Jeritan
keras terdengar dan suara debur air kencang seperti benturan ombak.
Teman-temannya yang sedang duduk-duduk istirahat mengenali suara itu. Mereka langsung
berlari ke bibir sumur melongok ke dalam. Diteriakannya namanya berulang kali.
Jawabannya hanya bergolak-golak sumur dalam beberapa saat.
“Bagaimana ini, Febri kecemplung sumur!”
tanya seorang panik.
“Sumur ini berhantu!” Jawab yang lain.
Salah seorang dari mereka memanggil
ibunya. Ia sedang di rumah salah seorang tetangga. Menjenguk tetangga yang baru
selesai operasi wasir. Konon kabarnya, penyakit wasir bisa menurunkan harkat
dan martabat.
Ibunya memanggil-manggil nama anaknya.
Ia melolong seperti srigala. Suaranya memecahkan gendang telinga. Kami menjauh
darinya untuk sementara waktu. Febri memang terlihat sering tak akur dengan
ibunya. Tetapi kehilangan anaknya mungkin akan membuatnya mati berdiri.
Ia mendekati kami yang masih linglung
karena suaranya.
“Cepat cari tangga, saya ingin masuk
kedalam sumur!” ucap ibunya.
“Ibu nggak takut kalau nanti didalam ibu
ketemu hantu sumur?” tanya salah seorang anak.
“Hussh, nggak ada hantu dalam sumur, itu
hanya karangan orang-orang dengki saja.” Jawabnya.
Teman-teman mencari tangga panjang.
Bertanya ke tiap-tiap rumah. Hasilnya nihil.
“Tak ada macam tangga panjang yang Ibu
mau,” kata seorang anak berambut keriting.
“Apa perlu ke desa sebelah pinjam sama
tukang gali kubur.” Ucap seorang anak yang hidungnya masih umbelan.
“Gali sumur bocil...?” kata seorang anak
yang gendut.
“Ngga usah!, sekarang ke rumah Pak
Nasir, kasih tahu kalau Ibu pengin nyemplung sumur dengan naik ember, nanti
kalian bantu turunin Ibu ya?” ungkapnya.
Pak
Nasir adalah kakak kandungnya. Ia ingin meminta bantuannya.
“Apa!, Ia pengin bunuh diri!” Teriak Pak
Nasir.
“Ia ingin menolong anaknya yang
kecemplung sumur, cepetan ke sana Pak!” kata seorang anak utusan Bu Febri.
“Tuh Pak, sumur itu memang ada
penghuninya,” kata Istri Pak Nasir.
“Sudah Bu, nggak ada hantu, bapak yang
ikut nggali, bapak pamit dulu mau ikut nyemplung sumur?” jawab Pak Nasir.
“Lho Pak, kalau bapak nyemplung sumur
hantu itu, ibu sama siapa?” tuturnya.
“Sama guling dan bantal, sudah bu, saya
mau jadi superhero,” sewot Pak Nasir.
Sampai di bibir sumur keadaan makin
rungsing. Ia Ngotot minta di turunkan kedalam sumur menggunakan katrol dengan
ember. Sementara Pak Nasir melarang, karena sangat berbahaya. Begitu alasannya.
Keadaan makin genting sampai beberapa tetangga datang, juga Pak RT. Siapa yang
memberi tahu perihal kejadian itu.
“Ada apa ini!” Tanya Pak RT.
“Anak saya kecempulung sumur ini Pak!”
jawab ibunya sambil menangis.
“Kita lapor polisi saja,” perintah Pak
RT.
“Jangan....!!!” sebuah suara muncul dari
arah kamar mandi.
Febri muncul dari kamar mandi. Tertawa
dan langsung berlari ke arah hutan. Menghindari pukulan teman-teman dan tentu
saja omelan sekaligus hukuman.