Sabtu, 14 Juni 2025

11 Akar Ilalang

Episode 4
Bul-Bul kembali berjalan menyusuri hutan yang asing baginya. Ia mengingat jiwa petualangan yang di ajarkan oleh ayahnya. “Bila kamu tersesat di hutan, cobalah kamu menyatu dengannya.” Nasihat ayahnya mulai meresap kembali kedalam jiwanya. Matanya mulai mencari-cari pohon yang berbuah. Atau dedaunan yang bisa dimakan. Bul-Bul seolah-olah tak ingin menyerah dengan keadaan. Keadaannya lah yang harus benar-benar ditaklukan oleh bul-bul sendiri.

Sepanjang perjalanan yang tak tentu arah. Bul-Bul terus mengamati keadaan sekitar walaupun hutan asing baginya. Tapi tak ingin terjebak pada jalan-jalan itu saja. Alias tersesat. Makanya Bul-Bul mulai menandai semua jenis pohon yang dilewatinya dengan cara mengingatnya (edit)—mungkin pakai lumpur atau apalah.

Ujian kembali datang. Bul-Bul ketika sedang berjalan di serang oleh lintah-lintah yang dapat berjalan pelan, tapi lintah-lintah itu benar-benar berjalan kearahnya. Berjalan di atas dedaunan kering yang menimbulkan efek suara mirip ranting-ranting kering yang terinjak dan kemudian patah. Apalagi kondisinya ia telanjang kaki, alias nyeker. Tanpa pikir panjang bul-bul langsung saja lari, menghindari lintah-lintah nakal itu. Bul-Bul tak ingin tersentuh oleh binatang yang menggelikan itu.

Rasa lapar ia tangguhkan sebentar, lari dan lari yang ada dipikirannya. Sekarang bul-bul menghirup nafas. Mengumpulkan tenaga yang ada. Ternyata Bul-Bul menyadari kalau hutan mempunyai perbedaan-perbedaan baik dari jenis hewan, tumbuhan, semak belukar dan kondisi kelembaban. Maka tak heran, bila Bul-Bul sempat kaget melihat lintah-lintah seperti satu pleton pasukan infantri menyerang tanpa henti. Satu yang harus dilakukan oleh Bul-Bul adalah menjauhi tempat itu secepatnya.

Bunyi lintah-lintah yang berjalan di atas daun-daun kering tak lagi terdengar. Walau Bul-Bul sudah lari begitu jauh tetap saja lintah masih ada yang berhasil hinggap dalam bajunya. Bul-Bul mungkin sebelum lari, ada beberapa lintah yang sudah nempel di baju luarnya, semuanya terjadi begitu cepat, dan tak disadari oleh Bul-Bul.

Bul-Bul berhenti sejenak, mengambil nafas dan mengumpulkan tenaga yang ada. Membuka kaosnya, jari jemarinya mulai membuang lintah itu dari wilayah sekitar perut dan dada. Ada rasa perih ketika membuang lintah-lintah perkasa itu. Tangan Bul-Bul menggulung celana keatas tampak lintah sudah bergelayutan di kedua betisnya. Mulutnya menyeringai ketika mulai mencabuti lintah-lintah nakal.

Bul-Bul duduk di batang pohon yang sudah tumbang dan agak rapuh. Nafasnya turun naik, bingung apa yang harus dilakukan setelahnya. Matahari sudah mulai meninggi panasnya juga mulai menyengat kulit Bul-Bul. Wajahnya semakin pucat tak karuan. Salah satu kupingnya mendengung tiba-tiba. Apakah ada kerusakan akibat pukulan para penculik itu.

Bul-Bul gelisah. Perutnya juga makin ‘gelisah.’ Bahkan sudah melilit perih. Lambungnya sudah meremas-remas sendiri, karena tak ada yang dicerna. Sambil menahan meringis ketika lapar sudah pada titik yang menghawatirkan. Bul-Bul bangkit dari tempat duduknya. Melihat sekeliling, tak ada pohon yang berbuah disitu. Hanya semak-semak yang rimbun. Pikiran Bul-Bul tersentak, ketika mendekati semak-semak. Kedua telinganya mendengar seperti suara gemuruh air terjun yang mengalir berjuta-juta kubik air yang jernih dan manis.

Semangatnya kembali menyala. Bul-Bul tak jadi memakan daun yang banyak tumbuh membentuk semak-semak, karena tak begitu yakin dengan daun-daun itu, apakah beracun atau tidak. Yang jelas ia harus berupaya menjangkau suara gemuruh air terjun itu. seperti mendapat asupan tenaga, kedua kaki Bul-Bul (berlari) kearah situ. (sumber dari air terjun). Bahkan Bul-Bul tertawa penuh kegirangan. Hatinya sujud sukur kepada sang penyayang. “kalau kamu tersesat di hutan, salah satu caranya adalah ikuti arah aliran sungai, kau bisa jadi arah aliran sungai itu.” di samping itu kamu bisa mendapatkan sesuatu yang bisa kamu makan. Bul-Bul berlari sambil mengingat pesan ayah, ketika pertama kali diajak ke hutan ketika lulusan SD sebagai hadiah.

