Jumat, 11 Januari 2019

Novel Frans Maki

BAB 6
Kelereng Besi 
Lanjutan

Sekarang tinggal Frans dan bang Aris yang akan berduel siapa yang akan keluar sebagai pemenang dan siapa yang harus legowo mengakui keunggulan lawan. Kelereng kaca yang berwarna putih milik Frans akan mengadu kekuatan dengan kelereng besi milik bang Aris. Kelereng kaca milik Frans berukuran 1.25 cm, sementara kelereng besi yang bang Aris pegang sekarang sejatinya adalah Gotri besar yang cocok untuk berburu, ukurannya lebih besar sedikit dari kelereng susu milik Frans. Asal usul gundu punya bang Aris juga masih diperdebatkan antara dia buat sendiri, hasil pemberian orang, atau dapat ngulik dari gotri mobil atau motor. Semuanya masih simpang siur.

Duel di mulai. Frans membidik gundu milik bang Aris dengan segenap perasaan. Campur aduk antara cemas kalah dan perasaan untuk menang. Jemari Frans berkeringat hingga membuatnya licin, tembakannya meleset, hanya menyentuh udara di samping gundu milik bang Aris. Seringai bang Aris ditunjukkan.

" Giliranku sekarang Frans, kau lihat bagaimana bermain gundu yang baik." ujar bang Aris bangga. Sambil jongkok. Bang Aris menggunakan teknik sentilan pertama. Tehnik ini cocok bagi pemain pemula, tetapi bang Aris selalu menggunakan teknik ini, dengan jemarinya yang kuat gundu besinya bisa melontarkan dengan kekuatan maksimal. kadang bang Aris berganti teknik, semuanya untuk mengintimidasi kekuatan lawan.

" OK, silahkan." Ujar Frans menenangkan diri. Melihat bang Aris menggunakan teknik sentilan pertama, berarti bang Aris masih menganggapnya sebagai lawan yang remeh. Frans dibuat jengkel oleh bang Aris.

Ternyata meleset. Aro dan Nur berlompat girang. " Mas Frans ayo semangat." Seru Nur. "Kemungkinan selalu ada Mas Frans." Cetus Aro, kali ini sopan sekali dia.Jarang sekali dia menyebut nama kakaknya dengan sebutan "Mas".

Kamis, 10 Januari 2019

Perbedaan

Soal warna kulit, bahasa, cara pandang, paradigma, semua menghasilkan nada-nada yang indah dalam memaknai selera berpikir. Hadiah terbesar seorang manusia adalah diberinya akal sehat untuk mencintai perbedaan. Merawat perbedaan dengan pupuk alami persaudaraan, kebangsaan yang satu, menyiraminya dengan air mata kerinduan, dan mencabutnya dengan rasa damai.

Sebuah frame yang berisi gambar yang indah adalah hasil dari cara berpikir unik. Berbeda dari yang lain. Warna dan corak dalam gambar tersebut juga dihasilkan dari keberagamaan celupan kanvas yang berbeda juga.

Perbedaan adalah rasa. Kuah bakso yang enak juga dari perpaduan bumbu yang beragam jenisnya. Kita adalah produk perbedaan dari dua manusia yang berbeda. Hingga tak jadi soal ketika berbeda dalam satu hal. Tetapi banyak kesamaan dalam berbagai hal.

PERISAI jilid 2

Panik adalah bentuk perisai dari segala bentuk kecemasan. Karena membuat hati-hati setiap langkah dan arah tujuan.

Maka bentuk kepanikan yang terkontrol mampu membuat orang tetap berpikir waras, tak hilang akal, dan tetap mencari solusi.

Perisai adalah pertahanan dari kerapuhan menatap sesuatu yang jumud dan tak mau berkembang. Karena dia akan berjalan dengan kecepatan berlari.

Perisai

Semua orang punya potensi melakukan kesalahan. Skalanya berbeda-beda, pada tiap level kita memperdebatkan dengan nurani untuk berhenti segera, atau kita akan terjebak dalam lumpur kehinaan. Menghina diri sendiri lebih baik agar dapat bersinar di kegelapan. Dari pada menghina orang lain agar meruntuhkan perisai kebaikan yang pernah dilakukannya.

Perisai mampu menidurkan segala kesalahan yang pernah menipu diri hingga terjebak pada menghakimi diri terlalu sadis, hingga secuil perbaikan adalah mustahil dilakukan. Perisai mampu mendaki kebaikan hingga nyaris seperti malaikat. Karena manusia selalu saja berdampingan dengan kebaikan dan keburukan. Maka perisai meleburkan itu semua agar benderang di kemudian hari.

