Rabu, 23 Februari 2022

OBROLAN

"Plisss..."kata sang anak ketika ingin memundurkan waktu yang telah disepakati bersama ayahnya. Ayah yang mendengarkan diujung telpon bersama bundanya.

"Sudah lama kamu nginep di rumah uti, waktunya pulang."

"Kata ayah besok sekolahnya libur, berarti nambah satu hari lagi."

"Kamu ingin makan jajanan uti kan?"

"Nggak! siapa bilang."

Boleh ya Yah, Plisss...."

"Bekerjasama ya?"

"Berarti boleh ya?"

Ayahnya terdiam. Si anak menangkap angin. Si Bunda terdengar mengobrol dengan Utinya.

Seekor Tupai

Seorang laki-laki tak jadi mandi, karena air yang mengalir dari atas bukit disinyalir sudah tak layak lagi. Ada puluhan ekor babi yang telah mandi duluan, ia memaki-maki babi-babi itu. Katanya tak punya empati.

"Itu salah kamu, tak lihat-lihat."

"Bagaimana aku tahu kalau kalian sedang mandi, kulit-kulit mu cukup menganggu penglihatanku"

"Aku diciptakan dalam kondisi yang terbaik, tak pantas aku mengutuk TuhanKu sendiri, lalu menukar menjadi Kuda, Kerbau, Sapi, atau yang kalian sukai."

"Bukan itu maksudku, kau jangan buru-buru berburuk sangka."

"Lalu apa, kau seharusnya manusia lebih menggunakan isi kepalanya, dari pada egomu itu."

Seekor Tupai sempat termangu mendengarkan obrolan mereka, ia kembali mengunyah biji-biji kedelai hasil pemberian Pak Burung Parkit yang telah diberi sedikit minyak jelantah. Ia perlu mengutarakan hal ini kepada Om Bobi.

Selasa, 22 Februari 2022

MENUNGGU SI JUM

Sekali berucap mendadak senyap
Pada waktu yang tertunda
Pada lelap yang mengenyangkan
Lalu buka sudah lelah

Dua anak terbaring lesu
Setelah lama menjahit mimpi
Entah... Sementara mentari meninggalkan kelam

Kalian sudah ditunggu si Jum
Cepat-cepat lah
Sampai masa membencimu
Kelak yang tenang

Rampas semua kemalasan
Sampai ia terbirit-birit
Menjauh pada takut
Lalu berjalan membusung dada

Jumat, 11 Februari 2022

Ini Hanya Cerita Pagi Yang 'Biasa'

Pagi itu aku menjelejah,berikut daya jelajahya:

Mungkin Izin terbaik adalah ketika "acara" akan dimulai. Kalau disekolah ketika pagi pembelajaran dimulai. Semua guru akan fokus dengan kegiatan masing-masing. Jika hari itu ada satu guru yang tidak masuk dengan banyak "alasan". Alasan benar seringkali tepat pada waktunya, berikut perizinannya. Alasannya yang banyak beralasan kadang mempertegas sebuah kesalahan. Lagi-lagi itu sangat subjektif, jika dikaitkan dengan apa dan kejadian yang sedang dialami.

Pagi dingin tak melulu soal ketenangan, berapa banyak pagi yang "mencekam" jika izin benar-benar di pagi melek, maka akan terteror semua guru yang giliran ditanya soal kesiapan mengajar yang bukan "pekerjaannya". Tiba-tiba saja dikepalanya muncul hitung-menghitung soal jam yang ditanggungnya, garaga satu guru tidak masuk.

Sakit adalah izin terbaik karena tubuh butuh dimanjakan pada saat itu juga, dan ini adalah hal yang tak boleh dipermainkan bagi yang suka "mengejek" rekan sesama guru. Mungkin berhusnuzhon cara terbaik agar teman-teman yang sakit atau mendekati sakit penyakitnya ogah mampir karena doa terbaik yang dipanjatkan tanpa sepengetahuan mereka.

Agar pagi tidak mencekam, siapkan guru-guru yang siap ditempat manapun. Ia tak memilih jenis pekerjaannya, jika tak mampu mengerjakan yang bukan kompetensinya, setidaknya ia mendampingi agar kelas tetap dalam s.o.p, bagi para pecinta s.o.p

Unjuk gigi dalam hal ini amat diperlukan, bagi siapa saja yang nalar berpikirnya melampaui dan menurutkan harga serendah-rendahnya ego. Kita tidak selalu fit dalam segala kondisi, mereka sadar akan hal itu.

