Senin, 22 Juni 2020

Cerita Akhir Pekan

Ia menghendaki agar suasana rumahnya lebih nyaman dari sebelumnya. Kebebasan berpikir kerap mewarnai, lebih tepatnya percekcokan sih. Perempuan yang telah mengandung anak-anaknya tak jadi soal ketika sekolah berhenti di tengah jalan. Ada apa dengan isi otaknya. Gelagapan ketika mendung jadi hujan, api yang menyengat, dan tulang masih kuat.

Ini cerita tentang sejarah yang terulang. Sejarah mestinya tak perlu diulang-ulang, bila memang perlu. Kesalahan mestinya jadi sejarah, agar tak terulang.

Ia laki-laki dusun yang kedusunannya mengalahkan dusunnya sendiri. Di luar sana orang dusun bisa menjelajahi eropa dan asia, mungkin juga lebih, tapi hanya ke Bandung saja, ia mengeluh. Di ledek teman-temannya sedikit, ia ngambek, mutung, dan mencari-cari alasan agar tak menopang seluruh tanggung jawabnya sebagai suami. Kapan ia akan belajar untuk menopang, bukan menelantarkan hak-haknya, lalu bersandar kepada orang yang tampak kuat.

Sekian tahun berlalu, tampak begitu-begitu saja. Mungkin baginya nasib tak pernah bisa diubah. Padahal nasib ada pada telapak tangannya sendiri.

Ini cerita akhir pekan yang paling sumir, meski tak ingin di sebut menyedihkan. Tapi sebenarnya amat memilukan. Beban pikulan harusnya terbagi secara rata agar beban tak menumpuk pada pundak yang sama. Manusia terlalu rapuh untuk tempat bersandar.

0 Comments:

Posting Komentar