Senin, 26 Mei 2025

Malu Belum Baca Buku Apa

BABAK 62
Malu belum baca buku apa adalah Life Style yang jadi pola prilaku umum sebagai guru dan bukan guru. Sinapsis kepalanya selalu ketagihan dan menagih buku apa yang belum dibaca. Tidak hanya buku pelajaran yang dibawa kemana-mana, setidaknya di meja kerjanya ada satu buku yang perlu dibaca bukan hanya sebagai hobi semata, mengisi senggang, klangenan, tetapi membaca buku adalah sebagai paradigma kultural yang hendaknya dijadikan pedoman ketika menjadi seorang pendidik, meski ia bukan seorang guru. Membaca buku apa hari ini mutlak diperlukan untuk semua orang yang merasa berbudaya dan beragama. Ahli bahasa, ahli cerpenis, dan seterusnya. Membaca buku bukan sekadar ia lulusan sastra, tetapi ada persoalan yang lebih serius yaitu menguji nalar kritis seorang pendidik.

Proyek membaca bukan sekadar ranah linguistik, tetapi ia menjadi hidup dikepala setiap saat, dan pendidik seyogyanya menyadari. Tidak ada kata terlambat. Semuanya bisa memulai dari awal. Karena kadang kala karya bukan karena bentuk dan isi semata, tetapi situasi lah yang kadang membuat buku tersebut menjadi melegenda. 

Kidung 'Cinta' Para Pembalap

Dari Prancis Hingga Inggris.
Setelah Zarco bisa backlips di kampung sendiri dengan gaya tinggi di tambah senyumnya yang lebar, Zarco berhasil menyudahi paceklik ratusan hari tanpa podium. Dengan hampir 20 detik meninggalkan para pembalap lainnya, Zarci seolah menyatakan bahwa eranya masih berlaku, tidak perlu selalu terpusat pada Ducati, si merah yang selalu 'menyebalkan' ketika di lintasan lurus. Bagiku ini lebih banyang perang mesin, memang untuk mengebuli pembalap lain dibutuhkan skill rata-rata. Bagi saya, penonton, yang mulai mendengar nama pembalap Valentino Rossi dari seorang teman yang siarannya bisa nyampe, saat itu untuk melihat Rossi membalap, mungkin membutuhkan parabola. Lalu pernah sayup-sayup melihat para pembalap di satu koran olaharaga yang dibawakan seorang teman yang punya uang saku berlebih. Perkenalan saya dengan mereka bisa dibilang cukup lama, mungkin di tahun (94-95) saat saya duduk dibangku MI sambil rebahan di antara dua kakinya. Bukan nonton pembalap Motogp, tetapi nonton Motor Tril yang bisa terbang sana terbang sini.

Kembali ke Zarco, ia berhasil mempercundangi ducati lantara insting yang ciamik, berdasarkan pengamatan anak kampung sendiri, ia berhasil mengamati satu tanda cuaca. Iapun memutuskan untuk ban setingan hujan, keputusannya tepat, ia pun berhasil menjadi juara 1 dan meninggalkan pembalap lainnya yang sibuk untuk mengganti bannya. Sebuah intuisi cemerlang berkata latihan dan kerendahan hati.

Setelah Zarco mengukir jalan ceritanya, kini giliran Bezzecchi yang memahat namanya di podium satu, race inggris. Ia pun berhasil mengebuli ducati dengan caranya sendiri. Setelah puasa gelar, selama lebih dari 600 hari, ia pun menggeber motornya setelah tahu bahwa pembalap yamaha mengalami 'masala' dan bannya ngerem sendiri. Tararo pun mojok di satu satu sirkuit sambil dimotivasi oleh 'rekannya' yang paling penting murid-muridnya berhasil mengimbangi ducati dengan caranya, meski sama-sama membela ducati, saya pikir mereka punya misi pribadi yang tidak ingin diceritakan, setidaknya sekarang.

Saat Guru Bercerita (3)

BABAK 61

Sebuah cara adalah cara itu sendiri. Fikir itu adalah tindakan yang tak pernah terselesaikan. Apapun alasannya, alasan adalah cara terbaik untuk menyembunyikan keburukan dirinya sendiri, seperti gajah koma di akhir pekan karena tidak bisa mengenali ekor dan jejaknya sendiri.

