Dengan badannya ia bisa menipu siapa
saja. Mungkin pikirannya tak bisa ia tipu. Guru di depannya tak begitu
ia anggap sebagai mana mestinya, ini hanya contoh, tak perlu risau.
Mungkin
karena ia guru baru, jadi tak ia anggap sama sekali. Ia mungkin
menghormati guru lamanya yang telah menundukkan "keliarannya" selama
ini. Ia ingin mengintimidasi gurunya, sebagai mana ia sering
diintimidasi guru lamanya. Sebuah pikiran yang tampak normal. Sebuah
dendam yang tak berkesudahan, tapi mungkin terlalu berlebihan.
Semua
cerita bisa berawal dari mana saja. Ini hanya cerita, kalian senang dan
tertarik, itu biasa. Menganggapnya luar biasa, karena sekolah bukan
tempat mencuci segala kebodohan, itu juga biasa. Karena kadang
menganggap yang biasa itu tak biasa. Mungkin sekolah hanya menempa,
bukan mencipta, biarkan anak-anak berkembang mengasah bakatnya. Kalaupun
tak ditemukan bakat apa-apa. Justru itu yang barangkali luar biasa.
Karena ia berjalan tanpa memakai selendang kesombongan. Di saat
teman-teman yang dulunya berbakat, ia bersedih karena menemukan temannya
meringkuk di balik jeruji besi. Atau ia tetap rendah hati, kepada
temannya yang berbakat apa saja.
Perjalanan ini baru saja di mulai...
Memasang
wajah cemberut di kelas adalah salah satu jurus ampuh yang di pakai
anak-anak ketika ia belum bisa meregulasi emosinya. Ia bahkan bisa
menjadi super duper ganas pada beberapa kesempatan bila orang dewasa di
sekitar terasa menyebalkan.
Cobalah
untuk tidak menyapa terlebih dahulu pada anak-anak yang belum percaya
pada orang dewasa di dekatnya, itu akan jadi perkara yang membuatnya
menjadi lebih sulit untuk mengendalikan diri sendiri.
Perhatikan
hari-hari berikutnya apakah tetap pada pendirian bahwa ruang kelas
adalah kotak berbahaya yang harus ia hindari dan jangan lupa tengadahkan
di penghujung malam pada pemilik alam semesta ini agar bisa mengubah
perangai, lalu beralih pada pemahaman dasar tentang kepercayaan pada
orang dewasa sekitar. Itu bisa jadi peluang padanya bahwa ada banyak
orang dewasa yang bisa dijadikan panutan dan tempat untuk memberikan
kepercayaan yang ia jaga selama ini. Dengan catatan semuanya bermuara
pada edukasi dan pengoyoman bukan pada didaktis dan intervensi.
0 Comments:
Posting Komentar