Rabu, 16 Maret 2022

Lemari Kayu Hitam Beraroma Kecoa______1

Ia berhenti mengunyah, berjalan ke dapur, menuangkan air dari kerpis dingin musim kemarau. Ia menenggak dalam lima tegukan. Urat tuanya mengimbangi agar tidak tersedak dan sisa-sisanya masuk kedalam paru-paru. Lalu berakhir gundukan tanah dan sepapan kayu nisan. Ia mengusah ari yang mengalir ke lehernya, ujung kain sibuk mengelap sana-sini. Tanpa melihat pada tempat yang dituju, ia mengambil tusuk yang berbahan lidi kelapa.

Dalam beberapa ayunan, ia sudah duduk di dekat cucunya yang masih hitam putih. Ia mengatakan dengan sadar atau tidak,hanya sebuah senyuman lain: maksudnya tersenyum pada mahluk lain selain cucunya sendiri. Cucunya sendiri masih duduk manis ditempat yang sama, hingga pada cerita yang membuatnya terpaku.

"Lalu," tanya cucunya.

"Nenek itu, memasak "cucunya" sendiri yang telah di belah menjadi beberapa bagian. Seolah daging olahan yang siap dimasak dalam beberapa bagian menu sesuai selera. Sorenya sang Ibu yang kelaparan membuka lemari kayu beraroma kecoa, mengambil nampan penuh daging goreng yang membangkitkan selera makannya." tutur sang nenek.

"Si nenek jahat itu tidak ketahuan, atau ditangkap polisi."

"Kita pada zaman yang serba buram,orang-orang sibuk dengan dunianya sendiri, nenek saja lupa bagaimana cerita begitu masuk kedalam kepala nenek, lalu sulit sekali hilan, mungkin sampai nenek tiada, menempel pada ingatan terakhir."

Sabtu, 05 Maret 2022

Indonesia Hari-Hari ini

Hari-hari ini dimana seorang guru, "harus" meminta maaf pada muridnya karena ia terlambat membeli gas. Si murid mengakali bagaimana menjadi guru yang menjadi pesanan hatinya. Ini sangat lucu, kau tahu orang-orang "besar" lahir dari kesabaran menuntut ilmu. Ia memaknai semboyan murid yang menunggu guru. Bukan Guru yang terlambat sedikit laru muridnya kasak kusuk seperti kucing yang ketahuan mencuri lauk pauk kelurga pelit.

Hari-hari ini dimana candaan adalah slogan terbaik untuk membunuh karakter, maksudnya seorang pemimpin bisa menjadi monster karena candaannya lebih kuat dari kepemimpinannya sendiri. Mulutnya lebih kejam dari pada sepakterjang kebijakannya. Jika kebijakannya terasa lemah maka ia akan memborbardir dengan candaan yang sama sekali tak lucu.

Maka ia menjadi slogan yang tak pernah menjadi kekuatan mental, yang bisa melumpuhkan lawan tanpa perlu peperangan. Peperangan hanya akan mengakibatkan kerugian dan dendam yang tak berkesudahan.

Hari-hari ini kebenaran hanya muncul dari segelintir orang yang menamakan diri egosentris yang berlebihan, bahwa diam adalah kekalahan yang mutlah, padahal ia senjata yang mematikan dan solusi yang kadang tak perlu tenaga ekstra untuk memulainya, setelahnya semuanya berkesudahan.

Adalah hari-hari ini, di mana kekuatan kadang tak pernah dianggap pada lingkungan yang menelanjangi seluruh kekuatannya, bahwa dengannya orang merasa bisa mengukur kekuatan sang teman, padahal ia hanya bersikap sebagai hakim yang tak ingin menyakiti siapapun dengan kata-katanya. Ia lebih memilih dengan senyuman yang memikat, berharap sang pembuli berhenti untuk mengejeknya terus menerus, akibat ia tak ikut arus langkah-langkah kebanyakan. Ia memilih untuk memenuhi kebutuhan dari menyesuaikan diri selalu pada keinginan. Mereka adalah orang-orang yang terus berlari dan beralih dari kesenangan satu pada kesenangan yang lain.

Hari-hari ini adalah dimana kepekaan menjadi barang yang hampir tak tersentuh, apalagi sekedar menempel di kepala dan menjadi tindakan yang membuat tawa sebagian orang, lalu mereka mendoakan sang pemberi bahagia pada jalan yang benar-benar gembira.

Dan seterusnya.

