Selasa, 29 Januari 2019

Matahari terbit dari barat

Jika itu terjadi musnahlah semua kegembiraan yang kita agung-agungkan, ribuan kesenangan akan lenyap laksana uap terkena sinar matahari. Semua hal yang kita lakukan akan berguna bila sebelum matahari terbit dari barat, kita memaksimalkan perbaikan dan menyesali kesalahan dengan mengagungkan doa sebagai perisai agar tak terjebak pada kesalahan yang sama.

Jika itu terjadi, lengkaplah semua gerak kita akan tertutup segera dan tinggal menunggu apa yang akan terjadi kemudian. Perhitungan segera dilakukan dengan peradilan yang sempurna.

Fasilitas kehidupan akan tidak ada faedahnya, manakala tidak bisa menolong di saat-saat genting sekalipun. Fasilitas kehidupan justru menjerumuskan ia dalam seburuk-buruknya jurang pemisah.

Matahari terbit dari barat adalah tanda usai sebuah drama, bumi selesai tugasnya, tata surya menyelesaikan misinya. Seluruh mahluk Tuhan kembali kepada-Nya tanpa bisa menolak barang sedikitpun.

Tentang Umar

2. Lelaki dari Kesamen

Umar pernah bercerita kepada anak-anaknya. Terutama kepada kedua anak lelakinya. Bahwa Ia pernah menjalani masa-masa sulit semasa mudanya. Kesulitan kadang membuat anak lelakinya antara tertawa dan sedih. Umar pernah di sunat pada satu masa dengan kondisi perdukunan yang masih menjadi tempat favorit untuk bertanya hal-hal yang bersifat ganjil. Keberadaan dukun sesungguhnya menjadi terpinggirkan karena kehilangan tempat dan banyak saingan. Mantri juga menjadi profesi yang menjanjikan lengkap dengan perlakuan-perlakuan istimewa. Umar menjadi "sasaran" mantri yang mungkin sedang magang, karena mantri sesungguhnya sedang keliling untuk memenuhi undangan sunat masal. Umar pernah di sunat oleh seorang mantri yang beken dan menjadi orang terakhir dalam hal memotong kulup laki-laki.

Selesai sunat Umar tak mengalami bius seperti yang terjadi pada zaman modern sekarang, Umar mengklaim kalau dirinya setelah di sunat harus pergi ke sebuah sungai yang paling jernih airnya. Lalu berendam sampai menjelang sore. Syukurlah tak terjadi peristiwa mengerikan, yakni banjir tiba-tiba yang bisa menghanyutkan para perenang berbakat sekalipun. Anak lelakinya mendengarkan ayahnya dengan seksama. Umar melanjutkan ceritanya. Bahwa ketika berendam di sungai, ibunya menemani sambil terus mengawasi, siapa tahu anak lelakinya yang paling gagah menjadi santapan buaya air. Apalagi dari balik alat vitalnya masih menetes darah segar. Mungkin lain cerita, kalau Umar berendam di sungai Amazon, ikan Piranha akan menjadi buas mencium darah segar orang habis sunat. Menjelang sore Umar menggigil gemerutuk giginya, kakinya putih pucat, wajah lelah, ibunya diatas senang. Bius tradisional akan membantu anak lelakinya untuk tidur malam tanpa merintih kesakitan. Lelaki dari Kesamen telah melangkapi ibadahnya sebagai seorang muslim. Umar meraih baju dan ibunya memberi handuk bersih. Di tangan kanannya memegang rantang susun yang akan di berikan kepada putra kebanggannya.

Minggu, 27 Januari 2019

Tentang Umar

1. Hujan Sore Hari


Dalam waktu yang singkat Umar mampu membuat selokan baru untuk menampung air hujan yang lebat. Rumah gedong di dekat dengan sawah, halaman depan ada beberapa pohon rambutan, di apit oleh empat kolam ikan besar, sebuah sumur yang tak pernah kering, walau kemarau menyerang Desa kami. Pemilik rumah gedong kerap menyewa jasa ayah ketika rumahnya nyaris terlampau air hujan yang tumpah ruah dari langit.