Sudah satu jam Bul-Bul berlari sempoyongan. Dalam kondisi yang tidak begitu tajam instingnya serta kondisi kelaparan. Membuat ia tak peka dengan keadaan. Hingga Bul-Bul tak menyadari, kalau langkahnya semakin jauh dari sumber air terjun. Dalam keadaan seperti itu biasanya Bul-Bul duduk termenung menatap keatas. Sambil hatinya diteguhkan. Supaya tidak kehilangan keyakinan akan kekuasaan Tuhan. Bul-Bul kembali berdiri. Ia tak ingin lari lagi. Berjalan dengan kecepatan berlari adalah salah satu jalan terbaik untuk sampai di sumber air terjun. Bul-Bul kembali mencari sumber air terjun itu.

Matahari sudah semakin meninggi. Bul-Bul berjalan menuju sumber suara itu ditemani oleh kicauan burung, suara siamang di kejauhan yang mungkin sedang berebut makanan antar sesama teman-temannya. Dalam suasana seperti itu hati bul-bul masih sedikit tenang. Sampai menjelang empat hari di hutan yang tampak asing baginya. Belum pernah bul-bul berpapasan dengan raja hutan, yang biasanya ‘ramah’ dengan manusia. Apalagi yang sudah tercium bau anyir darah mengering.

Tak terasa bul-bul sudah berjalan hampir 15 km dari gubuk tempat ia disekap dan disiksa. Berarti sudah empat hari ini Bul-Bul belum kembali ke rumahnya. Ayah Ibunya dan kedua adiknya pasti sangat cemas dengan keadaan Bul-Bul yang tak jelas kabar beritanya. Di samping itu orang tua dan adik-adiknya, juga teman-teman sekolahnya. Pasti sudah merasa kehilangan, terutama teman-teman akrabnya. Sudah empat hari ini Bul-Bul bolos sekolah. Wali kelasnya sampai mengintrogasi beberapa teman dekatnya yang sering bersamanya. Ketika jam istirahat, berolah raga, atau di perpustakaan.

Untuk mencari Bul-Bul di sekolah, sebenarnya sangat mudah. kalau tidak di tempat olahraga, maka Bul-Bul akan kongkow bareng teman-temannya di perpustakaan sampai jam istirahatnya selesai. Dari mulai membaca buku-buku pelajaran, cerita, komik, bahkan koran lokal yang seperti spaghetti bila menemukan dan sempat membacanya. Tapi sampai siang sosoknya yang ramah dan sopan(edit lagi) tak dapat dijumpai. Teman-temannya tidak menyangka kalau Bul-Bul sedang berusaha menyelematkan dirinya dari tekanan yang sedang menimpanya. Menjumpai Bul-Bul di kantin adalah sesuatu yang menakjubkan, karena bul-bul jaang jajan. Ia lebih sering membawa bekal dari rumah. teman-temannya dekatnya memaklumi kondisi keluarga Bul-Bul yang belum baik keadaan ekonominya. Tapi Bul-Bul yang punya sifat dasar baik tidak juga melepaskan dari Bul-Bul yang sendirian di hutan merasa kuat dan harus tetap hidup.

Suara kicauan burung mulai tersamar. Berganti dengan suara gemuruh air terjun yang mengubah mimik wajah bul-bul yang pucat, berubah menjadi tampak semangat. Sebuah kehidupan akan terasa lebih berwarna bila menjumpai sebuah sumber dari rasa haus yang mencekik tenggorokan. Pohon-pohon besar mulai ditinggalkan oleh Bul-Bul berganti dengan pohon-pohon rendah, semak-semak, dan ilalang. Bul-bul menjumpai sumber air terjun yang tidak terlalu tinggi, tapi deras airnya terdengar dari jarak 100 meter lebih. Bul-Bul menubrukkan kedua lututnya ke tahan, hatinya basah oleh serbuan rasa terimakasih atas kemurahan kasih sayangnya. Lalu kembali berdiri tegak, seumpaman laskar bendera perang yang gagah. Rasa percaya diri Bul-Bul kembali bangkit. Lalu dengan tergesa-gesa menyibak semak dan ilalang yang ada. Matanya membelalak. Sebuah sungai tak begitu lebar dengan air terjun tiga perempat meter tampak menghias di depannya dengan air jernih hingga bebatuan kecil tampak jelas terlihat.

Bul-Bul menjajakan kedua kakinya kedalam air dingin sejuk nan jernih itu. lalu kedua telapak tangannya menyiduk air, masuk kedalam mulutnya berkali-kali. Beberapa titik di bagian tubuh merasa perih tapi urung ia respon. Bul-Bul mulai membasuh kedua tangannya. Masih dalam berpakaian Bul-Bul merendam diri di sungai yang jernih itu. dan membersihkan kedalam dirinya yang sudah beraroma gado-gado. Puas dengan berendam dan meminum air sungai itu sampai hilang hausnya. Bul-Bul beralih dan beranjak ke tepian sungai. Seluruh badannya terasa segar, kelelalahn. Empat hari yang lalu terbayar sudah dengan segarnya air sungai yang sangat jernih itu.

