BAB
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Lima
Aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Tuduhan itu benar-benar sudah membuat Nara terdampar dalam penjara yang dingin dan gelap. Belum lagi aku dapat kabar dari Polisi Saryo kalau Polisi Marno punya ambisi untuk berbuat yang tidak senonoh dengan Nara. Aku tak mengira sudah satu tahun Nara di penjara. setiap malam aku seperti di cekam ketakutan karena sosok wajah polisi Marno yang pernah di tunjukkan kepadaku kerap hadir dalam tidur malamku.
Suatu malam aku bermimpi Nara di kejar-kejar oleh Polisi Marno di safana yang sepi dan para penjaga berada di titik yang sangat jauh dari jangkauan Nara untuk minta Tolong. Aku melihat wajah Polisi Marno sangat bernafsu untuk menjamah tubuh Nara yang sudah lelah berlari ketakutan menghindar darinya. Dalam mimpiku itu, entah kenapa aku hanya melihat Nara ketakutan minta tolong. Sementara kedua kakiki seperti tertancap kayu yang kuat. Kedua kakiku seperti terserap energi setiap aku berusaha melepaskannya. Aku hanya berteriak menyumpah serapah pada Polisi Marno dari kejauhan. Polisi bejat itu menengok ke arahku dengan tatapan kemenagan.
Polisi Marno sesekali menghampiriku secepat kilat. Lalu terbang bagai burung Elang. Ia tertawa keras, mulutnya terbuka. Aku mencium bau Alkohol dari minuman Topi miring. Aku mengetahuinya ketika Ia balik badan hendak berburu Nara yang semakin lemah karena terkuras tenaganya. Di saku belakangnya terselip botol minuman tak waras dengan simbol Topi Miring. Ia mungkin tahu aku memperhatikan botol minuman memabukkan itu, secara sengaja ia mengambil botol itu dan menenggaknya sambil berjalan. Lalu berlari secepat kilat mengejar Nara di titik kejauhan.