Umar berusia 35 tahun dengan rambut gelombang yang menarik banyak kaum hawa, tapi sayang Umar sudah punya istri dengan 4 orang anak. Pacul ia panggul di balik bahunya yang kukuh, laksana gunung, ototnya seperti gatutkaca, hanya sayang umar tak bisa terbang. Kumis hitam menghiasi wajahnya yang keras tapi penyayang, Umar melakukan itu semua agar dapur rumah tangganya tetap beroperasi layaknya rumah-rumah yang lain yang tak begitu kesulitan mengatur keuangan, karena mereka di subsisi silang orangtua atau mertua. Rumah tangga Umar harus berdikari. Berdiri di atas kaki sendiri.

Umar mencuci cangkul yang baru saja menyelamatkan dapurnya dari berhenti beroperasi. Membangungkan kembali harapan. Seorang ayah harus memiliki kemampuan untuk membangun harapan di atas harapan. Harapan yang terlalu kecil tapi Umar terus pupuk. Hingga mampu anak-anaknya mencari makan nafkah sendiri, dan punya martabat di mata para tetangga yang nyinyir.

Terjadi dialog sederhana antara pemilik rumah gedong itu dengan Umar. Sambil menyandang cangkul Umar pulang dengan membawa uang sepatutnya. Kepatutan yang diukur oleh pemilik rumah gedong, bukan dari sisi kemanusiaan.

Sampai di rumah Umar di sambut oleh istri dan anak-anaknya. Ia mengeluarkan uang dari balik kantong celananya yang basah. Tanpa mengeluh sang istri menerima dengan hati suci, tak pernah keluar dari mulutnya, mengumpat suami yang bekerja serabutan.

Tentang Umar

1. Hujan Sore Hari
2. Lelaki dari Kesamen
3. Sepeda Onta
4. Sulap
5. Merantau
6. Wesel
7. Surat
8. Ternak Ayam
9. Kebun Sayur
10. Purwokerto
11. Bersama Gadis
12. Kendit Polang
13. Pulang Dadakan
14. Tukang Bangunan
15. Kaki Melepuh
16. Proyek Jalan Desa Arenan
17. Sepasang Sepatu
18. Nasihat
19. Kecelakaan Motor
20. Senyuman



Penulis: San Marta

Penerbit:-

Genre: Humaniora

Novel Frans Maki

Bab 8

Tragedi Peci Hitam

Langgar atau Mushola selepas Maghrib menjadi salah satu persinggahan yang menarik. Ada banyak hal baik ada di sana. Televisi belum mendikte kegiatan Frans dan teman-teman. Tempat ini menjadi pusat perhatian kaum milineal saat itu dengan beragam pembicaraan. Frans dan kelompoknya membicarakan tentang Marmut yang di curi dan belum di temukan siapa pelakunya, Faisal yang memilih jalan menyendiri dan belum berkenan untuk di bantu, padahal sang ayah sudah melakukan hal yang tidak menyenangkan, kapan berburu jangkrik, menangkap burung brondol, magas dan lain-lain. Setelah semua menghadap kepada seorang Ustadz untuk membaca, menghafal, dan mendengarkan instruksi-instruksi pendek, ada interval waktu untuk melakukan hal-hal di luar prosedur.

Bang Aris yang bukan kelompok Frans dan teman-temannya mendekatinya dengan moody yang sulit kami tebak. " Hei kalian abang menemukan penemuan baru, kalian mau lihat." Bang Aris memulai menyulut suasana yang tadinya gembira, kini ada hawa tidak beres. " Apa itu." Tanya Tama. Melihat respon dari Tama yang terlihat tertarik membuat bang Aris melanjutkan.

" Pinjem Peci kamu boleh." Tanya bang Aris lagi sambil menyunggingkan senyum licik. Frans melihat gelagat tidak baik. " Mau abang apakan peci Tama. Hati-hati bang peci itu mahal, belinya bukan disekitar pasar Kaligondang, peci itu hasil pemberian dari ayahnya dari Jakarta." Usul Frans khawatir.

" Alah..., semua peci sama, paling juga harganya sama tahu." Peci yang sudah di tangan bang Aris sulit kami rebut kembali.