Bul-Bul mulai mencabuti beberpa puluh batang ilalang dengan akar-akarnya. Bul-Bul masih ingat ucapan ayah dan kakak pembina pramuka waktu SMP. Ada beberapa jenis ilalang yang akarnya bisa dimakan dan di konsumsi bahkan cenderung menyehatkan. Makanya Bul-Bul gegap gempita ketika menemukan jenis ilalang yang bisa dimakan.

Sambil duduk di batu yang agak besar dan menonjol diantara yang lain. Tangan kanan Bul-Bul sudah memegang erat berpuluh-puluh batang Ilalang yang telah dicuci akarnya. Mulut Bul-Bul tampak rakus ketika mulai memakan akar ilalang itu satu persatu. Rasa lapar yang terlalu akut. Serasa tak ingin lagi kompromi dengan keadaan perutnya yang sudah melilit. Bul-Bul memakan akar ilalang itu sambil matanya terus mengawasi sekeliling sungai. Khawatir penculik itu bisa menyusul langkahnya.

Sepanjang sungai tampak tidak mencurigakan bagi Bul-Bul. Semuanya tampak hening dan alami. Bunyi gemericik air di sepanjang aliran sungai sepanjang 3 meter sepertinya jarang di lewati. Terlihat dari banyaknya semak yang tidak terlihat ada bekas patahan. Bajunya masih menyisakan duri-duri yang menempel ketika berjalan diatas semak-semak yang merambat di sepanjang sungai. Ia juga mengalami bagaimana nyerinya telapak kakinya akibat tertusuk dari duri-duri yang banyak muncul di sepanjang semak.

Bul-Bul menyelonjorkan kedua kakinya. Jempolnya yang tak berkuku itu mirip kepala ayam, dan ia tersenyum. Tampak botak dan menyeramkan. Kuku yang ditindik kursi lalu dicabut dengan tang membuat Bul-Bul pingsan. Karena rasa sakit yang tak tertangguhkan. Hingga sumsum ingatan. Kedua jempol kakinya jika didekatkan pada hidung hanya menyisakan bau busuk. Bul-Bul mencoba menerima kenyataan buruk itu.

Pikirannya kembali fokus pada bagaimana caranya bisa pulang ke desanya. Dua kali bolak-balik Bul-Bul mencabuti Ilalang dan kemudian memakan akar Ilalang yang berwarna putih. Rasanya hambar, tapi tidak pahit. Setidaknya bisa mengganjal perutnya yang keroncongan. Juga memberinya asupan energi. 11 akar Ilalang itu setelah dicuci bersih. Sesekali ia meringis menahan sakit ketika kerongkongannya menelan cepat-cepat kunyahan akar Ilalang.

Tubuh Bul-Bul bertenaga kembali. Kaki yang diselonjorkan kembali ditekuk. Matahari semakin meninggi. Rasanya istirahat sudah cukup, Bul-Bul menegakkan badan membusungkan dadanya kedepan. Mencoba membangun kepercayaan diri. Tuhan tidak pernah tidur, bisiknya dalam hati. Angin siang bercampur hembusan sejuk dari air terjun membuatnya terlihat tenang.

***

Bul-Bul berjalan kembali mengikuti aliran sungai yang lebarnya kira-kira 3 meter, dengan panjang tak terhingga. Bul-Bul tak begitu khawatir dengan keadaan sekitar, tidak seperti sebelumnya. Ketika dirinya di dalam hutan, gelap, dan tidak punya kawan. Hiburan yang paling asik adalah bila ada seekor burung pemakan ikan yang tiba-tiba menceburkan diri kedalam sungai. Lalu muncul dengan paruh penuh ikan. Biasanya Bul-Bul akan berdiri sejenak dan mematung melihat fenomena alam yang menakjubkan.

Burung pemakan Ikan itu biasanya akan hinggap dulu di sebuah dahan pohon yang tak begitu tinggi. Membetulkan sejenak posisi ikan di paruhnya, memagutnya berkali-kali. Lalu kemudian terbang menuju ke sarangnya. Bul-Bul yang melihat tingkah polah burung itu mengingatkan pada pelajaran Biologi yang sering dibacanya berulang-ulang di perpustakaan sekolah. Pinggiran sungainya yang dilaluinya banyak bebatuan yang bertekstur kasar. Bul-Bul berjalan masih tanpa alas, terasa dipijit-pijit kakinya. Sesekali dalam perjalanan Bul-Bul berpapasan dengan rajungan yang sedang mencari makanan. Bul-Bul hanya melihat dengan ekor matanya. Sebelumnya ketika masih di dalam hutan, ia bertekad untuk memakan apa saja bila bertemu dengan hewan pinggiran sungai. Ia urung, akar Ilalang ternyata lebih menarik dan menggugah rasa laparnya. Itu disebabkan oleh kondisi yang dialaminya mengakibatkan selera makannya berubah-ubah. Kondisi perutnya tidak berkerucuk lagi, membuatnya bisa melakukan sesuatu yang lebih realistis dan fokus pada sasaran.

