolan motor anak STM itu adalah teman tongkrongannya. Hari ini Frans benar-benar apes.

Ketua geng motor itu, memberi isyarat sama Frans sambil masih cekikan. Frans masih gondok, tapi begitulah ulah teman-teman karibnya yang beda sekolahan.

Deru mesin motor korekan terdengar jelas di kuping yang biasa pake motor lembut. Dan Frans sudah nangkring di jok belakng sambil berpegangan erat. Temannya memacu kuda mesinnya kaya Gost Rider lagi ngejar musuhnya.

***

Frans sudah berbaris di lapangan bersama anak-anak yang juga terlambat. Setelah upacara bendera mereka di giring kaya bebek ke lapangan untuk di “eksekusi” alias di hukum sesuai dengan sering atau tidaknya terlambat. Ada sekitar 30 anak yang terlambat di hari senin yang jalanannya super sibuk. Semua orang berbondong-bondong kelur ruamh untuk pergi mengais rezeki. Jadi frans telat deh. Frans dan anak-anak lain sedang menerima hukuman memberi hormat pada bendera merah putih yang beberapa puluh menit yang lalu sudah di kibarkan.

Kedua Mata Frans dan Mona bertubrukan. Mulut Mona memberi isyarat tertentu yang hanya bisa di pahami oleh Frans sendiri. Frans gondok bukan main. Tidak hanya pada Mona. Juga pada anak-anak lain yang menonton dirinya dan anak-anak lain seperti tatapan para pengunjung di ragunan. Beberapa anak senasib dengan Frans sudah mulai bercucuran keringatnya.

Cukup! Bentak guru pikit Kimie yang super killer dan tak berperikemanusiann itu. Ngga harus di tanya pada satu penghuni SMA Negeri Harapan. Semua sepakat kalau guru Kimia memang benar-benar killer. Alias monster hidup. Kalau Monster Yamaha Tech Three. Semua teman-teman satu gengnya pada suka.

 Tangan kanan Frans di turunkan begitu juga dengan anak-anak yang lain. Hukuman pembuka sudah di jalankan. Kini Frans dan anak senasibnya menunggu hukum berikutnya.

Frans kenapa telat lagi!, bosen sekolah ya!, Inget orang tuamu dan Bla-bla-bla. Guru Kimia killer itu menceramahinya. Selain hoby menghukum guru ini juga punya kebiasaan aneh yaitu “iseng” pada murid-muridnya.

“Macet Pak!,” Frans menjawab dengan gondok.

“Lagu Lama..., ngga di terima alasannya. Sekarang barisan Frans membersihkan WC,  yang lainnya nyabutin rumput liar di sepanjang gedung sekolah. Mengerti kalian!.”

“Yaa Bapak, Jangan WC dong Pa?.” Frans bela diri.

“ Ya udah kalau ngga mau, kamu Frans sendirian mandiin Kebo belakng sekolah. Mau!. Bentak Guru Kimia.

“ Ngga deh pa.,” Frans gugup menjawabnya. Lalu menyusul temannya yang sudah menuju ke WC. Terminal Akhir manusia di kala serangan mules datang.  Frans memang pernah trauma dengan hewan yang satu ini. Dan kenapa guru kimia itu tahu betul tentang Frans.

Semuanya bubar jalan. Mata Frans bertubrukan lagi sama Mona. Tapi mata Mona kelihatan menyeramkan. Seperti tatapan Mak Lampir ketika bertemu dengan sembara. Musuh bebuyutannya. Satu lagi, kedua sahabat karibnya ketika berpapasan dengannya ketika menuju ke WC tertangkap oleh Frans terasa ada yang ganjil. Frans buru-buru membuang sifat menuduh, ngga mungkin mereka ngerjain. Pikir Frans dalam hati.

Ketika Frans sudah sampai di dekat WC siswa. Anak-anak yang tadi sebaris dengannya, pada mual-mual. Bahkan sebagian ada yang muntah-muntah. Frans penasaran, lalu masuh kedalam WC. Ternyata kloset WC penuh dengan kotoran sapi yang telah di campur dengan kotoran kucing, dan kambing. Baunya menyengat. Seperti bau kotoran manusia dewasa yang sudah setengah bulan ngga pups.

“Kalian pada ngidam Ya! kok pada muntah-muntah segala. Cepat bersihkan WC sampai bersih” Guru kimia Killer itu tiba-tiba sudah ada di dekat frans dan anak-anak senasih-sepananngungan. Frans melihat ada sebuah senyuman kemenangan yang di perlihatkan oleh Guru kimia Killer itu. Menurut Frans senyumnya mirip kuda jantan. Frans dan kelompoknya pada gondok pas ngliat Guru kimia itu tertawa kenceng sekali. Frans yang juga ahli dalam jahil menjahili sudah curiga, pasti ada sesuatu yang tidak beres.   