Jumat, 25 Januari 2019

Sudut Pandang

Cara kita membawa pikiran membuat terjaga dari kelemahan menilai diri sendiri.

Pikiran orang dapat saja membuat kita lemah dalam beberapa hal, tetapi kuatkan  i'tikad lurus dalam berbuat baik kepada semua orang yang ada di sekitar.

Kita tidak dapat membungkam pendapat orang tentang sesuatu, karena perpedaan sudut pandang akan  semakin meruncing tajam.

Melihat ke atas agar semangat untuk memperbaiki diri semakin besar, sukses dalam beberapa hal yang bersifat keduaniawian agar jembatan ahirat dapat melesat jauh.

Kita masih di dunia, genggamlah dunia pada telapak tangan, jauhkan dari sanubari, niscaya kedamaian ketenangan ada pada diri kita.

Proses menempa diri dengan berbagai masalah membuat kita makin kaya tentang sudut pandang, tak banyak berbicara memusingkan, sejatinya sudut pandang mampu memetakan setiap masalah dengan cara adil, karena keadilan adalah puncak kemanusiaan, tanpa keadilan sudut pandang akan mengalami banyak kegagalan.

Kamis, 24 Januari 2019

Ikan Hiu

Selepas bekerja adalah moment yang ayah usahakan untuk mencapai dunia anak, dengan segala keterbatasan ilmu dan pengalaman si ayah mencoba berkomunikasi agar menjaga ruang egosentris tetap berjalan dan anak belajar memahami tentang kepemilikan. Tapi itu nanti, ada hal yang ingin ayah bagi tentang pertanyaan anak ayah yang kami panggil QQ (Queena Qisthi Aprian).

" Yah nggak beli ikan hiu." QQ bertanya dengan mata berbinar.

" Untuk apa." Jawah ayah.

" Di makan ayah, kayanya enak."

" Jarang ya jual QQ, Apalagi kita makan ikan hiu."

" Sulit menangkapnya ya yah." Kata QQ

" Bukan sulit menangkapnya QQ, tetapi ikan Hiu adalah salah satu hewan yang di lindungi, makanya jarang di jual pasar lokal." Maafkan ayah nak belum punya jawaban tepat.

" Oh, gitu ya yah." Jawab QQ, lalu dia pergi bermain lagi.

Ayah mengangguk.

Ayah perlu belajar banyak tentang pertanyaan-pertanyaan anak agar mememuhi standar perkembangan anak.


Pertanyaan QQ usia 3 tahun 10 bulan, jam 16.30 WIB

Senin, 21 Januari 2019

Novel Frans Maki

Bab 7
Burung Puyuh
Lanjutan Cerita

Setelah beberapa kali memutar dan mengelilingi hutan tepi sawah yang begitu purba ketika kalian sudah masuk lebih dalam. Kami terkejut ketika keluar dari hutan tebu, kami melihat Faisal tengah memanggang burung puyuh hingga lima ekor dalam satu tusukan. Ketika kehadiran kami tercium, Faisal menoleh dan tertawa riang seperti biasa. Kalau orang melarikan diri dari rumah, biasanya akan banyak kegugupan yang tersemat di wajahnya, tetapi Faisal sangat menikmati petualangan barunya, meninggalkan rumah.

" Hei, kalian mau bergabung, aku baru saja mendapatkan burung puyuh, lihat Frans kau telah mengajariku tentang bagaimana teknik berburu puyuh dengan baik, hasilnya burung puyuh berbulu emas di dadanya mampu aku bidik dengan baik."
Faisal berbicara sambil menyambut kedatangan kami, wajahnya tak begitu menyesal setelah semua orang yang kenal dekat dengannya sangat khawatir. Satu kilometer dari kami berada ada sungai kecil yang kadang di datangi oleh para pemancing yang lihai.

" Semua orang menghawatirkanmu Cal." Panggilan akrab Faisal.

Minggu, 20 Januari 2019

Pilihan

Semua aktivitas gerak kita selalu dihadapkan dengan sebuah pilihan. Sejak terpejam mata hingga terbangun sejuta pilihan selalu saja hilir mudik menunggu tindakan.

Bergerak sedikit saja keluar ruang, maka akan kalian menemukan berbagai pilihan untuk segera diambil.