Jumat, 13 Juni 2025

ISTILAH KATA

Memancing lawan sedekat mungkin, hingga menghasilkan satu bahasa tubuh dari yang terpancing. Entah itu sebagai pertahanan diri, entah itu sebagai caranya untuk'merendahkan' martabat sang penanya, hanya gara-gara soal mencari sudut pandang yang malsimal. Caranya orang agak lain memang

Sedekat mungkin agar kau mengalami langsung bau tengiknya pikirannya yang telah dibungkus oleh berbagai gelar akademik

Sepelan mungkin agar nantinya kau bisa menakar seberapa jengkelnya dia ketika menemukan area terlarang

Yang lalu memenangkan gelar kecongkakakn barang sejenak

Ingin menanggalkan baju tasawuf menggantikannya dengan jubah kebesaran toga yang dimungkinkan secara susah gampang

Mengeluarkan emosi pertahanan dengan argumen mematahkan, bukan untuk membuka ilmu adalah bagian terpicik sebuah pengetahuan

Merunduk saja dulu untuk mencengkram arogansi yang tengah dipertontokan diam-diam

Menombak apa yang yang lewat tanpa perlu memandang siapa yang ada didepannya

Istilah kata

Ia bagian dari adu argumentasi jejak pendapat

Mesti tampak matang

Ia selemah-lemahnya argumen

Menang hanya sesaat kalah pun tak serseat

Istilah kata


Kamis, 12 Juni 2025

Janji Tinggal Janji

waktu di depan masa khalayak berorasi tangguh berkobar

singa mengaum dikejauhan pun diam termangu

jerapah sileher panjang menekuk biar tak kena tombak

si kancil sunyi tak berani loncat sekadar mencari pelepasas

suara mengaum menjebak waktu melampaui sunyi

riuh rendah menyapa sekadar melepas dahaga

tiup terompat melambungkan nama

melepas kata menebar janji

supaya bisa ditinggal tanpa belas, tanpa hati

lalu menjelma buih tanpa bisa disentuh

lalu kabur tanpa berkabar

membawa harta berlembar-lembar

Rabu, 11 Juni 2025

MENGAPA PERLU MENULIS? Bagian 2

BABAK 71
Tidak esekadar menuangkan gagasan semata, ia merupakan kerja semua unsur tubuh, melibatkan semua jenis indra, dan mengumpulkan dalam bentuk argumen mendalam tentang satu hal. Ia juga mampu merekam jejak semua jenis situasi yang tak lekang oleh waktu. Termasuk menulis dalam ingatan, yang sensasi kurang lebih sama kejadian 32 tahun lalu. rekam ingatan itu misalnya.

Seorang lelaki tua tegesa-gesa menutup pintu dengan slot besar kayu kelapa. matanya mengkilat menekan situasi. Selepas menyelot, langkahnya tergopong mematikan lampu minyak. Istrinya ingin menyela. Sebuah bunyi desis menyuruhnya diam. "masuk ke kamar" bisiknya. ketiga anaknya memegangi tubuhnya.

Setelah anaknya tertidur. istrinya merayap mencari suaminya yang masih terdengar nafasnya, ia duduk di kursi rambang buatannya sendiri. kayunya dari pohon jengkol. Menyerutnya dengan alat sederhan.

"Ada apa kang?" dalam logat purbalingga.

"Mereka sedang mengajak untuk melawan" bisik lelaki tua,

"Gusti Pangeran, tetangga kita bagaimana? ( maksudnya Aki Dalang versi penulis)

"Masuk" jawabnya lebih pelan, hampir tidak terdengar, suata jangkrik di pinggir rumah mengintimidasi obrolan dini hari itu.

Sampai sekarang rekam ingatan terus meraung mememuhi rongga kepala bernama ingatan. Proses menuangkan dalam tulis, sebagai bentuk apresiasi terhadap ingatan yang diucapkan oleh pemilik sejarah itu. Yang kemudian diwariskan kepada cucu di rumah yang sama tempat mereka melawan gelap dan kecemasan.

Menulis itu membuat ingatan tentang situasi tertentu menjadi lebih terhormat dari semua situasi, jika tidak di ikat dalam bentuk tulisan situasi itu akan kabur bersama kematian dan tarian waktu. Apalagi ditindak lanjuti pada pendokumentasian yang lebih rapih, ingatan itu akan dibaca kemudian sebagai sejarah yang bernada sejarah itu sendiri, bukan mengubah nada sejarah sesuai kebutuhan 'Era' yang kemudian anak cucu nanti berdebat lalu meninggalkan sejarahnya sendiri.

Selasa, 10 Juni 2025

Mengapa Perlu Menulis?

BABAK 70
Kerena menulis itu proses kreatif yang perlu dimiliki oleh semua disiplin ilmu dan profesi. Kalau dalam deep learning akan menumbuhkan growth mindset dan proses sebagai prodaknya. Bukan sebaliknya. Dalam menulis pun sama prosesnya, yakni mengasah daya pikir menjadikan hal yang rumit bisa menjadi lebih sederhan, itu salah duanya. Lalu, kenapa perlu menulis? silakan direnungi alasan-alasan di bawah ini. 
 