Ia ingin menyapa sahabat pena, ada di nun jauh disana. Cara apa yang bisa sampai. Jika sayap bisa dibeli di toko, maka ia akan berencana membeli selusin sayap agar bisa berganti secara berkala. Lalu terbang melintasi udara luas, kotak-kotak kubus berasap, yang sesekali menggigil ketakutan karena pemerintah lupa memberi kupon sembako.

Ia berdiri dan menatap tusuk konde yang melingkar tegap tinggi sampai matahari tak leluasa untuk menyinari hamparan pasir panas.

"Kau kenapa Gaza, kota ini memang seperti tak ada harapan. Apakau kau setuju."

Suatu siang ia mendapati suara yang terdengar dari balik bebatuan hitam yang sering disinggahi singa pada malam hari.

"Sahabat penamu, bagaimana?"

Suara lain muncul dari arah angin yang menampar-nampar.

Mereka sibuk dengan apa yang mereka cari. Janganlah kalian mempermasalahkan sesuatu yang sudah disepakati.

Janganlah dicari-cari kesalahan. Masalah kita bukanlah yang itu-itu saja, darah kita lebih berharga dari apa yang mereka kira. Tak perlulah kita membuat semuanya lemah. Inilah yang membuat Tuhan mempecayakan tanah kepada kita semua.

Janganlah membuat kecewa.

Gaza mengangguk. Ia pergi menggendong tas mulai mengukur tembok raksasa, mencari jalan tembus peluru menghadang. Ia sibuk mengira-mengira, apakah mereka tak pernah takut tentang hari penghisaban.

Minggu, 25 Mei 2025

Saat Guru Bercerita (2)

BABAK 60

Anak perempuan itu terus saja menempelkan wajahnya ke atas meja, dari pelajaran pertama kimia. Pelajaran yang menyebalkan itu. Kau pasti sepakat kan?, jangan munafik. Ingin saja keluar dari pelajaran itu ketika sepatunya yang sering dipakai tentara terdengar lebih keras dari sering dipakai. Guru Kimia itu sengajakah. Sekarang bukan saatnya membahasa tentang Guru Kimia, yang rambutnya bergelombang, senyumnya meradang. Lebih baik, mari dengarkan anak perempuan yang menunduk kelas, seakan ia ditinggal kenangan keras itu. Anak lelaki pada waktu itu masih tabu untuk menanyakan apakah ia baik-baik saja, bukan tak mau. Kami tak cukup kosa kata untuk memulai percakapan, atau hanya ini perasaan Gaza saja.

Pelajaran kedua juga tak kalah menyebalkan, Fisika. Hari senin memang neraka bagi Gaza. Ini salah siapa, tak perlu mengira-ngira. Ini kenyataan yang Gaza harus hadapi. Jam kedua ini sedikit melegakan, pengampunya wali kelas Gaza sendiri, seperti anak ayam di ampu Elang. Serem juga sih.

"Kau kenapa Bita, sakitkah?" Tanya Ibu Wali Kelas. Ia beranjak dari tempat duduk setelah selesai mengabsen.

Ia mendekati Bita yang kepalanya masih lengket dengan meja. Ia mengelus kepalanya seperti putrinya sendiri, apakah ia betul-betul melakukannya. Mungkin Gaza hanya kusut masai saja, hingga ia tak sempat membaca perubahan wali kelas akhir-akhir ini.

Ia mengangguk seperti dokter. Ia memberikan ultimatum. Pelan-pelan ada semacam gelembung di dada ini entah apa rasanya. Segera kalian akan tahu, perasaan macam itu. Dan perempuan macam apa yang akan saksikan nantinya.

"Yang dekat dengan rumahnya," Tanya Wali Kelas.

Tema-teman mulai mendengung seperti truk slender, entah apa yang mereka rencanakan.