Melihat wanita yang kalian kagumi, tentukan pilihannya, diam-diam curi pandang atau dekati dan menanyakan kabar, sekedar respek sebagai sesama mahluk hidup.

Memilih channel Tv, ada banyak pilihan, mau yang serius atau banyolan yang tetap bertaji.

Melihat gelandangan di pintu pasar, hanya mencibir, melirik, atau potret lalu pasang di medsos. Menjadi pembicara yang problem maker, atau problem solver. Menjadi pekerja yang supel atau buat orang sebel . Hijrah dari tempat buruk ke arah pintu masuk keberkahan. Pembelajar yang tekun, ulet atau sekedar mencari ijazah. Penciptaan surga dan neraka adalah, apakah kalian akan banyak membuka pintu-pintu kebaikan atau menutup pintu kebaikan.

Hati-hati dengan pilihan, janganlah tertipu penampilam, lihatlah substansinya. Untuk menentukan pilihan, pakailah standarisasi langit bukan manusia.

Ikan Gabus dan Ikan Sepat

" Bus, air sekarang rasanya semakin aneh ya. Mungkin cucu kita tidak akan bisa menikmati jernihnya air. Bahkan saudara-saudaraku yang tinggal di sungai kecil pinggir sawah selalu merasakan rasa air semakin membahayakan. Banyak saudaraku yang korengan akibat pencemaran yang dilakukan oleh mahluk yang hidup di atas tanah.

" Tak usah mengeluh Pat, memang kalau kita mengeluh mahluk besar diatas tanah yang punya dua kaki, akan mengerti keluhan kita, sebagian dari sangat rakus dan tak punya kesadaran tentang lingkungan."

" Kita jalan-jalan dulu yuk, siapa tahu ada cacing yang jatuh atau serangga yang terjebak, akhir-akhir ini mencari sarapan makin susah."

" Banyak yang membuang cairan tak ramah lingkungan di pinggiran sawah itu."

" Hei Pat, lihat ada cacing yang..., lho kok bentuk nya aneh, Seperti termutilasi." Teriak Ikan Gabus sambil berenang mendekati cacing yang bergerak kesakitan."

" Hehhh Abang Ikan Gabus cepat makan aku, tubuhku rasanya sakit sekali, Manusia itu memainkan ku terlebih dahulu sebelum memotong, baru kali ini aku disiksa seperti ini."

" Sebentar Bus jangan kau tolong dia, coba lihat badanya melengkung kaku, seperti terikat lem, Aku pernah ingin menolong tapi rasanya sakit sekali hampir saja aku menjadi santapan manusia tak ramah lingkungan itu." Ikan Sepat mengingatkan. Trauma telah memberinya kepekaan pada dirinya.

" Oh ya, coba aku lihat, ya kau benar ikan Sepat, terimakasih sudah mengingatkan. Maaf Cing kami berdua tak bisa menolongmu. Kita jalan dulun ya."



Pelajaran
Hormati Alam Kita.

Sabtu, 19 Januari 2019

Sisi Lain

Ku pacu kendaraanku mengikis jalanan ibu kota jakarta, biasanya macet, tidak seperti jalanan kampungku yang lengang pada jam 8 pagi. Tapi kawan, lain di kampung lain di jakarta. Di jakarta  semua terasa begitu padat, kadang-kadang  panik, saling memaki antar pengemudi kendaraan. Tak belas kasihan dengan para  pejalan kaki, pengendara sepeda, juga pada tukang becak. Kalau realistis sih boleh-boleh saja, tukang becak "ngribetin" jalan, tapi kawan, kalau mau idealis tukang becak juga punya anak istri yang harus di beri nafkah.

Pagi biasnya di pinggiran jalan kota jakarta, para ahli bangunan dan asisten profesionalnya sedang kongkow di warteg sambil ngopi dan sarapan, menunggu gerbang proyek untuk dibukakan kuncinya. aku lebih seneng menyebut tukang bangungan sebagai ahli bangunan, dan kuli sebagai asisten profesioanal. Karena  orang biasanya menyebut mereka dengan kuli dan tukang. Tetapi mereka bukan sekedar tukang, mereka sangat mahir dibidangnya.