1. Membuatmu bisa menuangkan apa yang dikepala dan menganvaskan dalam bentuk tulisan. Hingga menyadari belakangan, bahwa yang kamu tulis benar-benar dibutuhkan pada saat nantinya. Orang menyebutnya dejavu, tapi itu sesungguhnya endapan informasi dari apa yang kamu baca bertahun-tahun, lama mengkrisital, lalu membentuk persepsi mendalam atas bacaanmu dan tulisanmu.

2. Membuat kebutuhanmu akan paradigma yang sudah kelewat mengakar dalam visi pribadimu, hingga kemudian lahir aksioma, sensasi, pilar-pilar asasi yang akan membentuk nalar pribadi setiap pembaca. Mengenai pembaca, semua pembaca bisa menikmati semua kegiatan mengeja kalimat tanpa perlu repot-repot menyeka apa saya pembaca pemula, atau pembaca pedagogik yang gemar mendulang informasi dan hobi memperbaiki bagaimana caramu membaca.

3. Membuat visi pribadimu yang kelewat membudaya dalam kepala dan gerak tubuhmu, hingga yang ada adalah kemampuan scanning untuk semua situasi, dan mencatatnya baik-baik dalam ingatan terdalam, atau mengkanvaskan (istilah tinju) di atas kertas melalui penalaran sistemik jika itu mampu, tetapi semua dimaksudkan untuk memakzulkan pikiran gugup atas tulisan yang tak kunjung bisa di selesaikan.

4. Membuatmu memahami 'situasi' ada apanya dan apa adanya, yang hadir kemudian kemahiran untuk menerjemahkan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan, negeri tercinta ini. Agar pandanganmu tidak cupet dan tidak cepat-cepat memberi label pada semua situasi yang kamu lihat, rasakan, dan hadapi.

5. Menulis berarti menerjemahkan situasi ke situasi lain, agar pembaca memperoleh gambaran utuh tentang penilaian penulis atas apa yang pernah terjadi, hari ini, esok, dan kemarin, jadi guys tak ada alasan lain untuk tidak menuangkan ide, hanya kemauan pada akhirnya, dan sejumput penyesalan.

6. Mencatat pengalaman pribadi yang telah mengarat membentuk siluet tentang peristiwa apa (ditekuni), dan kebutuhan untuk menceritakan lebih detil urutan pengalaman itu dalam bentuk puisikah, Novel, Cerpen, Esai, atau mungkin kamus. Bisa juga cara mempresentasikan dalam bentuk laporan investigasi mendalam atas situasi tertentu. Mengajak pembaca untuk tidak hanya menjadi pembaca 'biasa' tetapi mampu melampaui apa yang disajikan dalam bentuk kalimat. 

Senin, 09 Juni 2025

Pesan Sang Guru

BABAK 72
Idealnya seorang yang menyetorkan hafalannya tida ada kekeliruan atau kesalahan dalam menghafal. Itulah yang dialami oleh Alm Ustaz Muzzammil sewaktu di pesantren. Tapi kata beliau ini tidak bisa dilaksanakan di halaqohnya, karena cukup berat menyetorkan tanpa cacat ataupun kesalahan. Maka beliau mensyaratkan boleh kalian menyetorkan hafalan ada kesalahan atau kekeliruan, sebagai timbal balik kalian (peserta tahfiz) harus rajin murajaah (mengulang hafalan)

Kalau kita menghafal sudah lancar maka akan timbul semangat yang lebih besar dari pada kita sudah menghafal tapi belum lancar, terkadang timbul rasa putus asa dari dalam diri kita.

Beban rasa berkurang ketika sudah menyetorkan hafalan, walaupun itu belum lancar dan tinggal mengulang-ulang.

Target kita terkadang hanya ingin menambah hafalan tanpa memperhatikan hafalan yang lama

Mengajarkan kaidah ilmu tajwid belum begitu diperlukan ketika seseorang membaca alqurannya masih terdapat banyak kesalahan baik sagi makharijul huruf, dengung, maupun mad.

Idealnya bila kita punya hafalan lima juz, misalnya juz 26-30. hafalan itu setidaknya sudah lancar . kata beliau, buat apa kita punya hafalan lima juz tapi tak ada yang lancar.

Minggu, 08 Juni 2025

NERACA

BABAK 69
Lihat saja perbandingan kamu ketika masuk lembaga pendidikan dan menemukan dirimu dalam situasi yang membuatmu makin hari makin tak menemukan Apa yang sebenarnya kamu cari ketika menjadi guru. Sekadar profesi dari sekian pekerjaan sampingan yang membuat dompetmu makin menggembung sulit ditutup. Bahkan merusak retsleting mahal yang dibelinya dari dalam Mall ternama. Menghabiskan sebagain gaji yang kamu tunggu selama sebulan, dan kamu menghabiskan dalam ukuran menit di kasir yang mbanya selalu tersenyum S.O.P banget, dan itu sangat menyebalkan. Atau sekadar menghabiskan waktu-waktu luang karena kamu sudah mendapatkan sertifikat dari pemerintah dan membunuh pelan-pelan waktu terbaik dalam hidupmu. Atau memang kamu tertarik untuk menghimpun sekaligus membandingkan apa yang kamu nanti dapatkan dan yang nanti tidak didapatkan selama menjadi guru, begitukan neracamu sebagai seorang guru? lalu kenapa begitu memaksakan diri untuk menjadi guru?