"Gaza bu, ia dekat rumahnya dengannya," salah satu temannya mengusulkan. Di susul teman-teman yang lain. Ini mulai mengusik ketenangan di pagi hari. Tetapi menyenangkan, bisa mengantar gadis semanis itu. Walaupun bau keteknya cukup memusingkan kepala, Ups itu dulu ketika di MI, mungkin sekarang ia agak berbeda. Gaza tak pernah lagi mencium bau tubuhnya, atau tak ingin melakukannya.

Takdir seolah berkata; kau harus mengantarkan gadis itu. Meski itu bukan pilihan yang mudah, tetapi mungkin kau menginginkannya. Aduh, kok bisa begini.

Huuuuu, gemuruh suara itu mengadukan perihal-perihal picik sebenarnya, dan Gaza tak berani melirik barang sejenak pada teman-teman perempuan, apakah itu semacam pengampunan dan Gaza juga tak peduli pada urusan-urusan mereka.

Eng mengekor di belakang ketika mulai keluar dari kelas, Wali Kelas itu tersenyum. Ini hadiah terbaik dari seorang Wali Kelas, apakah Gaza dapat menangkapnya. Mungkin ini hanya kebetulan, kebetulan di hari selasa pukul 9.14 pagi 2000, ah mestinya tak perlu mengingat-ngingat dengan jelas.

Sepanjang Jalan keduanya terlibat adu mulut hangat, maksudnya pembicaraan. Mereka mesam-mesem pada saat tertentu. Lalu saling pandang beberapa detik, ini menjengkal. Tetapi menyenangkan.

Ketika mobil angkot oren berhenti dan mereka ingin sama-sama naik. Muncul seorang lelaki berseragam sama dengan yang mereka pakai, mengendarai motor. Ia kakak kelas begitu. Gaza sulit mencari kata-kata yang tepat untuk kejadian itu.

Angkot sudah berhenti. Bita beralih ke kakak kelas dan naik motornya. Meninggalkan Gaza yang amat apa ya, sebentar mungkin Cengo, atau apalah.

Perpisahan yang merobek keakraban mereka sebentar. Lalu Gaza naik angkot duduk dipojok, memandangi Bita yang tersenyum lebih merekah dari pada perjalanan tadi. Sejak saat itu, Gaza menyebut gadis sebagai penjelmaan Kirik Busik, dan itu sejarah panjang kehidupannya.

Sebuah penipuan yang terencana.

Dan itu menjijikan...Cuih....

Saat Guru Bercerita (1)

BABAK 59

Seorang Presiden yang kedengaran lebih seniman. Duta kebudayaan lebih tepatnya. Pernah mendapat rentetan pertanyaan yang bertubi-tubi dari tukang obat pinggir jalan. Konon katanya tukang obat itu ketika mencari barang belanjaan harus menyarter pesawat ulang-alik, karena ada barang yang laku keras tak terdapat di bumi. Melainkan pada tempat dimana syetan-syetan pernah dilempar dengan bintang ketika ingin mencuri berita langit. Ada yang percaya ada yang tidak. Dia hanya tukang obat, dari mana mendapat uang sebanyak itu.

Tukang obat tak menghiraukan omongan pedas dari para netizen. Mereka mungkin sering-sering mengkonsumsi es mambo rasa rujak dengan isian mangga muda asam. Sebaik-baik melawannya dengan membuat bukti yang nyata, katanya. Ia bilang; "senyata-nyataya. Kalau bisa buat mereka terdiam dengan kata-katanya sendiri. Mungkin mereka perlu belajar pada burung Nuri yang mengucapkan kata seperlunya saja, kadang tindakan mereka lebih pelit dari ucapan yang berbuih-buih itu, buih lautan itu rasanya lebih guruh," tuturnya pada satu waktu ketika seorang pengunjung tampak arogan.

Hari itu benar-benar hari yang cerah. Seorang presiden datang secara tak terduga menunggang seekor rajawali. Maaf, maksudnya pesawat pribadai bergambar rajawali, o bukan itu benar-benar pesawat berdesain seekor rajawali lengkap dengan suaranya yang melegenda. Pada paruhnya seekor pitonoba tengah terkulai lemas. Tukang manggut-manggut ketika merasa ular itu masih hidup selamat dari terbarkarnya hutan. Sebuah hutan yang kata-kata dari ketua adat telah diingkari sedemian rupa. Manusia kadang lebih buas dari hewan pengerat sekalipun.