Ini hanya cerita pagi yang biasa.

Jumat, 04 Februari 2022

Seorang Guru Yang Berjalan Tanpa Atap-4

Rasa letih itu, jika perlu hancurkan sampai rasa letih- 'letih'- untuk menggeroti jiwa sang guru agar tetap dalam perfoma yang maksimal. Ia adalah materi dasar yang ada pada manusia. Ia  bisa menjadi daya dobrak yang bisa menggegerkan seluruh kekuatan yang berdiri diatas kesombongan tiada tara.

Pikiran-pikiran yang melelahkan bisa menggoyahkan pendirian, jika duduk-duduk bersama para pendengki dan belum mengenal rasanya bersyukur (mungkin). Ada baiknya, jika kita tak mampu merawat pendirian yang kokoh itu maka berdirilah pada tempat-tempat tertinggi yang jauh dari gonggongan dan gertakan yang tidak bertanggung jawab.

Sampai di sini ada baiknya kita perlu mencoba untuk terus bertahan.

Senin, 24 Januari 2022

SEORANG GURU YANG BERJALAN TANPA ATAP

Seorang guru baru dikabarkan oleh guru-guru lama menjadi bahan pembicaraan. Pembicaraan yang bisa mengurasan keharmonisan seisi ruang kerja guru. Bagaimana tidak, guru baru itu mampu meredam anak-anak kelas tinggi yang terkenal dengan "keaktifan" yang membuat isi perut. Atau bisa jadi tiba-tiba gumoh dimana-mana, karena merasa wilayahnya telah ditundukkan oleh anak baru yang pengalamannya juga minimalis.

Bisa jadi perangai-perangai yang dimiliki oleh guru lama tidak masuk dalam kategori; Guru yang Tulus. Tulus seperti air dingin yang mampu meredam apa saja, api yang memberangus hal-hal yang menyebalkan di depan, mengarahkan bahkan mengahasukan hal-hal baik ataupun buruk. Sifat tulus bisa mendatangkan "keajaiban" secara tiba-tiba tanpa merasa dipanggi atau terpanggil. Ia seperti keinginan baik yang terus menerus ada. Cara kerjanya melebihi apa yang tak pernah terberi oleh guru-guru lama.

Mungkin juga kekecewaan-kekecewaan yang terus menerus dipahatkan pada sanubari anak-anak sehingga air dingin yang tiba-tiba coba diberikan oleh guru lama terasa timah panah yang dituangkan ketelinga.

Bukan hukuman yang sejatinya mampu menaklukkan ombak yang sedang tinggi-tingginya, tetapi cara kita meluncur bersama ombak hingga berjalan beriringan sejajar tanpa sekat; ngobrol atau jadikan teman diskusi pada hal-hal yang sederhana. Anak seperti layangan, yang mudah tertiup angin, dan ia mengandalkan angin.

Rabu, 19 Januari 2022

Kemampuan Menulis Layaknya Di miliki Oleh Semua Orang

Judul diatas sepatutnya menjadi perenungan sebagai mahluk yang diputuskan untuk mengadu pada segala hal. Salah satu aduan yang terbaik adalah dengan cara menuliskan pada apa-apa yang bisa ditorehkan.

Torehkan apa yang tersemat pada benak kalian, pada apa yang meresahkan jiwa kalian. Hingga yang terkecil pun kalian bisa menerapakan dalam tulisan imaji kalian. Artinya beberapa hal sering memusingkan jiwa tak mampu menorehkan hal-hal substansi, padahal ide/gagasan sifatnya tidak dicari,didatangkan, tetapi dipaksa hadir agar ide tumbuh cepat secara maksimal.

Lalu apakah semua ide bisa diwujudkan dalam kumpulan kata, kalimat, dan seterusnya. Semuanya tergantung pada kepekaan Anda untuk menangkap semuanya ide, lalu dituangkan pada semua hal. Mungkin kertas, buku, ingatan, dan seterusnya.

Lalu muncul pertannyaan, Apakah semua orang mampu untuk mengikat semua ide yang bersliweran diatas muka bumi ini?, jawabannya Anda sendiri yang bisa menjawabnya. Sebagian orang bisa mencatatnya sempurna, sebagian lain tak peduli atas semua ide yang berterbangan seperti kumpulan matriks.