Rabu, 09 Januari 2019

Arah

Kuda perang begitu semangat ketika di pagi buta sang majikan untuk bepergian. Tak pernah menolak, mengeluh, atau bernegosiasi agar tak mengganggu jam istirahatnya. Tak bergeming ketika kuda diberi perlengkapan agar nyaman dinaiki sang majikan sekaligus memberikan kenyamanan bagi sang kuda itu sendiri. Hingga di beri tali kekang sang kuda sudah siap untuk diarahkan kemana saja, tergantung sang joki atau penunggang kuda.

Ketika kuda perang berhenti, sang kuda merasa siap dengan arahan selanjutnya, bersiap untuk maju mengangkangi musuh, atau meringkuk pulang ke kandang. Berhenti mogok tak mau jalan adalah kebingungan kuda ketika menentukan arah. Selalu punya pilihan dalam menentukan arah.

Maju atau mundur juga pilihan arah. Maju menentukan arah bersikap, mundur adalah cara untuk kembali ke arah yang sebenarnya. Maka arah selanjutnya menjadi gerak dinamis yang sering disepelekan.

Harapan

Harapan seperti cermin yang selalu cepat memberikan reaksi kimia yang berdampak pada psikologis seseorang dalam ukuran skala. Skala jumawa, berarti orang tersebut memuji diri di depan cermin dengan cara berlebihan. Menjaga jarak dengan kritik dan nasihat karena bagi keduanya memalukan diri sendiri, tidak mempublikasikan kemampuan langka. Yang berujung pada penghinaan dan meninabobokan kesempatan memperhalus makian.

Cermin memberikan harapan untuk belajar dari mana kita berasal. Untuk apa hidup di dunia, lalu setelah mati adakah kehidupan lain. Pemaknaan harapan adalah dua sisi cermin yang selalu mengandalkan kejujuran dan kedewasaan, agar harapan mampu mengisi otak kita dengan lautan memperbaiki kekurangan, mengurangi yang buruk.

Harapan adalah nafas orang-orang yang senantiasa punya cita-cita hidup mengembara dalam hasrat untuk meraih sesuatu, agar harapan besar itu tetap hidup dalam dimensi yang luas. Harapan mestilah muncul dan membungkam sifat pecundang yang terus menohok kedalam alam bawah sadar, agar muncul ke ruang harapan yang elegan dan normal.

Selasa, 08 Januari 2019

Air

Walau lembut mengalir sesuai dengan objek yang dilaluinya. Melewati sungai-sungai yang dangkal maka air menggericik seperti tiupan suling. Luwes seperti gerakan para penari, gemulai seperti para bangsawan berjalan menuju singgasana. Adakah mahluk yang tidak memerlukan air, sejatinya tak ada yang tidak memerlukan air. Elemen di bumi mutlak membutuhkan air.

Kalkulator manusia tak sanggup menghitung jumlah air hujan yang turun dari langit. Tak sanggup menghitung secara akurat seberapa banyak bumi menghisap air. Lalu berapa juta kubik air yang ada di lautan. Seberapa kuat hempasan air hingga mampu merusak, melahap, melontarkan tanah. Air sangat diperlukan, tapi kalian harus tahu bahwa air adalah mahluk Allah yang paling taat. Tak pernah melanggar perintahnya. Ketika Nabi Musa memukulkan tongkat untuk menjaga jarak dari sang pengaku Tuhan, maka air laut segera patuh membentuk jalan agar Nabi Musa dan para teman setianya mampu berjalan diantara air laut yang terbelah.

Air bentuk yang mudah untuk dikenali. Walaupun pada tempat yang sederhana, ember bekas, pot bunga, ceruk tapak Harimau, genangan air yang telah dirusak habitatnya. Sampai tergenang pada danau buatan. Semuanya membuktikan sifat air yang fleksibel, bijak, luwes, toleran, tapi bisa sangat tegas bila mahluk di bumi meremehkan air. Tunggu saja, air akan berlaku adil seadil-adilnya.

Novel Frans Maki

Bab 6
Kelereng Besi  Lanjutan

Bang Aris membidik kelereng terakhir. Kami tegang, rekor tak terkalahkan selama ini akan di sandang oleh bang Aris. Sambil membidik bang Aris bersiul untuk memojokkan mental Frans. " Belum berakhir Frans sebelum pertandingan selesai." Cetus Tama. Hari dan Tama mengamininya. " Ya benar." Kompak Hari dan Tama.

Kelereng besi anggung meluncur, roda berputar. Takdir berkata lain. Kelereng besi tak di sangka tak di duga menghantam batu kerikil hingga lajunya berganti arah. Kelereng besi milik bang Aris meluncur keluar dari sasaran. Dia bersumpah serapah dengan kata-kata memaki ketidaktepatan bidikannya. Persepsi dirinya mulai goyah. Melihat bang Aris yang kehilangan fokus. Aro adik Frans berkata lantang berwibawa, " kau bisa kalahkan hari ini anak muda."