"Bagaimana penjualanmu hari ini," tanya Presiden sambil menggulung lengan bajunya yang bersih, dan menarik hidunnya karena ia tengah dilanda flu yang berat. Ajudan dan orang yang menyertainya mencegahnya ketika ingin blusukan ke pelosok-pelosok desa. Mereka terbungkam ketika mendegar ujaran; "Aku tak makan gaji buta, karena aku bermimpi tadi malam leherku dijerat oleh trilunan uang yang terus berteriak dan mengancam," Tuturnya di satu pagi sebelum kepergiaannya blusukan mengunjungi rakyatnya. "Ini kedengaran wagu, tapi apa boleh, hari yang mendebarkan itu segara menyerbu, kalian paham maksudku," tambahnya sambil tersenyum. Mata yang agak sipit tampak berwibawa, hanya itu kewibawaannya. Selain itu tampak seperti kanak-kanak berlari-berlari mengejar layangan petel.

"Tikus-Tikus itu telah mencuri obat mujarab yang menjadi bahan dasar dari semua obat yang kujual." Jawab tukang obat.

"Mustahil, mereka sudah kenyang."

"Tidak, bahkan mereka sudah mengusai lumbung-lumbuh tidakkah bapak perhatikan. Tapi, aku heran sebagian dari mereka tetap tampil dengan bulu-bulunya, sebagian lain begitu subur dengan kuku-kuku yang terawat.

"OK, nanti aku akan sidak. Bapak jangan khawatir. Sekarang bagaimana kau akan berjualan,"

"Boleh aku pinjam pesawat bapak, aku ingin pergi ke tempat lain. Semoga barang yang ada dan lebih terjangkau harganya."

"Boleh saja, dengan apa kau akan membayar."

"Mungkin aku bisa membawa sekepal dua kepal batu-batu langit. Mungkin bapak bisa ke pengepul batu akik, harganya kutaksir bisa membeli tempat orang-orang dirampas."

"Kau banyak omong, bawakan saja yang dipesan oleh-oleh yang layak. Mungkin kau dapat piagam atau semacamnya. Atau bisa saja kau akan dikenal sebagai pahlawan. Mungkin dan ada kemungkinan lain."

"Aku tak tertarik jadi pahlawan Pak."

"Dasar penjilat, namamu siapa."

"Gaza."

Pesawat mendarat mengangkut sang Presiden. Lalu sunyi kembali.

Aku kembali ke rumah. Kujampai kakak perempuanku sedang memasak. Aroma ikan menyebar ketika pintu berderit panjang. Minyak singer yang dibeli dari toko sedang dipinjam oleh tetangga. Seorang tukang jahit tempo hari datang kerumah meminjam ini itu termasuk singer. Layaknya ia punya, Apakah ia tidak malu dengan profesinya sebagai pembuat baju sekaligus vermak levis.

"Dari mana, gini hari baru pulang," tanya kakaknya.

"Pasar, disana aku bertemu dengan presiden. Mengobrol cukup banyak, kau irikan?"

"Kakak tak tertarik dengan presiden, sama sekali tidak, ingat yang gaji mereka adalah rakyat, jadi kamu jangan ikut-ikutan, mengelu-elukan mereka, biasa saja lah, keadilan yang kami mau?"

"Ih, kakak serius amat, nanti cepet tua lho?"

"Negara ini sudah cukup main-mainnya, nggak perlu banyak drama, jika tak ingin langit murka dan orang-orang yang tak berdosa akan kena imbasnya."

Sepiring nasi yang masih berasap dihidangkan, sayur tak lupa, serta lima ekor ikan gurame, lengkap dengan lalapan dan sambal terasi.

"Besok kakak mau turun ke jalan, dan mungkin pulangnya lama, kau jaga rumah ya?"

