Selasa, 04 Juni 2019

MELAWAN KEMATIAN

Merentang usia muda
Bak tak berujuang
Dunia menjadi miliknya
Semua diterabas

Kematian dilawan
Seolah dirinya Tuhan
Kematian dapat dikendalikan
Ia lupa siapa yang mencipta

Meregang
Tak sanggup melawan
Hati pun membantu
Tak sanggup mengendapkan ruhnya

Manusia terlalu rapuh
Sangat rapuh
Kematian tak sanggup dilawan
Sekarang Ia berbantal tanah

Berselimut gelap
Berteman amalnya
Malaikat datang
Mengkorfimasi sesuatu

Rindu

Hati siapa yang tak sedih, bila tak jumpa orang terkasih
Dada sesak penuh harap, kampung halaman menjadi tujuan
Lebaran menunggu
Pada beberapa jam kedepan

Hilir mudik kendaraan
Berjuang untuk silaturahmi
Jumpa saudara sepermainan
Melepas penat

Rindu hati ini pada ayah ibu
Bersua senyum
Berpeluk rindu
Gendu-gendu rasa

Malam nanti takbir bertalu-talu
Menggema ke penjuru dunia
Adakah sama rinduku dan rindunya
Melepas kangen ayah ibu

Maaf, kata untuk rindu
Maaf, kata untuk pejuang
Maaf, adalah rindu
Rindu maaf memaafkan


Bogor 4 Juni 2019
Delapan jam jelang takbiran
Untuk Ayah Ibu
Untuk Teman kecilku
Untuk keluarga kecilku

PEJUANG

Tak lahir dari keheningan perjalanan
Tak lahir dari lamunan angan-angan
Ia laksana gemuruh ombak
Ia laksana badai yang mengamuk

Peluh keringat tak ia hiraukan
Pejuang pantang pulang sebelum menang
Menaklukan diri sendiri
Agar arif bijak

Berkawan sunyi
Bermantel prinsip
Bertoreh kemuliaan
Bersarung kepribadian

Minggu, 02 Juni 2019

BUMI YANG BERGONCANG

Hari itu manusia bertanya
Berta besar telah datang
Bumi yang terbelah-belah
Tanda usai sudah

Bumi bercerita tentang dirinya
Perintah Allah tak dapat ditolaknya
Bumi tak pernah menolak
Mahluk yang taat

Manusia bangkit dari alam kubur
Dengan berbagai bentuk rupa
Menggendong amal dipundaknya
Amal kecil ataupun besar

Kebaikan akan ditimbang
Begitu juga keburukan
Pandangan semakin tajam
Membelalak menembus pilu


Senin 18 Februari 2008

A.S. LAKSANA

Sayembara Novel dan Upaya memunculkan Insiden dalam Kesastraan Kita


Disampaikan dalam diskusi "Pengaruh Sayembara Novel DKJ dalam Pertumbuhan Sastra Indonesia", diselenggarakan oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta, TIM, Desember 2012

Satu

Membicarakan sayembara novel DKJ dan pertumbuhan sastra Indonesia, saya ingin memandangnya dari dua sudut pandang, yakni kepentingan pembaca dan kepentingan penulis. Saya akan mengawalinya dari sudut pandang seorang pembaca. Ketika memulai petualangan yang semoga berlangsung seumur hidup sebagai pembaca buku, saya memulainya dengan pengetahuan dan informasi seadanya untuk memilih buku-buku apa saja yang perlu dibaca, seperti apa cerita yang baik, dan siapa penulisnya. Dengan penguasaan informasi yang sangat minimun seperti itu, hasil sayembara oleh DKJ adalah salah satu pemandu terpenting untuk menentukan buku apa yang harus dibaca. Informas bahwa novel ini atau itu adalah "pemenang sayembara" menjadi informasi penting sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan, apakah buku tersebut akan saya beli atau saya pinjam dari perpustakaan. Saya tidak kenal siapa Putu Wijaya, Mahbub Junaidi, Sori Siregar, Marianne Katopo, atau Korrie Layun Rampan pada saat itu. Tepatnya, saya tidal kenal siapa pun saat itu. Jadi, saya menyandarkan diri kepada instutusi untuk menjadi pemandu saya.