Jawabannya ada pada dirimu yang memiliki neraca yang tersimpan diantara otak hati gerak tubuh dan juga tujuan hidupmu, semuanya akan membentuk neracamu apakah akan miring ke kanan dan ke kiri. Setiap hari neraca itu akan bergerak sesuai dengan apa yang ada dalam benakmu yang menjadi tujuanmu mengajar. Ia akan bergerak ke kanan manakala pengabdiamu pada pendidikan dan dunia ajar mengandung ketulusan tiada banding, jarum neraca itu akan bergerak menuju langit, semuanya yang dilakukan membawa pada kebajikan luar biasa yang tidak bisa diukur meski dengan ratusan gepok uang. Tak ada manusia yang tidak suka uang, tetapi uang bukan jaminan untuk membeli hak didik siswa yang mereka peroleh sejak bel berbunyi atau sejak jam pelajaran pertama berkumandang. Jika bergeser ke kiri, ada kemungkinan pundi-pundi dari lebelmu sebegai seorang guru dapat mudah dikeruk di lahan basar, yang kamu paling tahu dari mana sumbernya.

Neraca guru bukan soal hitam putih saja, tetapi wilayah abu-abu yang mereka munculkan di depan matamu ketika baru masuk kelas dan belum juga mengucapkan salam pembuka. Ada banyak hal yang mereka selundupkan ketika kamu mulai mengucapkan salam. Mereka mengantongi ribuan jejak pada dirimu ketika mengajar. Bahkan sidik jarimu menempela kuat pada sinapsis, neuron, atau memory jangka panjang. Mereka telah mengalahkanmu ketika kamu meresa telah memenangkannya. Itulah anak-anak didik sekarang yang memiliki kemampuan untuk membaca kebiasaan seorang guru di kelas.

Neraca yang terus hidup dalam sanubari seorang guru memudahkan dirinya untuk memindahkan alam bawah sadar secara berganti-ganti tanpa perlu mengganti peran, siswa akan membenci seorang guru yang begitu munafik dengan dirinya sendiri. Menempatkan diri pada kategori selalu benar adalah salah dua bukti bahwa seorang guru mestilah rendah hati di hadapan murindya, bukan untuk mendiskon terlalu banyak dan mereka bisa mengulitimu bagian demi bagian, tetapi satu misi yaitu kekuatan membujuk hati mereka dan menaklukan ego mereka yang sedang meluap. Setelah berhasil meringkus hati mereka, seorang guru dapat mengisi hati mereka dengan ketaatan pada tuhan, kepalanya dengan pengetahuna, dan fisiknya dengan kekuatan. Tiga hal tadi menjadi pilar-pilar asasi yang mesti disuntikan kepada setiap siswa didik. Semuanya dimaksukan agar timbangan tetap stabil tanpa menutup mata.

Sabtu, 07 Juni 2025

Gesture Ceremony

BABAK 66
Bahasa tubuh ketika mengajar merupakan salah dua kunci untuk mendapatkan ikatan dengan para siswa. Setiap siswa dapat melihat dengan jelas bahasa tubuh guru sedang memperlihatkan apa. Apakah guru sedang memiliki masalah di luar kelas ( keuangan, relasi antar teman, keluarga, atau dirinya sendiri). Hal itu dapat dibaca oleh murid-muridnya tanpa perlu pidato berbuih di hadapan murid-muridnya.

Tutur verbal akan terbawa oleh lapisan bahasa tubuh yang menyelimutinya. Tak perlu ditutup-tutupi semua itu bisa dirasakan oleh hati seorang murid. Apakah verbal seorang guru ketika memberikan pengetahuan sebatas pemenuhan kewajibannya sebagai seorang guru, sekadar memenuhi jam mengajar, dan lainnya, maka caranya menyampaikan layaknya penjual menjajakan barang dagangannya, kalau sudah laku ngapain repot-repot menanyakan barangnya awet atau nggak. Lain hal jika seorang guru menyampaikan ilmunya dengan bahasa tubuh ketulusan pengabdian seorang guru, 🔥 api tekadnya dapat terasa hangat sampai menyentuh hati yang paling dalam. Ada perasaan khusus yang sulit terucapkan manakala bahasa tubuhnya ketika mengajar bukan sekadar ceremony saja, tetapi lahir gerak tubuh, olah batin, seorang empu yang menyepuh keris agar ampuh dan tajam.