"Siap kak"

Sabtu, 24 Mei 2025

KOTA MATI

Hanya beberapa menit saja

Sudah ramai gegap g
empita

Memenuhi selera

Memuaskan semua keinginannya

Cara terbaik menghilangkan perbedaan

Tentu saja melenyapkan dari peredaran

Agar tak muncul lagi

Damai dalam sepi

Entahlah, keramaian itu hanya seperlunya saja

Seperti buang hajat saja

Setelah puas

Hanya lengang yang tersisa

Esoknya kembali merenda

Menjadi sosok yang berbeda

Dari waktu ke waktu

Agar kita tak mati waktu

MATAHARI TAK PERNAH MANGKIR

Manusia berjalan tanpa pernah melangkah

Melangkah dalam kegoncangan demi kegoncangan

Selangkah dalam selangkah

Permata jatuh ke pelimbahan

Isu sains muncul dalam kegelapan

Matahari tak pernah jera untuk mengulan


Titah yang tak pernah mangkir

Dalam terang yang tak pernah mangkir

Meski Cahaya tak pernah gelap

Meski Cahaya pudar

Lalu lambat laun menjelma bentuk

Dalam sebuah perundingan-perundingan

Anak Yang Menakutkan Gurunya

BABAK 58
Ia mengibaskan tangan gurunya yang sedang memelukanya. Kaki kecilnya mengejar langkah ibunya yang tergesa-gesa menaiki motor. Gurunya menghampirinya, tangisan dari mulut yang kecil pecah di awal sekolah. "Ibu, aku ingin sama ibu, temani aku bu." katanya keras-keras.

Ibunya berpaling mencoba tegar. "Ibu harus kerja nak, sama Ibu guru ya?" tuturnya. Ia menghapus air mata cepat-cepat. Memeluknya sekali lagi, melepaskan cengkraman tangan mungilnya dan meninggalkannya. Tangisan ananda membuncah. Air mata tumpah. Ia duduk di lantai sambil memanggil nama ibunya berkali-kali.

Jumat, 23 Mei 2025

JALAN 'SAMURAI' SEORANG GURU

BABAK 57
Jalan 'samurai' seorang guru semacam perisai bagi siapa yang ingin menjadi pengajar (yang selalu memperbaharui cara mengajarnya), agar selalu menyediakan bergalon-galon air penyemangat seorang prajurit samurai yang melimpah tiada banding.

Semangat Bushido, mestilah menurun pada hidup seorang guru, melengkapi diri dengan seperangkat prinsip etika dan moral yang menjadi alas bagi seorang pendidik (jika sudah lulus menjadi pengajar). Marilah simak satu persatu semangat bushida yang bisa diserap dari mereka para pejuang samurai. Semangat membara mereka bisa ditagih pada semua elemen kegiatan belajar mengajar, dan bisa dipindahkan dari alam bushida kepada alam mengajar tanpa meruntuhkan penamaanya (mendidik).

Kesetiaan 

Komitmen kepada dunia ajar: Kesetiaan kepada dunia pendidikan sebagai tuannya (daimyo) dianggap sebagai elemen penting dimiliki seorang guru. Mendidik adalah Kesetiaan yang nilainya lebih besar daripada sekadar memenuhi jam pelajaran, target-target harian, nilai tinggi/rendah, dan seterusnya. kesetiaannya mendidik juga merupakan tugas dan pengabdian yang mengakar untuk melayani dan melindungi perkembangan siswa, seperti dari luka pengajaran, trauma dengan guru 'killer', dan seterusnya. 

Kehormatan 

Menjunjung tinggi Integritas. Kehormatan merupakan inti dari jati diri seorang guru. Mereka mengajar dengan rasa integritas, kejujuran, dan selalu berani  menguji skema pembelajaran, minimalnya gayanya mengajar. Menjaga kehormatan sebagai seorang guru ketika mengajar dan menjaga kehormatan akal pikiran mereka serta intiuisi merupakan alas setelah ruh mengajar.

Pengabdian terhadap sikap mengajar 

Menghormati sikap mengajar: Seorang guru  berani  menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap peserta didiknya, termasuk caranya dia mengajar, masukan-masukan penting dari siswa, dan kemampuan mereka. Rasa hormat ini berlaku untuk semua siswa, guru, kepala sekolah, unit,  tanpa memandang rendah nilai kurikulum.