Semua orang bisa menulis dengan kadar tulisan yang berbeda, tetapi berangkat awalnya adalah kemampuan menulis itu sejatinya diperoleh secara lahir.

Selasa, 18 Januari 2022

Seorang Guru Yang Berjalan Tanpa Atap

Tidak lagi menikmati, keseharian karena tak tega menanggalkan baju kebesaran dari rumah pengalaman. Lagi juga tak pernah merasakan tumpukan uang dalam jumlah yang besar, lalu apa yang dicarinya. Mencoba pada tahap menjadi BOS juga tak bisa, ia lahir dari pengalaman seorang prajurit, bukan dari seorang jendral. Mungkin ini hanya alasan yang berulang-ulang, sampai ia lupa pada kekesalan atas ego yang lebih besar.

Ia sedang berhadapan dengan seorang beruang betina yang sedang buas-buasnya, karena dihadapannya ada mahluk yang mungkin dianggapnya tak mengerti apa-apa. Pengalamannya juga tak seberapa, hingga beruang betina itu mudah untuk mencakarnya atau bahkan mencabik-cabiknya hingga si Guru tak lagi bercuap-cuap soal pengalaman yang tak seberapa itu.

Si Guru kembali ke kantor setelah menerima kekalahannya yang berulang terus. Menghadapi beruang betina tidak lagi sebuah dulu, kini ia harus mawas diri atas usianya terus beranjak senja. Bahkan si Guru juga mulai tak lagi mengenali diri, apakah ia layak menjadi Guru yang penuh kompeten, apakah Sastra telah menyedotnya hingga palung hati, pikirannya kini terlampau gelap untuk keluar dari ruang yang biasa ia lakukan setiap pagi.

Si Guru mulai menghitung tentang perkembangan masa depannya. Apakah ia mau melakukan kudeta atas dirinya sendiri, seperti yang ia lukukan dulu pada sekolah-sekolah yang digelutinya. Kuda-kudanya kini tak lagi kokoh untuk menantang pikirannya sendiri. Apalagi kudeta merangkak tak lagi cocok baginya. Ia hanya seorang guru, yang mencoba terus mengkudeta mimpi-mimpinya.

Guru, itu lupa dan kembali menafikan kekurangannya, mencoba bertahan istilahnya. Apa boleh buat, jika ia lemah, ada sastra yang menguatkan. Jika itupun tak berhasil, ia akan kembali pada sabda-sabda langit yang tak membuatnya kecewa.

Tokoh kita memang, ada duanya, bukan tiada duanya. Label sering memelantingkan kedalam prasasti kejengkelan atas nama GURU, yang sering dibilang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, bisakah dibalik pernyataan agar lebih aristokrasi.

Jumat, 05 November 2021

Manusia Persimpangan

Orang-orang yang terbuang seringkali masa hidupnya sejalan dengan sabda langit, tak peduli ia berhadapan dengan siapa, menindak siapa di belakangnya, ia manusia yang memilih pada percaturan yang tak aman

Perhatikan saja langkah dan gerak bibirnya, seperti uap segar yang akan menyengat siapa saja yang melanggar sisi kemanusiaan paling hakiki, panggilan kejiwaan menuntutnya untuk melangkah memenuhi ambisi pribadi berpondasi kepada ke adiluhungan

Lihat saja perutnya yang jarang membuncit, ia bisa menimbun semua kenikmatan dalam satu lambung dan memaksanya terus menerus dengan berbagai jenis makanan, ia melarang untuk buncit, berlemak saja ia tidak ingin

Ia tak peduli pada penjegalan yang menimpanya, bulan tak bersinar semalam saja, ia tetap tersenyum karena ada berkas pada bulan-bulan berikutnya, lalu dengan tenang ia memulai memberi warna pada kanvas yang dibelinya bukan hasil pensiunan tetapi pada karya yang berhasil dijual dengan harga yang pantas

Ia kerap menyanyikan beberapa bait untuk sekedar merefleksikan segala yang tercapai pada batas normal, hingga orang-orang yang menjegalnya tak pernah berhasil untuk membuatnya patah. Sebuah perbandingan yang akan membuat kalian tetap terjaga setiap malam, memikirkan bagaimana menyingkirkannya, padahal ia sedang tidur lelap bersama kuas yang selesi dicuci menjelang akhir pekan

Orang ini mengharapkan hak-haknya hak manusia yang telah dilanggar tetaplah menjadi perhatian perhitungan yang akan ditagih tidak hanya didunia, tetapi di hadapan Tuhan mereka tak akan bisa berkutitk untuk sekedar berkelit pun sulit

Akan ada masa umurmu menjadi sebidang kecerdasan yang tak mampu mereka beli, padahal mereka punya kemampuan untuk membeli apapun, tetapi tidak untuk pikiran.