Jumat, 25 Februari 2022

Agar Kelemahanmu tidak diketahui musuhmu

"Berusaha sekuat mungkin agar kelemahanmu tidak diketahui oleh musuhmu," ucap sang ayah.

"Kenapa Yah,"

"Agar musuhmu tak mudah menaklukkanmu dengan ketakutan yang kau tunjukkan, itu sangat berbahaya."

"Dulu aku tidak takut ke kebun malam sendiri berani" kata sang anak.

"Terus."

"Sekarang aku takut karena pernah dilihatin pocong di Yutub."

"Cara terbaik agar kamu tidak takut, kamu tidak perlu melihatnya." jawab ayahnya agak ragu. Ia sendiri yang pernah melihat "hantu" pun tidak terlalu yakin atas pernyataannya sendiri. Satu sisi mungkin ayah akan mengajarkan ke kamu agar cepat-cepat lari dari masalah. Itu tidak terdengar baik. Untuk saat ini mungkin dirasa cukup. Ayah berharap kamu bisa menemukan jawaban atas ketakutanmu sendiri.

Mata yang mencari jawaban itu bergerak ke atas dan ke bawah. Ayah menyesal memberi tahumu dengan nada tinggi, perihal ada teman yang lebih tua darimu menakutimu ketika pulang malam. Bukannya memberi pelukan seperti yang kau cari, tetapi jarak yang ayah tunjukkan. Agar kau tahu posisi kesalahan, dan tak perlu takut akan perang kata-kata yang sering kau terima di waktu kecil.

Ayah jadi ragu atas kemampuan ayah dalam mengasuh. Dulu ayah sangat semangat memberimu semacam motivasi agar kau kuat di segala hal, kau sudah menunjukkan dengan baik. Mungkin caramu melihat masalah membuatmu butuh rengkuhan agar ketakutanmu terhadap hantu-hantu kau anggap sebagai sesuatu yang tidak menarik.

"Kenapa kau tidak main."

"Nanti ayah marah."

Ia terdiam.

Ayah percaya, kau akan menemukan siapa teman terbaik yang bisa mengisi celah-celah kosong yang tak kau miliki. Sementara ayah juga siap jika kau butuhkan untuk dijadikan teman.

Rabu, 23 Februari 2022

OBROLAN

"Plisss..."kata sang anak ketika ingin memundurkan waktu yang telah disepakati bersama ayahnya. Ayah yang mendengarkan diujung telpon bersama bundanya.

"Sudah lama kamu nginep di rumah uti, waktunya pulang."

"Kata ayah besok sekolahnya libur, berarti nambah satu hari lagi."

"Kamu ingin makan jajanan uti kan?"

"Nggak! siapa bilang."

Boleh ya Yah, Plisss...."

"Bekerjasama ya?"

"Berarti boleh ya?"

Ayahnya terdiam. Si anak menangkap angin. Si Bunda terdengar mengobrol dengan Utinya.

Seekor Tupai

Seorang laki-laki tak jadi mandi, karena air yang mengalir dari atas bukit disinyalir sudah tak layak lagi. Ada puluhan ekor babi yang telah mandi duluan, ia memaki-maki babi-babi itu. Katanya tak punya empati.

"Itu salah kamu, tak lihat-lihat."

"Bagaimana aku tahu kalau kalian sedang mandi, kulit-kulit mu cukup menganggu penglihatanku"

"Aku diciptakan dalam kondisi yang terbaik, tak pantas aku mengutuk TuhanKu sendiri, lalu menukar menjadi Kuda, Kerbau, Sapi, atau yang kalian sukai."

"Bukan itu maksudku, kau jangan buru-buru berburuk sangka."

"Lalu apa, kau seharusnya manusia lebih menggunakan isi kepalanya, dari pada egomu itu."

Seekor Tupai sempat termangu mendengarkan obrolan mereka, ia kembali mengunyah biji-biji kedelai hasil pemberian Pak Burung Parkit yang telah diberi sedikit minyak jelantah. Ia perlu mengutarakan hal ini kepada Om Bobi.