Keberanian untuk memperbaiki sumber mengajar dan caranya mengajar 

Ketika menghadapi Kesulitan dalam belajar seorang guru perlu memberi jarak agar kembali memperoleh semangat bushida dalam mengajar. Isi kepala seorang guru adalah mental ice man. Dimana isi kepalanya menerima semua masukan dari rekan mengajarnya, muridnya, institusinya, situasi, dan semua elemen pembangun peradaban. Memperbaiki caranya mengajar adalah bentuk kerendah hatian seorang guru pada kemampuan otak masing-masing anak didiknya. Mereka punya kurikulumnya secara berbeda.  Mereka seperti hidup di medan perang dengan tuntutan kognisi, afeksi, survival di kehidupannya mereka sehari-hari. Mereka dituntut untuk 'menjawab' semua tantangan di kelas. Ini menghawatirkan.  Mengenali kesulitan siswa, keteguhannya, dari hal ini seorang guru seperti mengajarkan agar tak menyerah pada rasa takut atau ragu-ragu. Ini adalah misi untuk menampingi anak dalam meniti mendidiknya. 

Kebajikan Seorang Guru

Kasih sayang dan kebaikan seorang guru adalah dua hal yang nggak bisa dipisahkan: Seorang guru dianggap sebagai orang yang memiliki kebajikan yang kuat. seorang guru didorong untuk menunjukkan perhatian detil pada setiap gerak gerik tubuh seorang siswanya, kebaikan hati, dan empati terhadap mereka, membuat siswa terhindar dari mental yang lemah, sekaligus menjauhkannya dari mental bunuh diri, dan hal-hal yang amoral. 

Ruh Mendidik Yang Kuat

Kejujuran dan ketulusan adalah elemen dasar yang mesti dimiliki seorang guru. Ia ruh yang membebaskan diri dari mental menghina (murid) dengan menolak kebenaran (resisten terhadap masukan dari siswa, tidak coba cek dan ricek).  Integritas bagian dari ruh seorang pendidik. Ia menjunjung tinggi dalam mengajar dengan Spirit Bushido. Seorang Samurai diharapkan untuk bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya dalam berurusan dengan orang lain, menepati janji, dan selalu menjaga prinsip moral mereka, begitu juga seorang guru. "Bushido" dalam dirinya tidak boleh mudah terbakar dan lenyap begitu saja, ketika langkah pertama di ruang kelas. 

Pengendalian Diri Yang Tinggi 

Seorang guru menyatakan dirinya sebagai pendidik, ia masuk dalam era pengendalian diri melimpah. Ini dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan ketertiban. Semangat samurai mengajarkan disiplin diri, pengendalian diri, dan penguasaan emosi, yang memungkinkan mereka bertindak dengan tenang dan rasional bahkan dalam panasnya pertempuran atau di bawah provokasi, begitu juga dengan seorang guru. Ia memerlukan ketenangan di bawah tekanan situasi. 

Kejujuran 

Kebenaran dan keadilan: kejujuran mengacu pada komitmen samurai terhadap kebenaran, keadilan, dan kejujuran moral. Mereka menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika dan menentang ketidakadilan, korupsi, dan penindasan, terlepas dari risiko pribadi.

Kematian Mengajar adalah seni terburuk 

Penerimaan terhadap kemampuan siswa membuat seorang guru belajar untuk tidak mati terlebih dulu ketika mendapati seorang murid yang berkali-kali mengajukan tangannya untuk bertanya. Jika ia menyerah, sama saja dunia pendidikan dengan kematian mengajar yang membuat seni juga tercoreng.  Kematian. Jalan samurai seorang guru sebuah keniscayaan dan mereka sudah mempersiapkan dengan disiplin. Guru hendaknya selalu mengingatkan diri agar punya cara untuk menambah metode mengajar sebagai tantangan, dan memperbaharui caraya mengajar. Agar kematian tidak datang tiba-tiba dan siswa sudah tidak lagi menjadi murid dalam kelas. Mereka menjadi murid guru lain. Begitulah kematian mengajar selalu saja datang silih berganti. Marilah  merenung. 