Jumat, 31 Mei 2019

LASKAR PELANGI

Lelaki itu bernama Andrea Hirata
Ikal rambutnya membuat tegar jiwanya
Sinar matanya mengguratkan ketahanan jiwanya
Lembutlah suaranya menyiratkan asam garam perjalanan hidupnya

Bergelut dengan "kerapuhan" hidup yang mendera
Tapi kerapuhan itu membakar semangatnya
Jiwa yang berontak dihadapkan dengan alakadarnya
Menyibak misteri yang terpendam dalam raganya

Laskar Pelangi telah membentuk jiwanya kuat
Kekuatannya mampu merobek kepapaan
Tapi Laskar Pelangi adalah prinsip yang menebar pesona
Aura wong Belitong yang bergarang pelita

Indah memegang tampuk Laskar Pelangi yang bergelora
Laskar yang bercabang Pelangi
Pelangi itu bermuara pada
LASKAR PELANGI

Sabtu 16 Februari 2008

TERATAI PUTIH

Ia tumbuh di tempat yang tak dipandang
Dipandangpun tak bersanding pelita
Pandangan jatuh pada sekitar mata
Berpendar tak sempurna

Hati sejuk melihat
Sebuah pesona jiwa nan sempurna
Bak awan yang menentramkan sukma
Tumbuh subur di padang sanubari

Menengadah embun-embun pagi
Berbingkai mentari
Sekarang Tak sebelah mata pada retina
Menembus sukma raga

Tampil muka dunia
Teratai putih sekarang bercahaya
Sehangat mentari pagi
Putih, suci, dan berakarakter

Aroma sedap menampar hidung
Telinga mendengar desau angin
Teratai putih mekar bersama angin
Sepoi nan damai


Ahad 17 Februari 2008

"Passion" dalam konteks Pendidikan, Kreativitas, dan Bayar Tagihan

Bagian Keempat



Uang dan "Passion"
Jika ada satu pembahasan yang mungkin bisa ditambahkan dalam Finding Your Element adalah soal hubungan antara mata pencarian (baca:uang) dan passion. Sebenarnya ini sudah diungkapkan Ken Robinson dalam berbagai contoh dalam buku tersebut. Namun, sekedar untuk memberi jawaban Your passion is alreaday within you-the clues are everywhere your feelings. Passion bisa di definisikan dengan banyak cara. Definisi yang paling tepat untuk saya adalah ini, segala aktivitas yang membuat kita merasa berdaya. Kata kunci pertama adalah "aktivitas". Kata kunci kedua "merasa berdaya", sehingga tidak harus langsung piawai, tetapi prosesnya terasa dimudahkan, diasyikkan, dan diberdayakan.

If You Think your passion does not pay your bill, please ask these questions to your self:

Satu, Apakah saya sudah tahu aktivitas yang membuat diri ini merasa berdaya, mampu, dan tahan banting, dan seterusnya?.

Dua, Apakah saya sudah menekuni aktivitas tersebut sehingga menjadi piawai?.

Tiga, Apakah saya sudah menghasilkan kreasi keren (baca: karya keren yang bermanfaat bagi banyak orang) dari aktivitas tersebut? silakan jawab. Jika semua jawabannya "ya!", saya pastikan uang sudah tidak jadi masalah.

Nah, Anda yang masih mempertanyakan (lagi) kenapa harus tahu, paham, dan peduli passion, selain wajib membaca Finding Your Element, bisa jadi jawabannya sudah disajikan dalam serangkai kalimat indah karya Jalaludin Rumi sekitar 800 tahun lalu berikut ini.

"With passion, we pray
With passion, we make love
With passion, we eat & drink & dance & play
Why look like a dead fish in this ocean of god?"


Sumber: KOMPAS, Jumat, 22 November 2013
Oleh: Rene Suhardono, Penulis dan Pembicara Publik.
@ReneCC
@kompasklass#baca

"Passion" dalam konteks Pendidikan, Kreativitas, dan Bayar Tagihan

Bagian Ketiga



Passion wthout creation is meaningless, nothing! Nah, uang berasal dari kinerja, yang akan sangat keren jika diawali dari passion. Apakah bisa dapat uang tanpa passion? ya, bisa saja, tetapi belum tentu prosesnya mengasyikkan dan sudah pasti tidak maksimal. Mempertanyakan bagaimana jika passion tidak bisa bayar tagihan sama saja bertanya kenapa tamatan SD tidak menghasilkan uang? Kenapa karyawan baru tidak langsung jadi presiden direktur? Kenapa suka politik, tetapi tidak jadi anggota parlemen? Jawabannya, semua dan apapun di kolong langit perlu proses.