Selasa, 22 Februari 2022

MENUNGGU SI JUM

Sekali berucap mendadak senyap
Pada waktu yang tertunda
Pada lelap yang mengenyangkan
Lalu buka sudah lelah

Dua anak terbaring lesu
Setelah lama menjahit mimpi
Entah... Sementara mentari meninggalkan kelam

Kalian sudah ditunggu si Jum
Cepat-cepat lah
Sampai masa membencimu
Kelak yang tenang

Rampas semua kemalasan
Sampai ia terbirit-birit
Menjauh pada takut
Lalu berjalan membusung dada

Jumat, 11 Februari 2022

Ini Hanya Cerita Pagi Yang 'Biasa'

Pagi itu aku menjelejah,berikut daya jelajahya:

Mungkin Izin terbaik adalah ketika "acara" akan dimulai. Kalau disekolah ketika pagi pembelajaran dimulai. Semua guru akan fokus dengan kegiatan masing-masing. Jika hari itu ada satu guru yang tidak masuk dengan banyak "alasan". Alasan benar seringkali tepat pada waktunya, berikut perizinannya. Alasannya yang banyak beralasan kadang mempertegas sebuah kesalahan. Lagi-lagi itu sangat subjektif, jika dikaitkan dengan apa dan kejadian yang sedang dialami.

Pagi dingin tak melulu soal ketenangan, berapa banyak pagi yang "mencekam" jika izin benar-benar di pagi melek, maka akan terteror semua guru yang giliran ditanya soal kesiapan mengajar yang bukan "pekerjaannya". Tiba-tiba saja dikepalanya muncul hitung-menghitung soal jam yang ditanggungnya, garaga satu guru tidak masuk.

Sakit adalah izin terbaik karena tubuh butuh dimanjakan pada saat itu juga, dan ini adalah hal yang tak boleh dipermainkan bagi yang suka "mengejek" rekan sesama guru. Mungkin berhusnuzhon cara terbaik agar teman-teman yang sakit atau mendekati sakit penyakitnya ogah mampir karena doa terbaik yang dipanjatkan tanpa sepengetahuan mereka.

Agar pagi tidak mencekam, siapkan guru-guru yang siap ditempat manapun. Ia tak memilih jenis pekerjaannya, jika tak mampu mengerjakan yang bukan kompetensinya, setidaknya ia mendampingi agar kelas tetap dalam s.o.p, bagi para pecinta s.o.p

Unjuk gigi dalam hal ini amat diperlukan, bagi siapa saja yang nalar berpikirnya melampaui dan menurutkan harga serendah-rendahnya ego. Kita tidak selalu fit dalam segala kondisi, mereka sadar akan hal itu.

Ini hanya cerita pagi yang biasa.

Jumat, 04 Februari 2022

Seorang Guru Yang Berjalan Tanpa Atap-4

Rasa letih itu, jika perlu hancurkan sampai rasa letih- 'letih'- untuk menggeroti jiwa sang guru agar tetap dalam perfoma yang maksimal. Ia adalah materi dasar yang ada pada manusia. Ia  bisa menjadi daya dobrak yang bisa menggegerkan seluruh kekuatan yang berdiri diatas kesombongan tiada tara.

Pikiran-pikiran yang melelahkan bisa menggoyahkan pendirian, jika duduk-duduk bersama para pendengki dan belum mengenal rasanya bersyukur (mungkin). Ada baiknya, jika kita tak mampu merawat pendirian yang kokoh itu maka berdirilah pada tempat-tempat tertinggi yang jauh dari gonggongan dan gertakan yang tidak bertanggung jawab.

Sampai di sini ada baiknya kita perlu mencoba untuk terus bertahan.

Senin, 24 Januari 2022

SEORANG GURU YANG BERJALAN TANPA ATAP

Seorang guru baru dikabarkan oleh guru-guru lama menjadi bahan pembicaraan. Pembicaraan yang bisa mengurasan keharmonisan seisi ruang kerja guru. Bagaimana tidak, guru baru itu mampu meredam anak-anak kelas tinggi yang terkenal dengan "keaktifan" yang membuat isi perut. Atau bisa jadi tiba-tiba gumoh dimana-mana, karena merasa wilayahnya telah ditundukkan oleh anak baru yang pengalamannya juga minimalis.

Bisa jadi perangai-perangai yang dimiliki oleh guru lama tidak masuk dalam kategori; Guru yang Tulus. Tulus seperti air dingin yang mampu meredam apa saja, api yang memberangus hal-hal yang menyebalkan di depan, mengarahkan bahkan mengahasukan hal-hal baik ataupun buruk. Sifat tulus bisa mendatangkan "keajaiban" secara tiba-tiba tanpa merasa dipanggi atau terpanggil. Ia seperti keinginan baik yang terus menerus ada. Cara kerjanya melebihi apa yang tak pernah terberi oleh guru-guru lama.

Mungkin juga kekecewaan-kekecewaan yang terus menerus dipahatkan pada sanubari anak-anak sehingga air dingin yang tiba-tiba coba diberikan oleh guru lama terasa timah panah yang dituangkan ketelinga.

