Kamis, 30 Mei 2019

Sarung Tanpa Celana Dalam

Mushola Baitul Mustaqim. Beberapa jamaah sudah berada di dalam sambil menunggu iqomat. Aryo kecil berjalan menuju ke Mushola. Setelah mandi Aryo langsung menyambar sarung dan memakai pakaian takwa yang terbaik. Paling baik.

Aryo kecil masuk ke dalam Mushola.

Ia duduk bukan bersila. Tetapi Jegang. Gaya duduk khas orang Purbalingga.

Naas. Kemaluannya terlihat.

Para jamaah tersenyum dan tertawa. Aryo balik dengan muka merah menahan malu.

INTERVAL

Sore itu Aryo terjebak pada perasaan senang karena pertandingan sepakbola di lapangan Kaligondang baru dimulai. Sepanjang perjalanan keringat menetes tak beraturan. Kerah baju kami pun mulai basah. Aryo berjalan riang sepanjang jalan.

Kantong kresek berwarna hitam terjatuh dari sepeda jengki merah.

Aku berteriak tetapi pengendara sepeda itu terus ngebut, mempertahankan kecepatan dan keseimbangan. Turunan panjang membuat pengendara itu fokus, terlalu fokus.

" Bang kantongnya jatuh!." Sekali lagi Aryo berteriak kencang, aneh orang itu sama sekali tak mendengar.

Aryo berlari mengejarnya. Kedua kakinya yang kekar mampu mengejar pengendara sepeda itu. Orang itu menoleh dan melotot. Mungkin merasa tak nyaman, Aryo mengejarnya bak orang kesurupan.

Pengendara sepeda itu malah makin kalap, ngebut tanpa mau tahu apa kemauan Aryo.

Pertarungan

Pilihan kata adalah mampu mencerna hal-hal yang bersifat jelas. 
Memberi semangat untuk yang lemah.
Sebuah senyuman yang mampu menetralisir semua kejanggalan tentang makna kata.
Soal beda rasa adalah keniscayaan pada sebuah jembatan pikiran per kepala.
Keyakinan pada kebenaran yang kita anut membuat kita seringkali terjebak pada ke egoisan.

Ini soal pertarungan yang terus merajalela peradaban manusia.
Pertarungan keyakinan.
Pertarungan kepercayaan.
Pertarungan kepintaran.
Pertarungan yang lainnya.

Pertarungan sesungguhnya adalah melawan perasaan kita sendiri, kecenderuangan, dan manipulasi ketenaran yang meninabobokan.

Sabtu, 25 Mei 2019

Mati Rasa

Jumlah kata yang kita ucapkan merupakan perumpamaan yang terlalu curang untuk dinikmati. Sejatinya sama dalam memaknai perbedaan yang menghiasi detik-detik rasa yang lama kalian tumbuhkan.

Mati rasa yang terlalu dalam membuat kematian lebih cepat untuk dinikmati tiap persinggahan.

Kalau setiap rasa yang kita tunjukkan adalah bentuk rasa yang sama dalam memaknai perbedaan sekaligus persamaan.

Selasa, 14 Mei 2019

Bunga Kamboja

Pagi selalu saja banyak hal menarik. Seorang Ibu berjalan ke satu arah, mungkin menuju kota. Putrinya selalu saja mengikutinya dari belakang. Sepeda jengki biru dituntun tak pernah dikayuh sekalipun. Ini berlangsung sejak aku MI. Tak pernah sekalipun mereka bosan untuk melakukan aktivitas itu.

Yang ku penasaran, kenapa pandangan mereka begitu kosong. Seperti zombi yang kehilangam selera makan. Mereka mudah dikenali. Pakaian yang mereka kenakan selalu sama dalam rentang waktu 3 hari.

Seringkali aku berpapasan dengan mereka. Ingin sekali aku merasakan kehidupan di antara mereka. Sekedar mereka berbicara dengan ibunya, atau perselisihan kecil  juga tak apa-apa.

Menempuh perjalanan jauh. Kerap mereka bersendal jepit. Membawa kantong kresek besar kosong. Payung hitam selalu menemani.