Frans yang biasanya tahan dengan bau-bauan. Ketika menjumpai dan mencium bau yang ada di kloset itu, membuat perutnya mual-mual mirip ibu-ibu yang sedang hamil muda. Mendengar bentakkan guru Kimia itu, Frans dan kawan-kawan langsung masuk ke dalam WC lagi. Kali ini mulutnya di tutupi dengan slampe yang biasnya di pakai buat ngelap wajah. Mau tak mau slampe kesayangannya pun jadi korban.  

***

Setangah jam kemudian semua murid yang terlambat ke sekolahan di giring kembali ke lapangan. Murid yang apes kebagian bersiin Wc termasuk Frans mukanya pada pucat kaya fampir kesiangan. Frans dan kawan-kawan waktu bersiin WC pada puyeng kepalanya. Fans gondok bukan main melihat Guru Kimia senyam-senyum ngga jelas. Frans menelan ludah dan menahan nafas agar tidak jadi bulan-bulanan guru kimia.

Semuanya silahkan kembali ke kelas masing-masing.! Lain kali kalau terlambat lagi bapak akan memberikan hukuman yang lebih berat lagi.!

“Apa itu Pak...” Frans mencoba bertanya.

“Ngisi bak mandi guru dengan sendok makan, bisa kamu Frans!”

Mendengar jawaban itu, Frans menelan ludah. Yang lain pada cekikikan.

Semuanya! Bubar Jalan!.

***

Pulang sekolah Frans berjalan sendirian menelusuri trotoar di pinggir jalan. Frans seperti sapi ompong. Diam tak mau bicara, sepanjang jalan hanya diam terus. Teman-teman dari STM menawari untuk naik motor bareng. Di tolaknya geleng-geleng. Frans meras kecewa dengan dirinya sendiri, karena tak becus mempertahankan hubungan persahabatan dengan Mona. Sabahat sekaligus gadis yang di taksirnya sejak SMP.

Saking nunduk terus jalannya. Frans sampai kaget dan jantungnya hampir pecah karena 2 sabahat karib yang sekelas dengannya dan Mona tiba-tiba muncul dari balik pohon seperti kuntilanak kesingan. Muka Frans agak pucat. Tapi pas ngliat Mona yang cerah mukanya membuat Frans tak memperdulikan rasa kagetnya.

Gimana bersiin WC nya enak ngga baunya. Mona bertanya sambil senyam-senyum mirip bulan sabit.

Ohhh ternyata Lo bertiga yang pada ngerjain Gue ya. Frans nanya langsung tanpa tedeng aling-aling.

Gue disuru sama Guru Kimia itu, Frans. Bimo dan Bama dua anak kembar ini nyari alasan. Keduanya langsung pada ketawa termasuk Mona yang ngga tahan melihat Frans yang lucu kalau lagi marah.

“Bener Frans,” Mona menambahkan.

Tunggu pembalasanku. Frans mulai pasang aksi mimik keselnya. Frans mulai tengak tengok mencari bangkai tikus yang biasa terlindas mobil atau motor.  

“Bimo, Bama, Kabur!” Mona memberi intruksi.

“Hei pada mau kemana. Dasar kalian. Tunggu pembalasanku ya!” Frans berteriak. Tangan kanannya sudah memegang bangakai tikus yang mudah di temukan. Frans mulai mengejar ketiga temannya itu. Bibir Frans mulai tersenyum, lalu ketawa melihat rasa geli yang di perlihatkan oleh ketiga temannya.

Teman-teman STM yang melihat tingkah Frans, semuanya pada ketawa. Apalagi Frans berlari mengejar ketiga teman sekelasnya itu sambil berteriak-teriak. Bahwa bangkai tikus tidak akan hilang kalau ngga di cuci pakai deterjen milik Frans yang ia buat sendiri. Soal ngerjain Frans juga tak kalah jailnya.

Hukuman sekolah, terlambat, dan segudang kekesalan lainnya. Berubah menjadi keriangan. Frans berlari mengejar temannya seperti tak ada beban, berlari seperti impala. Ringan dan bertenaga.

Teman-teman STM nya pun mulai menyusul Frans dengan motor korekannya. Diatas motor mereka pada ketawa sampai ngikik, melihat tingkah Frans yang gokil abis. Angin sore menjadi saksi akan tumbuh kembang Frans dan teman-temannya. Angin sore pun menjadi saksi akan keriangan dan kegalauan Frans Chu Eng. Hemm remaja yang baru menghirup udara ABG telah memulai kisahnya sendiri. Hidup Alam. Dan berjuanglah setinggi gunung Frans!. Bravo Frans.!                                                                                     

Dokumen 26 Oktober 2020

 

0 Comments:

Posting Komentar