Rabu, 06 Desember 2017

Novel Radio Mini

Mengubur Bayi Jangkrik

Petualangan ke kali Gintung sangat melelahkan. Sekitar jam 10 kami sampai di bebatuan tepat diantara pinggir sungai Gintung yang sedang surut, kemarau panjang membuat kami berani menyebrang, walaupun masih berbahaya.

Dua jam kami membolak-balikkan batuan kecil dan sedang, berharap ada jangkrik yang masih ketiduran, atau sedang mager. Pekerjaan sederhana tapi melelahkan. Beberapa teman sudah mendapatkan jangkrik dewasa. Sedangkan Salim belum menemukan jangkrik jlabang atau kunir, bayi jangkrik pun tak mau di dekatinya.

" Lim jam berapa kita pulang, ngga mau kan terjebak Maghrib di jalan."
" Satu jam lagi."

Didi sahabat Salim merasa malas. Dia duduk di atas bongkahan batu besar yang mungkin hasil muntahan gunung Slamet. Salim yang tak mau pulang tanpa membawa apapun menjadi terobsesi mencari bayi jangkrik. Dua atau tiga ekor tidak masalah. Pokoknya petualangan kali ini harus membawa hasil.

Sudah satu jam berlalu. Salim akhirnya menemukan sesuatu yang bergerak, di bawah tumpukan daun yang mengering.

" Hati-hati Lim, ular." Didi mengingatkan.
" Aku tahu." Kesal Salim. Paling tahu dunia ular, eh malah diajari Didi.

Salim membongkar tumpukan daun yang mengering. Pelan dan hati-hati. Salim terbelalak, lima ekor bayi jangkrik berlarian. Tiga ekor betina, dua ekor jantan. Sungguh cekatan tangan Salim menangkap dua ekor jangkrik jantan dan meletakkannya di dalam toples kecil.

" Kita pulang!" Teriak Saling. Didi dan beberapa temannya merasa lega, sang kapiten menemukan bayi-bayi jangkrik. Meraka senang karena tak menginap di pinggir kali yang menyeramkan sekaligus menantang.

Mengubur bayi-bayi jangkrik adalah agenda selanjutnya. Tapi perjalan pulang tak begitu mulus seperti ketika pergi.

0 Comments:

Posting Komentar