Aku ingin menceritakan tentang mereka.

Perhitungan sama Allah Swt

Kita melakukan aktivitas yang sifatnya keduniawian tak pernah mengeluh sedikitpun. Karena targetnya jelas dalam ukuran rupiah. Meski lelah dan letih tak pernah ia berucap untuk beralih darinya. Tak pernah kita hitung-hitungan.

Logikanya masih linier. Tak pernah lelah untuk mengejar materi, seolah hidup selamnya. Boleh saja. Asal Equel.

Coba sesekali gunakanlah logika terbalik. Agar tak pernah lelah dalam ibadah. Tak terdengar keluhan. Allah tak pernah hitungan dengan kita. Justru kitalah yang pelit sama Allah. Hitung-hitungan terus sama Allah.

Jumat, 10 Mei 2019

Interval

Interval mengambil jejak untuk rehat sejenak. Sekedar memperoleh tenaga lalu beraktivitas kembali.

Dalam hal perasaan juga sama. Rehat sejenak untuk mengambil kesempatan berpikir apakah perasaannya sama atau berbeda.

Interval amatlah bijak untuk mengawasi diri kita agar tak terlanjur membiarkan kebiasaan buruk apapun itu. Lalu beranjak kepada hal yang mengupgrade tentang nilai pribadi.

Hormat

Hormat adalah cara orang untuk menampilkan karakter pribadi agar terbaca sebagai orang yang memiliki keluruhan budi.

Cara orang memberi rasa hormat adalah berbeda-beda. Tersenyum di kejauhan, melambaikan tangan, mengangguk pelan, membungkuk, dan banyak cara untuk memberi hormat.

Ada juga orang yang berpenampilan baik untuk memberi hormat. Kepekaannya adalah kehormatan itu sendiri.

Seimbang

Selama kita hidup ada saja orang yang tak sanggup untuk siap ketika orang lain berhasil dengan kehidupan duniawinya. Selalu kasak-kusuk di belakang. Tak terima kalau dirinya tersaingi secara materi. Tengoklah sejenak betapa mewahnya fasilitas pribadinya. Hingga hilangnya kepekaan spritual.

Hidup itu rentang waktunya pendek. Seperti kejapan mata. Lalu sibuk merasa kurang dengan apa yang diterima. Singkatnya waktu membelanjakan materi teramat musykil untuk saling berkejaran.

Kita memang masih hidup dunia. Tetapi tak apik bila matian-matian untuk dunia. Paradigmanya adalah banting tulang untuk dunia agar tak malu di akhirat.

Hukum keseimbangan adalah penting agar semua proporsinya tepat sesuai dengan kadar keperluan hidup dunia dan akhirat.

Sabtu, 04 Mei 2019

Target

Seorang pelari mampu berlari dengan kecepatan sempurna. Layaknya seekor cheetah yang tengah berburu mangsa. Hewan ini sangat tepat untuk menentukkan target. Sebelum berlari cheetah bisa berkamuflase secara menakjubkan. Hasilnya target dapat ditentukan dengan tepat. Mungkin inilah yang dijadikan inspirasi bagi sprinter ketika menaklukkan lintasan.

Target adalah seperti cambuk yang membuat kuat bertahan dari sesuatu yang menyakitkan. Hingga mampu menatap sesuatu di balik yang tersembunyi.

Target menelaah yang ganjil, sesuatu yang abstrak, lalu berubah menjadi jelas sesuai langkah dan tujuan. Hidup tanpa target, seperti burung yang rusak sayapnya. Terbang ke atas tapi tak berani manuver.

Jumat, 03 Mei 2019

Kursi Malas

Setelah menjalani aktivitas yang panjang ada interval untuk menikmati kursi malas yang telah menguras energi banyak.

Adakah orang tak pernah menikmati kelelahan setelah aktivitas panjang. Kursi malas adalah yang paling nikmat untuk sekedar melepas keletihan.

Kursi malas menjadi salah satu wujud sykur kita akan jeda dalam berbuat sesuatu yang panjang. Telah ada waktu untuk setuju bahwa kursi malas menjadi nikmat untuk berpikir dan merenung.