Ketika kaki terasa berat melangkah. Kepada kesungguhan ketaatan, jiwa mereka entah dimana berpijak. Tak berakar, tak punya azzam untuk meniti asa kepada Rabb tercinta.
“kelelahan” dalam ketaatan, aku tak berani menyebut sebagai kemalasan. Satu kata ini (malas) sungguh sangat membinasakan setiap jengkal cita-cita. Hanya akan tersisa angan-angan kosong tak bermakna hidup. “kelelahan” dalam ketaatan kepada Allah menyebabkan dirinya enggan melakukan apa yang disukai Allah. Bahkan aku kerap berjumpa atau bersuka cita dengan kemaksiatan yang meraung-raung meminta untuk di segerakan keinginannya. Setelah itu semua. Setan tertawa terbahak-bahak penuh dengan kemenangan.
Aku memang tak tahu kapan Fujur dan Taqwa. Maka peran do’a sangat penting . Ketika fujur datang, maka Allah segera menyelamtkan kembali kepada Taqwa. Rasa sayang Allah kepada para hambanya melebihi segala-galanya. Disaat tergelincir (maksiat), disaat itu pula aku masih bisa bernafas, tenggorokan masih bisa menelan makan, hidung masih sanggup menghirup udara segar.
Sesungguhnya aku harus berusaha untuk segera bergerak untuk memperbaiki, melipatkan semangat, dan meraih ridho Ilahi. Moment-moment seperti inilah yang harus direnungi dan dihayati. Apa hikmah di balik semua ini. Sebuah kenyataan yang harus ditemukan kembali. Sebuah kebenaran yang hampir lepas dalam hidup ini. Haruslah dipegang kuat-kuat.
Aku kembali membuka catatan berikutnya. Aku temukan sebuah judul yang masih ada kaitannya dengan judul “menemukan kebenaran”. Judulnya adalah “Sebuah Tekad”.
Menemukan Kebenaran
Lahir di Purbalingga-Jawa Tengah. Tepatnya di desa Kaligondang. Satu desa yang sunyi dan nyaman untuk kontemplasi. Hobi Merenung, dan tak begitu suka dengan keramaian. Sulit untuk melupakan masa-masa kecil.
0 Comments:
Posting Komentar