/1/
Kamar Bersalin menggelepar
Tertunduk Lekat dalam Doa
Adakah bersemi doa dalam Tangan-Nya
Cemas menyergap ingatanku
Pada kematian Ibu Melahirkan
Dentang Jam menderu tak tertinggal
Menyerang setiap menit
Membunuh setiap jam
Jantungku berdegup keras
Keras seperti petir di siang benderang
Ku genggam jemari Istri yang dingin
Peluh keringat menjalar sekujur tubuh
Tatapan mulai nanar
Berharap kesudahan yang meregang
Ia terus menatapku
Mencari-cari keyakinan dalam tatapanku
Menyakinkan kalau aku bukan pria jalang
/2/
Jeritan kecil makin melingking keras
Hanya sesekali
Bibir ku tak berhenti menyiram
Agar kalimat Dzikir terucap pada Lisannya
Syukur beribu syukur
Istri tak berhenti berdzikir
Di saat genting pualang
Menerpa maut
Proses melahirkan antara kehidupan kematian
Ayo Kamu Bisa
Lisanku gagap bila menjumpai istri menjerit hilang dzikrullah
Ku berusaha keras
Mengingatkan di sudut paling menengangkan
Astagfirullah, Allahu Akbar, La Ilaha ilallah
Ku sentakkan kalimat itu dalam tatatapan meyakinkan
Matanya nanar menghujam kearahku
Tangannya kuat mengenggam
Ujung besi pada pembaringan
Dingin menyelusup pada telapak tangan
Ahhhhhhhhh!
Istriku menjerit melengking
Lupa tak sadar
Rasa sakit menghujam titik krusial
Ku sematkan Allahu akbar pada lisannya
Ia merespon kuat
Dizkir makin meningkat
Menjalar di antara sendi-sendi keyakinan
Kamar Bersalin menggelepar
Tertunduk Lekat dalam Doa
Adakah bersemi doa dalam Tangan-Nya
Cemas menyergap ingatanku
Pada kematian Ibu Melahirkan
Dentang Jam menderu tak tertinggal
Menyerang setiap menit
Membunuh setiap jam
Jantungku berdegup keras
Keras seperti petir di siang benderang
Ku genggam jemari Istri yang dingin
Peluh keringat menjalar sekujur tubuh
Tatapan mulai nanar
Berharap kesudahan yang meregang
Ia terus menatapku
Mencari-cari keyakinan dalam tatapanku
Menyakinkan kalau aku bukan pria jalang
/2/
Jeritan kecil makin melingking keras
Hanya sesekali
Bibir ku tak berhenti menyiram
Agar kalimat Dzikir terucap pada Lisannya
Syukur beribu syukur
Istri tak berhenti berdzikir
Di saat genting pualang
Menerpa maut
Proses melahirkan antara kehidupan kematian
Ayo Kamu Bisa
Lisanku gagap bila menjumpai istri menjerit hilang dzikrullah
Ku berusaha keras
Mengingatkan di sudut paling menengangkan
Astagfirullah, Allahu Akbar, La Ilaha ilallah
Ku sentakkan kalimat itu dalam tatatapan meyakinkan
Matanya nanar menghujam kearahku
Tangannya kuat mengenggam
Ujung besi pada pembaringan
Dingin menyelusup pada telapak tangan
Ahhhhhhhhh!
Istriku menjerit melengking
Lupa tak sadar
Rasa sakit menghujam titik krusial
Ku sematkan Allahu akbar pada lisannya
Ia merespon kuat
Dizkir makin meningkat
Menjalar di antara sendi-sendi keyakinan