Bagaimana mempersiapkan diri dan generasi penerus atas masa depan yang tidak pasti dan penuh tantangan? Ken Robinson percaya jawabannya adalah passion dan kreativitas. Keduanya adalah basis folosofi kehidupan berdaya.

Kenapa passion? Mengikuti arah kehidupan menggunakan passion yang sudah ada dalam diri sendiri adalah hal paling alamiah yang bisa dilakukan seseorang. Mencari passion adalah perjalanan berksinambungan memahami diri sendiri yang butuh kontemplasi, keheningan, dan kesabaran. You are responsible to turn your passion into meaningful creation.

Kenapa kreativitas? Karena ini adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup, bertumbuh, dan terus berkembang. Dunia tida lagi dan tidak akan pernah lagi sama. Perubahan dunia tidak bisa lagi di respon dengan pendekatan berbasis template masa lalu. Minyak bumi akan habis. Krisis pangan. Krisis air bersih. Krisis energi. Kemampuan bumi menyokong semua kehidupan semakin teruji. Peran manusia adalah sebagai pemelihara, penyeimbang, dan penjaga tatanan berkesinambungan.

Passion, kreativitas, dan pendidikan, ketiganya adalah inti pembahasan Ken Robinson dalam Finding Your Element. Seharusnya ini sudah bisa menjawab sebagian besar keraguan, kebingungan dan ketidaktahuan soal satu kata yang secara berulang-ulang disebutkan,"passion".

"Passion" dalam konteks Pendidikan, Kreativitas, dan Bayar Tagihan

Bagian Kedua


Ken Robinson percaya pendidikan lebih dari secarik kertas mahal atau formulasi angka yang tergambar dalam indeks prestasi komulatif (IPK). Kecerdasan tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi. Dengan jenaka, disebutkan oleh Ken Robinson bahwa yang harus dikembangkan bukan cuma isi kepala, atau bahkan hanya separuh dari isi kepala (mengacu pada pendewaan fungsi otak kiri sebagaimana yang dianut oleh sebagain besar institusi pendidikan). Sistem pendidikan harus menyediakan cukup ruang untuk berimajinasi, berksperimen, dan berekspresi.

Pendidikan tulen adalah soal pemberdayaan diri dan orang lain.

Lebih jauh disebutkan oleh Ken Robinson bahwa pendidikan harus lebih dari kuantitas, tetapi juga kualitas. Bukan cuma rutinitas, melainkan terobosan. Tidak hanya program, tetapi juga esensi dan manifestasi ilmu. Education is always about how to think, not what to think. And the how can be as many as the stars in the sky. Gamblang terhadap isu yang satu ini, izinkan saya melengkapinya dari pemahaman atas tulisan dia.

Jadi, harus bagaimana jika passion tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup?

Ken Robinson: Seriously people, what pays you bill is money, not passion! (ini bukan jawaban asli dari beliau, hanya rekaan saya atas respon yang mungkin diberikan oleh Ken Robinson). Passion bukan komoditas sehingga tidak bisa dihargakan sebagaimana layaknya barang dagangan. Membayar tagihan bulanan, cicilan kartu kredit, biaya anak sekolah, dan alokasi investasi harus perlu, dan mutlak menggunakan uang sebagai denominator transaksi yang paling diakui hingga saat ini.

"Passion" dalam konteks Pendidikan, Kreativitas, dan Bayar Tagihan

Bagian Kesatu


Anak-anak yang masuk SD tahun ini akan memasuki usia pensiun sekitar tahun 2069. Tidak ada satu orang pun atau metode apapun yang bisa memastikan hal-hal yang mereka hadapi. Tidak ada yang akan tahu bentuk dan tatanan dunia saat itu. Jangankan puluhan tahun, apa yang akan terjadi lima tahun ke depan saja sudah sangat sulit diprediksi.

Apa yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan mereka dan diri kita sendiri menghadapi dominasi ketidakpastian? Apakah segala hal yang kita ketahui, terutama soal pendidikan saat ini sudah cukup memadai? jika tidak, hal apa lagi yang bisa dilakukan?

Logika ini bisa dijadikan landasan oleh Ken Robinson untuk terus mempertanyakan sistem dan cara kerja sebagian besar institusi pendidikan di dunia yang semakin usang. Sistem pendidikan yang merupakan warisan dari revolusi indrustri ditujukan sepenuhnya untuk mengisi kotak-kotak yang dibutuhkan di dunia indrustri. Celakanya, struktur indrustri pun sudah berbeda dan semakin berubah sejalan dengan perkembangan teknologi, lingkungan, bisnis, politik, dan interaksi manusia.