Kecerdasan Spiritual

Keselarasan olah rasa membuat siswa memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan kecerdasannya tanpa pernah merasa digurui dan dituntut. Pada tahap ini semangat Bushido dalam diri seorang guru telah melampui pengabdiannya. Ia melihat sudut pandang yang tidak bisa oleh mata biasa. Untuk siswa, perkembangan bukan hanya memenuhi target harian tetapi ia sedang membangun dinasti tentang konsep diri dan hunian untuk cita-cita sekaligus raksasa tanggung jawabnya untuk menemani perjalanan hidupnya yang masih panjang.  

Warisan Moral

Pengaruh yang kuat akan melekat, abadi, pada diri setiap siswa ketika mengingat gurunya  mengajar. Bahkan setelah tidak diajar oleh sang guru awal. Tetap sambungan-sambungan dalam otaknya akan memperbaharui terus menerus tanpa pernah lelah. Kenapa?, karena ruang dalam kepalanya sudah merasa menerima, nyaman, dan energi gurunya hadir tidak hanya saat mengajar tetapi saat menyapa dan bertegur sapa. 

Semangat Bushido terus menginspirasi kekaguman dan penghormatan di sekolah dan rumah. Prinsip-prinsipnya yang abadi tentang kesetiaan, kehormatan, keberanian, dan kasih sayang berfungsi sebagai cahaya penuntun bagi siswa yang ingin hidup dengan integritas dan tujuan hidup yang mulia.

Inti semangat Bushido melampaui kecakapan mengajar belaka.  Api tekad seorang guru meliputi pendekatan holistik terhadap kehidupan di luar kelas, pengembangan moral, dan bagaiman mereka survival ditengah gempuran teknologi. Melalui pengembangan pendampingan universal, api tekad seorang guru berusaha mewujudkan cita-cita agung ki hajar dewantara sebagai pilot projeknya.  Semangat Bushido (kurikulum) dan guru (samurai) dan meninggalkan warisan nilai abadi yang kelak bisa diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sampai menuju ke generasi gemilang. Cekap Semanten. 


Apa Yang Bisa Saya Bantu

BABAK 58
Seorang guru tengah mencabuti sedotan dari gelas plastik hasil pemberian temannya. Ia ingin membekali muridnya untuk mencintai lingkungan dengan membuat kincir angin dengan barang bekas pakai, tetapi waktu sudah semakin senja. Seorang kepala sekolah melihatnya dari meja kerja. Guru itu terus mencabuti sedotan terampil. Membuang air yang masih sisa.

Sepuluh menit lagi azan maghrib berkumandang. Seorang kepala sekolah melepas kacamatanya dan melepaskan kertas yang sedari tadi ia corat-coret untuk kebutuhan pembelajaran berikutnya. Ia pun mendatanginya pelan-pelan sambil membawa pisang goreng diatas piring.

"Ada yang bisa saya bantu."

Seorang guru menoleh, wajahnya yang tadi lusuh, berubah sedikit segar.

"Terimakasih bu."

Bahasa Sebagai Paradigma Umum

BABAK 56
Indahnya nyanyian serupa bahasa, mengajarkan permisalan, serupa cara dalang bertutur, mengetuk bilah bambu pada kotak pandora. Pelajaran contoh berbahasa pada tahap yang meningkat pada pemahaman aturan petatah-petitih. Kekurangannya ada pada ritme merdu atau tidaknya berbahasa. Dengan caranya sendiri menjadi alami serupa serbuk kayu lapuk oleh rengas.

Hal-hal buruk, hal-hal baik seringkali menimpa pada manusia tertua di dunia, maksudnya pada banyaknya asam garam kehidupan. Kehidupan pada kenyataan kehidupan pada imajinasi (suka berangan-angan).

Produk budaya berupa hati-hati di jalan, penuturan paling ringan saat perpisahan, ia menggenapkan kegelisahan sekaligus kelegaan melepaskan orang-orang terdekat, lalu mendekap sedikit mendepak perasaan was-was, syak wasangka, balutan emosi sekaligus doa hilir mudik penggenggam langit dan bumi. 

Nyanyian bahasa melantur membentuk dimensi sendiri dalam benak. Luntur dalam era, menguatkan dalam cerita, semuanya dimaksudkan untuk membelah arogan, menciptakan kehatian-hatian, dan tumbuh pilar nalar, dan berita acara dalam versi lain.