Jumat, 22 Oktober 2021

Kata Nenek

Bandusan Mabur membuat jalan-jalan sore agak terganggu. Mau kesawah saja kedua kaki rasanya sebel, tak ada teman dan tak yang bisa membungkam aura seperti batman tanpa Robin. Menit yang kami miliki sangat berharga, untuk kemudian menjadi masa-masa yang sulit untuk kami hadapi pada masa-masa sulit.

Dengusan nenek juga mempunyai arti yang memungkinkan bisa berpikir macam-macam. Bandusan mabur adalah caranya mengarahkan kami pada kenakalan-kenakalan yang tidak bisa ditunda.

Senin, 18 Oktober 2021

Pembacaan dekat dan lain-lain

Aku membaca banyak novel dari yang populer atau pun yang digolongkan pada sastra. Dan aku tidak bermaksud untuk membedakan keduanya, atau merendahkan satu sama lain. Karena pada dasarnya dua-duanya bisa dibilang sebuah karya. Mungkin ada yang bisa menulis kedua-duanya, dan memang ada. Hanya saja yang membedakan adalah soal tema, gaya penulisan, dan seterusnya. Bagaimana sebuah cerita dipresentasikan menjadi sebuah cerita apa, itu juga jadi soal. Apakah hanya mendeskripsikan kalimat yang terus saja sama sampai akhir cerita, atau akan membuat kalimat yang menarik isi kepala dan bisa diskusikan sampai ke tempat yang menakjubkan.

Satu waktu aku kecolongan karena mengungkapkan isi pikiran dengan menyebut sebuah nama yang membuat mereka 'berang' atau hanya kekhawatiran semata, jika itu aku maklumi. Tetapi jika tidak, ada hal sembrono yang mereka tampilkan dengan cara pikir pendek dan tak coba bertanya tentang alasan-alasan. Sebut saja mengapa anda membaca buku tersebut,hal itu akan membuat pengakuan yang bersumber pada kenyamanan pikiran, bukan pada ketertekanan. Karena banyak alasan kenapa seseorang membaca buku-buku "sensitif" bukan tangkas untuk memberikan stigma atau apalah yang menyumbat kebebasan berkreasi.

Cara membacaku sepertinya "diaminkan" oleh Cah Mahfud Ikhwan, ketika melihat tayanganya di sebuh youtobe (https://www.youtube.com/watch?v=D7ue8VhLoqs 20:22), menurutnya cara ini tidak mengalami rasa sakit yang mendalam. Dengan alasan ia langsung membaca karya sastra ketika ia kuliah. Ini menjadi semacam obat untukku, bahwa apa yang kulakukan tidak terlalu buruk dalam tahap pembacaan. Itu yang bisa kusimpulkan untuk saat ini.

Soal membaca adalah soal pendalaman akan kreatifitas seseorang. Lagi-lagi prosesnya tergantung pada cara ia berangkatnya. Apakah hanya ingin mengetahui cara berpikir penulis itu, atau hanya ingin melihat teknik atau cara menulisnya. Lebih-lebih bisa mendalami gaya kepenulisan. Menurutku itu sah-sah saja, seorang penulis yang membaca karya orang lain berarti sudah menjalankan sebuah tradisi sebuah etika. Menurut A.S Laksana, kalau karya Anda ingin dibaca orang lain maka Anda juga harus membaca karya lain yang bukan milik anda, kurang lebih seperti itu.

Satu hal yang menggelisahkan sekarang, kalau belum tahu duduk permasalahannya, hendaknya menahan diri. Membaca karya orang bukan berarti ikut larut dalam pimikirannya. Tetapi bisa jadi ada maksud-maksud lain di balik pembacaan dekatnya itu. Ada hal lain, yang mungkin tidak bisa diceritakan secara gamblang pada saat yang bersamaan.