Gesture ceremony menawarkan kepalsuan yang akan retak sebelum gelas itu diisi air hangat. Bahkan retaknya bisa pecah sekaligus tanpa sentuhan kasar, pada titik berikutnya akan menimbulkan luka batin dan menyembuhkan perlu waktu yang lama. Maka, sekuat mungkin seorang guru meningkatkan kewaspadaan manakala berhadapan dengan murid-muridnya, agar gesture ceremoninya tidak terbaca. Caranya bagaimana, hilang framing pada diri siswa dengan label-lebel tertentu. Lalu bangun ikatan hati yang kuat antara guru dan murid, pada titik selanjutnya bangunan itu menimbulkan kekuatan untuk merubah diri pada diri siswa tanpa perlu lelah untuk terus melakukan pengawasan berlebih.

Setelah itu lahirlah perasaan mudah dikendalikan hasil ikatan hati yang kuat antara murid dan guru pada hal-hal yang berkarakter. Tanggung Jawab, disiplin, pembelajar, taat pada Allah dan Rosulnya, dsn segudang karakter lain yang bisa muncul ketika mengibaskan sedikit demi sedikit gesture ceremony dalam di seorang guru. Jika satu waktu guru terjebak pada gesture ceremony yang sulit terelakkan, maka itu ia anggap sebagai kebutuhan situasional.

Jumat, 06 Juni 2025

'Lagak' Guru Sebagai Seorang Detektif

BABAK 67
Doakan mereka ketika hati kalian sedang diliputi oleh kegelapan berburuk sangka. Dengan berdoa hati menjadi lebih bersih terbebas dari prasangka yang berlebihan. Sejatinya sedang mengikis semua keluhan yang sempat mampir dalam beberapa detik, menit, jam, bulan, bahkan mungkin ada yang bertahun-tahun. Semuanya tergantung pada hati yang besar, hati yang selalu melimpah memberi ampunan pada orang-orang disekitar. Apalagi sekitar itu adalah murid-murid yang pernah membersamai sewaktu mereka kecil, TK-SD-SMP. Hati mereka seakan hijau oleh bongkahan kasih sayang melimpah dari orang-orang dewasa-guru, orang tua, bahkan nantinya dosen-dosen mereka.

Berapa dari mereka seringkali membuat jengkel, entah itu sifatnya, tanggung jawabnya, sudut pandangnya, semua tampak mentah dan kolot. Ya mereka masih hijau soal-soal karekter, setidaknya dengan hati yang besar dan menularkan sedikit demi sedikit perasaan mereka tergugah dan mulai membangun karakter dalam kasadaran maksimal. 

Ia selalu mencari kontradiksi dan hati yang besar agar memungkinkan dirinya berpikir- untuk lebih banyaknya jeda diantara hal-hal yang tampak memusingkan. Seorang anak murid kedapatan 'menembak' perempaun teman satu kelasnya. Isi kepala seorang guru mengatakan: "bahwa rasa suka memang datang dengan sendiri tanpa pernah diminta, bagian elemen dari fitrah seorang laki-laki dan perempuan. Jeda saja dulu, katakan pada mereka. Saat ini kalian berteman saja, rasa suka itu fitrah. "Kalau pacaran nanti saja dulu" ada banyak hal yang bisa kalian lakukan tanpa perlu repot-untuk melibatkan diri dalam status pacaran. Isi kepala guru seperti berhak mendapatkan apresiasi secara sosial, tanpa perlu berkoar-koar kepada seluruh rekan gurunya.

Tindakan guru detektif memungkinkan dirinya berjalan seperti biasa, tidak cepat juga tak buru-buru dari guru yang lain. Tetapi pikirannya melangkah seratus kali lipat lebih cepat tanpa merendahkan orang lain dan selalu menolak kebenaran (sombong), berlimpah simpati tanpa melanggar kode etik dirinya sendiri, dan tidak dibutakan oleh mahkota reputasi, semuanya berjalan tampak wajar sesuai api tekadnya.

Sebagi guru yang detektif, selalu mencari sudut pandang yang lain. Beragam paradoks ia pelajari, ambiguitas ia simpan rapat-rapat, menyambut hangat siswa yang terlambat dan menanyakan kabarnya, menatap matanya tanpa tedeng aling-aling, menatap jahitan pada celanan yang benangnya yang nabrak warnanya, tanpa perlu menegurnya cepat-cepat. Karena kadang, membangung bonding antara siswa tanpa perlu 'berteriak' kencang-kencang. Guru hanya perlu menunggu di sudut mata mereka yang ragu, senyum yang malu, dan gerak yang kikuk, lalu pelan-pelan memdampinginya agar tampak teratur dan menuntun mereka (siswa/i) menemukan logika pikir sekaligus tindak pada tataran yang utuh.

Struktur pikir guru detektif selalu menemukan kebenaran pada seorang murid dimulai dari detil yang jarang disapa. Tas yang talinya rusak, warna bajunya yang pudar, bibirnya yang selalu tampak kering, dan bau tubuhnya yang sangit, pada mereka terdapat sejuta alasan yang bisa diambil sebagai panduan menentukan sudut pandang kebenaran, bahwa guru lebih pelan menunggu, tak perlu cepat-cepat memberi label malas, bodoh, bau, kusam, dan seterusnya.