Senin, 07 Januari 2019

Lelah

Tarik nafas hingga perut membuncit, lalu hembuskan lewat rongga mulut. Tercipta sebuah harmoni yang klimis akan jati diri, kejantanan para pria, wibawa para wanita yang mengasuh anak-anak tanpa bantuan asisten rumah tangga. Lelah adalah bentuk kita manusia sebagai rasa yang normal, terasa diawal dan sejatinya, penyegaran yang lebih dini.

Derap kaki tak pernah lelah ketika tujuan belum tercapai, tujuan adalah kelelahan yang tak pernah menua, semakin tinggi target, maka rasa lelah akan terkristalisasi dalam keringat bercucuran, otot tegang, dan kadang keseleo yang tak berujung. Demam tinggi adalah bentuk lelah dari tubuh yang terus memperbarui ketahanan agar tak mudah dehidrasi.

Dendam adalah bentuk kelelahan hati yang tak cerdas memaknai setiap pertikaian yang selalu terjadi, formasinya selalu sama, setiap kejadian yang menyulitkan hati akan terjawab dendam yang menguras kelelahan, bila selalu saja tak memakai baju baik sangka.

Bila lelah terakumulasi dalam sangka maka akan lahir rasa tanggung jawab, dendam berubah menjadi damai, frustasi berubah menjadi harmonisasi, pada akhirnya lelah adalah bentuk yang sangat normal sebagai manusia biasa.

Lentera pagi

Sejenak mengirim sumpah atas nama kepercayaan dunia. Dimana gerangankah secuil kemesraan yang hadir di pelupuk mata. Mengorbankan segala hiruk pikuk keduniawian dan mengalahkan rasa gentar untuk sombong pada penciptaan ego yang dapat meluluhlantakan sebuah negara.

Peluh jadi daki bila tak rajin menggosok di waktu mandi, perasaan menjadi tumpul bila selalu memandang peristiwa dengan logika yang terbatas. Langkah menjadi tersandung bila mata tertutup oleh candaan yang menghina.

Hanya Lentera yang punya hak preogratif sebagai salah satu penerang dalam gulita. Dapat merobek malam seperti sayatan yang tak bertuan. Bahkan Ronin punya kesempatan untuk mendapat lentera, meski sang majikan telah terbunuh lebih awal.

Lentera semacam Boomerang yang dapat menetralisir kesempatan yang hilang, dapat meluncur kembali. Walaupun gerakan Boomerang tak selogis yang kita pikirkan. Lentera adalah logika terbalik dari peristiwa sehari-hari. Dia tidak hanya bercahaya tapi berharap ketika tak punya kesempatan untuk bercahaya.

Minggu, 06 Januari 2019

Novel Frans Maki

BAB 6
Kelereng Besi 
Lanjutan

Bang Aris tak percaya kalau tembakannya meleset. Kepongahannya sekarang berada di tanganku. Jakunnya terlihat naik turun, kedua bola matanya menyiratkan kecemasan, baru kali ada laju kelereng besi tak berhasil merengkuh keberhasilannya.

Frans mengelap jarinya yang berkeringat. Nasib permainan selanjutnya adalah tinggal menunggu moment. Kalah dan menang adalah hal yang biasa, bila permainannya adil. Sejauh ini, sejarah perkelerengan telah tecoreng oleh permainan bang Aris yang menggunakan kelereng besi sebagai gacoannya.

Sebuah tembakan terakhir akan melanjutkan permainan berikutnya jika Frans berhasil membidik dua kelereng terakhir. Hari, Jidon, Tama, Nur, dan Ara memberi semangat. Konsentrasi dimulai, Frans tak ingin buru-buru menuntaskan permainan, Frans ingin mengaduk-aduk emosi bang Aris seperti yang sering dilakukannya kepada kami. Frans menarik nafas dalam-dalam, tembakan pertama dilesatkan dengan konsentrasi penuh, hasilnya kelereng mampu membidik dengan tepat, satu kelereng menjadi miliknya. Frans kembali fokus, tembakan kedua dilesatkan, hasilnya luar biasa, bidikannya tepat. Bang Aris tak percaya, posisinya terancam. Permainannya mungkin akan berakhir. Sebuah peraturan lama, kalau pemain terakhir dapat membidik kelereng terakhir maka pemain tersebut punya hak untuk "membunuh" lawan terlebih dahulu, bila meleset masih punya kesempatan berkali-kali bila musuhpun tak jitu menembak pemain terakhir. Frans menembak terlebih dahulu, hasilnya nihil, kelerengnya hanya menembus angin, kelereng besi tak bergeming. Bang Aris kembali dengan kepongahannya, walau begitu kenapa Bang Aris diterima ketika bermain, itu rasa khawatir kami mendapat hal-hal buruk darinya.

" Permiananmu akan berakhir Frans." Kata bang Aris.

" Belum tentu." Sewot Frans menjawab."