Bukan hukuman yang sejatinya mampu menaklukkan ombak yang sedang tinggi-tingginya, tetapi cara kita meluncur bersama ombak hingga berjalan beriringan sejajar tanpa sekat; ngobrol atau jadikan teman diskusi pada hal-hal yang sederhana. Anak seperti layangan, yang mudah tertiup angin, dan ia mengandalkan angin.

Rabu, 19 Januari 2022

Kemampuan Menulis Layaknya Di miliki Oleh Semua Orang

Judul diatas sepatutnya menjadi perenungan sebagai mahluk yang diputuskan untuk mengadu pada segala hal. Salah satu aduan yang terbaik adalah dengan cara menuliskan pada apa-apa yang bisa ditorehkan.

Torehkan apa yang tersemat pada benak kalian, pada apa yang meresahkan jiwa kalian. Hingga yang terkecil pun kalian bisa menerapakan dalam tulisan imaji kalian. Artinya beberapa hal sering memusingkan jiwa tak mampu menorehkan hal-hal substansi, padahal ide/gagasan sifatnya tidak dicari,didatangkan, tetapi dipaksa hadir agar ide tumbuh cepat secara maksimal.

Lalu apakah semua ide bisa diwujudkan dalam kumpulan kata, kalimat, dan seterusnya. Semuanya tergantung pada kepekaan Anda untuk menangkap semuanya ide, lalu dituangkan pada semua hal. Mungkin kertas, buku, ingatan, dan seterusnya.

Lalu muncul pertannyaan, Apakah semua orang mampu untuk mengikat semua ide yang bersliweran diatas muka bumi ini?, jawabannya Anda sendiri yang bisa menjawabnya. Sebagian orang bisa mencatatnya sempurna, sebagian lain tak peduli atas semua ide yang berterbangan seperti kumpulan matriks.

Semua orang bisa menulis dengan kadar tulisan yang berbeda, tetapi berangkat awalnya adalah kemampuan menulis itu sejatinya diperoleh secara lahir.

Selasa, 18 Januari 2022

Seorang Guru Yang Berjalan Tanpa Atap

Tidak lagi menikmati, keseharian karena tak tega menanggalkan baju kebesaran dari rumah pengalaman. Lagi juga tak pernah merasakan tumpukan uang dalam jumlah yang besar, lalu apa yang dicarinya. Mencoba pada tahap menjadi BOS juga tak bisa, ia lahir dari pengalaman seorang prajurit, bukan dari seorang jendral. Mungkin ini hanya alasan yang berulang-ulang, sampai ia lupa pada kekesalan atas ego yang lebih besar.

Ia sedang berhadapan dengan seorang beruang betina yang sedang buas-buasnya, karena dihadapannya ada mahluk yang mungkin dianggapnya tak mengerti apa-apa. Pengalamannya juga tak seberapa, hingga beruang betina itu mudah untuk mencakarnya atau bahkan mencabik-cabiknya hingga si Guru tak lagi bercuap-cuap soal pengalaman yang tak seberapa itu.

Si Guru kembali ke kantor setelah menerima kekalahannya yang berulang terus. Menghadapi beruang betina tidak lagi sebuah dulu, kini ia harus mawas diri atas usianya terus beranjak senja. Bahkan si Guru juga mulai tak lagi mengenali diri, apakah ia layak menjadi Guru yang penuh kompeten, apakah Sastra telah menyedotnya hingga palung hati, pikirannya kini terlampau gelap untuk keluar dari ruang yang biasa ia lakukan setiap pagi.

Si Guru mulai menghitung tentang perkembangan masa depannya. Apakah ia mau melakukan kudeta atas dirinya sendiri, seperti yang ia lukukan dulu pada sekolah-sekolah yang digelutinya. Kuda-kudanya kini tak lagi kokoh untuk menantang pikirannya sendiri. Apalagi kudeta merangkak tak lagi cocok baginya. Ia hanya seorang guru, yang mencoba terus mengkudeta mimpi-mimpinya.

Guru, itu lupa dan kembali menafikan kekurangannya, mencoba bertahan istilahnya. Apa boleh buat, jika ia lemah, ada sastra yang menguatkan. Jika itupun tak berhasil, ia akan kembali pada sabda-sabda langit yang tak membuatnya kecewa.

Tokoh kita memang, ada duanya, bukan tiada duanya. Label sering memelantingkan kedalam prasasti kejengkelan atas nama GURU, yang sering dibilang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, bisakah dibalik pernyataan agar lebih aristokrasi.