Ia tampak tak tertarik pada murid yang bersalah-mencontek-, ia lebih percaya pada bagaimana menemukan kreatif pada dirinya dan membuatnya sedikit untuk percaya pada kemampuannya sendiri. Didaktik boleh, tetapi tak ada manusia di bumi yang tahan bila setiap pagi mendapat 'ceramah' terus menerus tanpa memberinya jeda untuk memikirkan tindakan yang sedang mereka lakukan. Ia lebih tertarik pada strategi apa yang cocok buatnya dan meningktakn setiap detil kemamapuan yang tersembunyi dari tiap siswanya. Ini cara berpikir detektif seorang guru yang hatinya besar.

Ini mengingatkan bahwa kesalahan tak selalu dimulai dari kesadaran melakukannya, tapi luka pengasuhan orang tua yang kerap diserapnya setiap ia berganti seragam. Juga dari ketidaktahuan bagaimana caranya memulai sebuah kegiatan. Bahkan tangisan adalah pintu terakhir dari kebingungan yang sedang melanda isi kepala, terkadang begitu. Luka pengasuhan yang sering kali keliru menimbulkan beban tersendiri bagi anak didik. Mereka seperi mendapatkan dunia baru, setelah besar oleh dunia lama (pengasuhan tanpa arah dari orang tua), hal ini terus tumbuh dalam diam, dan tugas guru adalah bukan hanya menebak isi kepala murid, tapi menguak selubung kepala mereka, dan pelan-pelan membuktikan kalau tindakanmereka keliru dan mengantarkan pada kesimpulan yang bisa mereka terima, setidaknya begitu 'lagak' guru sebagai seorang detektif.

Kamis, 05 Juni 2025

Predictable Plot

BABAK 68
Hari senin sebagian menganggap hari yang penuh tantangan. Ia mesti ditaklukan karena merupakan hari pertama masuk kerja (jika memang punya kerjaan) setelah libur akhir pekan, sabtu dan minggu. Atau bahkan liburnya dari kamis, jika ada kondisi khusus.

Tantangan berikutnya adalah perpindahan azam. Dari semangat menikmati liburan akhir pekan kepada semangat memulai aktivitas rutin yang telah menjadi alur kehidupan kerjanya. Semuanya tergantung pada respon spontan pada masing-masing guru.

Lazimnya guru akan memerangi kemalasan akhir pekan dan melawannya sekuat mungkin agar bisa masuk kerja di hari senin. Entah ada jam mengajar atau mendampingi kegiatan pagi saja. Semuanya dimaksudkan untuk mengawal api tekad seorang guru demi peserta didik dapat tumbuh sesuai yang dicita-citakan. 

Sebagian dari mereka memenangkan pertarungan dan mengkanvaskan kemalasan dan membuangnya dalam tong sampah. Sebagian lain, terpuruk dan kalah dalam pertarungan batin, dan pada pagi buta dia akan merencanakan maksud yang sudah bisa di perkirakan oleh para pengampu kebijakan. 

Serasa akan luput dari pengamatan dan merasakan sensasi kemenangan dari tugas harian seorang guru. Memilih meringkuk dalam kamar setelah meringkus empati dan memasukan api tekad seorang geru kedalam bejana kebodohan.

Keesokan harinya, ia mengatakan pada teman-teman beberapa alasannya. Temannya mengangguk, mau bagaimana lagi katanya. "saya harus mengkondisikan badan saya dulu" ucapnya, ini alasan yang sama saat tidak masuk kelas. Kepala sekolah yang tahu hal ini menatapnya pelan. "Alasanmu selalu sama" tapi kata ini tak pernah diucapkan. Ia tipe damai, tak ingin membuat kegaduhan. Seperti kegaduhannya keluar dari sekolah (berhenti) lalu masuk kembali setelah misi dari pemerintah berhasil ia bekuk dan memiliki selembar serifikat sakti. 

Pilihan itu selalu ada, bahkan yang paling buruk sekalipun. Membikin beragam alasan agar mangkir dari pengabdian adalah bukti kesetiaan pada pendampingan perlu dipupuk lagi agar subur dan rawan penyakit. Mangkir dari kerja pendidik adalah alasan yang klise membuktikan apa, ingin membikin suasana tak kondusif atau memang begitulah adanya. Tak ingin keluar dari zona lama, dan kembali membara menunjukan api tekad seorang guru, jika tak mau alur ceritamu sebagai seorang guru begitu mudah untuk ditebak. 

Mimpi Itu...

Mimpi pandang mimpi kelam

harap jadi buaian

melangkah tuju harapan

langkah kecil pun besar

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Kadang membuai

Kadang membuat senyum

Kadang membuat luka

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Harapan menjadi busur yang mulia

Besar kecilnya tergantung doa

Tuhan maha bijaksana

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Semua yang bernyawa menanti

Entah dunia

Entah surga

Entah neraka

Mungkin hanya sebentuk senyuman...

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Menjadi pelita, jika merenda sabar

Menjadi petaka, jika terburu nafsu

Semua hal bisa saja terjadi...